Berita Hari Ini : SMGR Ikut Tender Saham SMCB, TPIA Tertekan Minyak dan Impor

Bareksa • 02 Nov 2018

an image
Pekerja memuat sak semen dari truk ke dalam kapal di Pelabuhan Rakyat Kalimas, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (21/2). PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) mencatat, volume penjualan semen sebesar 28,96 juta ton sepanjang tahun 2017, meningkat 10,2 persen year on year (yoy) dari sebelumnya penjualannya sebanyak 26,28 juta ton pada 2016. (ANTARA FOTO/Didik S)

Defisit APBN di bawah 2 persen, Industri manufaktur menggeliat, WSBP optimistis target tercapai

Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Jumat, 2 November 2018 :

SMGR dan SMCB

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memastikan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) turut mengikuti tender divestasi kepemilikan LafargeHolcim Ltd. di PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB).

Seperti dikutip Bisnis Indonesia, Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik, Kawasan dan Pariwisata Kementerian BUMN, Edwin Hidayat Abdullah, mengungkapkan saat ini proses tender masih berjalan hingga 2 minggu ke depan.

“Kalau ikut tender iya, kalau nilai tawarannya saya tidak tahu berapa. Itu kan rahasia,” ujarnya kepada.

Berdasarkan data di laman Bursa Efek Indonesia, LafargeHolcim, melalui anak usaha, Holderfi n B.V., saat ini mengempit kepemilikan 80,6 persen saham di Holcim Indonesia. Sejak per tengahan 2018, isu LafargeHolcim melakukan divestasi kepemilikan di SMCB terus bergulir.

PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA)

Kinerja PT Chandra Asri Petrochemical Tbk terganjal kenaikan harga minyak mentah serta lonjakan impor produk petrokimia ke pasar dalam negeri.

Dua faktor itu berpengaruh besar terhadap bisnis TPIA. Head of Investor Relations Chandra Asri Harry Tamin menyatakan, kondisi pasar petrokimia saat ini sudah berbeda.

"Tahun lalu harga minyak ada di kisaran US$50 per barel. Hari ini minyak sudah di US$80 per barel," kata Harry, seperti dikutip Kontan.

Maklum mayoritas bahan baku petrokimia adalah nafta dari minyak mentah. Kuartal III 2018, harga nafta meningkat menjadi rata-rata US$646 per metrik ton, dari sebelumnya sebesar US$479 per metrik ton. Sebagai catatan, saat ini TPIA menguasai 40 persen pasar petrokimia di Indonesia.

Defisit Anggaran

Pemerintah mengubah proyeksi defisit anggarannya sampai akhir tahun menjadi di bawah 2 persen. Hal ini sebagai hasil dari pertumbuhan penerimaan per September yang mencapai 18 persen, sedangkan realisasi belanja hanya tumbuh 10 persen.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemerintah telah mengelola APBN 2018 secara stabil dan baik.

“Saya ingin menyampaikan outlook dari APBN kita sampai dengan akhir tahun defisitnya dari yang tadinya 2,19 persen realisasinya akan di bawah 2 persen kemungkinan akan mendekati 1,83 persen,” ujarnya.

Kondisi defisit tersebut, menurutnya, menggambarkan APBN tetap dalam situasi yang stabil dan dikelola dengan baik.

Industri Manufaktur

Kinerja industri manufaktur kuartal ketiga tahun ini bisa dibilang cukup baik. Di periode Juli-September tahun ini, pertumbuhan produksi industri manufaktur kembali meningkat, setelah mencatatkan perlambatan di kuartal kedua lalu.

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi industri manufaktur besar sedang (IBS) tumbuh 5,04 persen year on year (yoy). Sedangkan di kuartal II 2018, hanya tercatat tumbuh 4,36 persen yoy. Pertumbuhan yang lebih tinggi ini disesuaikan dengan pola tahun 2017.

Kenaikan itu sejalan dengan persiapan kebutuhan menjelang musim Natal dan tahun baru. Makanya, industri pakaian jadi mencatatkan pertumbuhan tertinggi mencapai 23,13 persen yoy, meski share-nya hanya 2,21 persen.

PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP)

Realisasi pendapatan dan laba sepanjang Januari - September 2018 membuat perseroan optimistis dapat mencapai target kinerja keuangan pada tahun ini.

Sekretaris Perusahaan Waskita Beton Precast Ratna Ningrum, menjelaskan bahwa realisasi pendapatan usaha dan laba bersih per kuartal III 2018 telah melebihi 70 persen dari target tahun ini.

Secara detail, realisasi pendapatan usaha Januari - September 2018 mencapai Rp5,43 triliun, setara dengan 72,5 persen dari target Rp7,5 triliun pada 2018.

Di sisi profi tabilitas, emiten berkode saham WSBP itu meraih laba bersih Rp884,85 miliar. Realisasi tersebut setara dengan 80,5 persen dari target Rp1,15 triliun yang dibidik pada tahun ini.

Perseroan menyebut realisasi kinerja tersebut telah sesuai dengan proyeksi manajemen. “Kami optimistis pada kuartal IV/2018 target tersebut akan tercapai,” ujarnya seperti dikutip Bisnis Indonesia.

Optimisme tersebut sejalan dengan kontrak yang sedang dikerjakan oleh perseroan. Pasalnya, sejumlah pekerjaan akan direalisasikan menjadi pendapatan pada kuartal IV 2018.

PT Sentral Mitra Informatika

Perseroan tengah bersiap menghelat initial public offering (IPO) untuk mendanai ekspansinya tersebut. Perusahaan penyedia jasa teknologi informasi ini bakal melepas sebanyak-banyaknya 154,6 juta saham dengan harga penawaran Rp260-Rp310 per saham.

Sehingga, perusahaan ini berpotensi meraup Rp40,19 miliar-Rp47,93 miliar dari perhelatan tersebut. Rentang harga itu mencerminkan price earning ratio (PER) 14 kali-17 kali. "Ini tergolong rendah," ujar Direktur Utama Phillip Sekuritas Daniel Sutedja seperti dikutip Kontan.

Sentral Mitra juga bakal melepas 143,15 juta saham, setara 20 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh, untuk obligasi wajib konversi atau mandatory convertible bond (OWK). Harga pelaksanaannya Rp 174,64 per saham. Sentral Mitra bakal meraup Rp 25 miliar dari konversi tersebut.

(AM)