Bareksa.com - PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) mencatatkan kinerja keuangan kurang menggembirakan. Laba emiten operator telekomunikasi pelat merah ini anjlok cukup dalam.
Berdasarkan keterbukaan informasi yang disampaikan pada BEI, pada kuartal III 2018, TLKM mencetak laba bersih Rp14,23 triliun. Angka ini anjlok 20 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp17,92 triliun.
Penurunan kinerja ini disebabkan meningkatnya beban perusahaan sementara pendapatan hanya tumbuh tipis. Pendapatan perusahaan naik 2,27 persen menjadi Rp99,2 triliun dari sebelumnya Rp97 triliun. Adapun beban usaha membengkak dari Rp61,64 triliun menjadi Rp70,16 triliun. Angka tersebut naik 13,82 persen.
Hingga kuartal III 2018, aset Telkom mencapai Rp204,89 triliun. Angka ini lebih tinggi ketimbang aset pada Desember 2017 sebesar Rp198,48 trilun.
Salah satu penyebab anjloknya kinerja Telkom adalah lantaran peningkatan beban operasional sepanjang sembilan bulan terakhir karena peningkatan volume bisnis sejak awal tahun.
Direktur Keuangan Telkom Harry M. Zen mengatakan bisnis telekomunikasi memiliki karakteristik fixed cost yang tinggi. Sehingga jika terjadi peningkatan volume, maka beban operasional perusahaan juga mengalami peningkatan.
Seiring dengan peningkatan pendapatan ini, beban operasi, pemeliharaan dan jasa telekomunikasi juga ikut mengalami kenaikan dari sebelumnya Rp27,11 triliun menjadi Rp33,43 triliun.
Kondisi tersebut menjadi salah satu faktor penekan pertumbuhan laba bersih perusahaan yang pada periode tersebut tidak mengalami pertumbuhan.
Sementara itu, dari segi bisnis, telah terjadi pertumbuhan pada anak usahanya PT Telkomsel di bidang bisnis digital sebesar 19,8 persen year on year. Pertumbuhan tersebut didorong dengan ekspansi yang dilakukannya dengan menambah 22.578 BTS sepanjang tahun ini saja.
Selain itu, perkembangan bisnis lainnya juga terjadi ada bisnis IndiHome yang mengalami pertumbuhan sampai dengan 101,2 persen year on year dengan jumlah konsumen sampai akhir kuartal ketiga lalu yang mencapai 4,7 juta.
Harga Wajar Saham TLKM
Analisis Bareksa mencoba untuk menghitung harga wajar TLKM dengan sebuah metode sederhana yakni relative valution berbasis price earning ratio (PER), yaitu perbandingan harga saham (price) terhadap laba per lembar saham (earning per share/EPS).
Langkah pertama yang diperlukan adalah menghitung laba per saham (earning per share/EPS) yang disetahunkan (annualized EPS) serta rata-rata PER dalam waktu yang diinginkan (3-5 tahun).
Untuk menghitung annualized EPS dapat dicari dengan cara (EPS September 2018 – EPS September 2017 + EPS Tahunan 2017). Alhasil proyeksi laba per saham (EPS) saham TLKM hingga akhir 2018 yakni sebesar Rp186,35, yang diperoleh dengan cara (Rp143,67 – Rp180,92 + Rp223,60).
Sumber: Laporan Keuangan Perseroan, diolah Bareksa
Kemudian untuk menghitung rata-rata PER saham TLKM, dapat dicari dengan menjumlahkan PER dalam kurun waktu yang diinginkan kemudian dibagi dengan jumlah periode tersebut.
Sumber: Laporan Keuangan Perseroan, diolah Bareksa
Adapun PER yang dapat digunakan untuk mencari harga wajar tersebut dapat menggunakan rata-rata PER dalam tiga tahun terakhir, di mana rata-rata PER saham TLKM selama periode 2015 hingga 2017 diperoleh angka 19,94x .
Alhasil harga wajar saham TLKM untuk tahun 2018 dengan metode relative valution berbasis PER diperoleh harga Rp3.720{Rp186,35 x (19,94x)}.
Apabila dibandingkan dengan penutupan harga saham TLKM pada perdagangan kemarin di level Rp3.660, maka saham TLKM dapat dikatakan sudah tergolong murah (undervalued) 1,61 persen.
(AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.