Bareksa.com – Bank Pembangunan Daerah (BPD) punya senjata baru untuk meningkatkan kinerjanya keuangan, di tengah ketatnya persaingan kredit. Senjata baru itu adalah fee based income alias pendapatan berbasis komisi.
Fee based mulai menjadi kekuatan BPD untuk menyokong net interest income (NII) yang tidak tumbuh baik. Seperti PT BPD Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) atau BJB. Perseroan berhasil meraup laba Rp1,3 triliun atau naik 25,4 persen secara year on year pada sembilan bulan tahun ini.
Direktur Keuangan BJB Nia Kania menjelaskan, NII perseroan hanya tumbuh 4,1 persen sementara fee based naik 23,2 persen. “Untuk terus meningkatkan pelayanan kepada masyarakat Indonesia dan didukung dengan pengembangan teknologi yang baik untuk mempermudah layanan transaksi nasabah dengan cepat,” ujar Nia, Kamis, 25 Oktober 2018.
Sekretaris Perusahaan BJB M As’adi Budiman menambahkan, setiap tahun fee based BJB selalu naik. Tahun ini, kata dia, porsinya sudah mencapai Rp673 miliar atau sekitar 11 persen dari total income.
Padahal, kata Adi, tahun-tahun sebelumnya fee based BJB masih berkisar pada 7 persen sampai 8 persen. “Akan kami maintain berkisar 12 persen sampai 13 persen. Terutama melalui recovery aset, penguatan transaksional dengan memperkata fitur,” imbuh Adi.
Fee based, lanjut Adi, akan menjadi fokus utama BJB ke depannya. Karena, Adi bilang, bank yang berhasil mempertahankan fee base menjadi bank yang lebih sehat . Sehingga, dia menuturkan, BJB akan mempersiapkan sesuatu yang mengarah ke digital.
Peningkatan fee based juga menjadi perhatian utama PT BPD Jawa Timur Tbk (BJTM) atau Bank Jatim. Terlebih, pada sembilan bulan tahun ini fee based Bank Jatim naik lebih tinggi ketimbang pertumbuhan kreditnya.
“Fee based tumbuh 13 persen,” kata Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian. Pada periode ini, pertumbuhan kredit Bank Jatim hanya mencapai 7,74 persen menjadi Rp33,07 triliun. Adapun Bank Jatim meraup laba Rp1,06 triliun atau naik 4,54 persen dari periode sama tahun lalu Rp1,01 triliun.
Ferdian menuturkan, untuk meningkatkan kontribusi fee based, Bank Jatim akan lebih mengoptimalkan transaksi tresuri dan bancassurance. Perseroan juga bakal meningkatkan layanan berbasis teknologi informasi melalui layanan e-samsat, SP2D Online, Mobile Banking, SMSbanking, dan Internet Banking, juga penggunaan kartu ATM yang terkoneksi dengan GPN diharapkan mampu mendorong pertumbuhan kinerja yang baik di akhir 2018.
Kinerja Saham
Seperti kinerja saham bank pada umumnya, performa saham BJBR dan BJTM tahun ini sedang menurun. Saham BJBR hingga 25 Oktober 2018 turun 26,46 persen dari Rp2.400 pada akhir tahun 2017 menjadi Rp1.765. Bahkan catatan harga kemarin membuat saham BJB menyentuh level terendahnya tahun ini.
Setali tiga uang, saham BJTM juga dalam tekanan. Harganya turun 15,49 persen dari Rp710 pada akhir tahun 2017 menjadi Rp600. Ini juga menjadi level terendahnya BJTM pada tahun ini.
Hanya saja, saham BJTM tahun ini sempat bergerak terus naik hingga 26 Februari 2018 pada harga Rp790. Namun setelah itu, saham BJTM pun berangsur turun. (hm)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.