Laba Bersih Melonjak 10 Kali Lipat, Ini Target Terdekat Harga Saham LPCK

Bareksa • 25 Oct 2018

an image
Foto aerial pembangunan gedung-gedung apartemen di kawasan Meikarta, Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (16/10/2018). KPK menetapkan Bupati Bekasi Neneng Hasanah Yasin dan Direktur Operasional Lippo Group Billy Sindoro menjadi tersangka kasus dugaan suap ijin proyek pembangunan Meikarta. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

Saham LPCK ditutup melonjak 12,03 persen di level Rp1.490 per saham pada perdagangan kemarin

Bareksa.com - Pada perdagangan Kamis, 18 Oktober 2018, harga saham PT Lippo CIkarang Tbk (LPCK) ditutup melonjak 12,03 persen di level Rp1.490 per saham.

Saham LPCK bergerak atraktif pada perdagangan kemarin denganditransaksikan sebanyak 4.476 kali dengan nilai transaksi Rp26,36 miliar.

Berdasarkan aktivitas broker summary, anggota bursa yang menempati jajaran top buyer atau sebagai pembeli terbanyak saham LPCK pada perdagangan kemarin antara lain Mirae Asset Sekuritas (YP) dengan nilai pembelian Rp6,19 miliar, Jasa Utama Capital Sekuritas (YB) Rp6,09 miliar, dan Indo Premier Sekuritas  (PD) Rp2,41 miliar.

Ketiga broker tersebut masing-masing berkontribusi terhadap nilai transaksi saham LPCK secara keseluruhan 23,48 persen, 23,1 persen, dan 9,14 persen.

Kinerja LPCK Semester I 2018

Induk pengembang proyek properti Meikarta, PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) mengantongi laba bersih Rp2,87 triliun di periode 30 Juni 2018 atau semester I 2018.

Angka tersebut meroket tajam lebih dari 10 kali lipat (980,75 persen) dibandingkan perolehan laba bersih di periode yang sama tahun sebelumnya Rp265,63 miliar.

Emiten dengan kode saham LPCK ini baru menerbitkan laporan keuangan untuk periode semester I 2018 pada Rabu (24/10/2018), molor dari ketentuan bursa paling lambat akhir Juli 2018, dengan alasan menunggu proses audit.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan, pendapatan pada semester pertama tahun ini mencapai Rp1,15 triliun, tumbuh 37,06 persen dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun lalu Rp841,99 miliar.

Sementara itu, laba bruto tercatat Rp646,71 miliar, meningkat 66,01 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp389,57 miliar. Menariknya, perseroan membukukan keuntungan pencatatan investasi pada entitas asosiasi dengan nilai wajar Rp2,36 triliun, di mana pos tersebut tidak ada pada tahun lalu.

Dengan adanya tambahan pendapatan tersebut, LPCK tercatat membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan pada pemilik entitas induk senilai Rp2,87 triliun, melonjak 980,75 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp265,63 miliar.

Dengan capaian tersebut, laba per saham dasar atau earning per share (EPS) LPCK pada paruh pertama tahun ini tercatat Rp4.124,64 per saham, jauh lebih tinggi dibandingkan EPS semester I 2017 yang sebesar Rp381,65 per saham.

Analisis Teknikal Saham LPCK


Sumber: Bareksa

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle saham LPCK pada perdagangan kemarin membentuk bullish candle dengan long upper shadow yang menggambarkan saham ini bergerak positif namun terdapat tekanan jual yang cukup besar.

Pada perdagangan kemarin sebenarnya LPCK sempat menyentuh batas auto reject dengan naik hingga 24,81 persen ke level Rp1.660, namun akibat aksi profit taking yang cepat dari pasar pelaku pasar  akhirnya saham ini ditutup cukup jauh dari level tersebut yakni di level Rp1.490.

Volume perdagangan terlihat mengalami lonjakan signifikan menandakan adanya partisipasi yang besar dari para pelaku pasar.

Namun di sisi lain, investor asing tercatat membukukan net sell pada perdagangan kemarin senilai Rp8,21 miliar.

Selain itu, indikator relative strength index (RSI) saham LPCK terpantau mulai bergerak naik mengindikasikan sinyal kenaikan yang kuat dengan resisten terdekat di level Rp2.050.

Namun dengan banyaknya sentimen negatif yang menghampiri saham LPCK, pelaku pasar sepatutnya lebih waspada karena saham ini memiliki volatilitas yang tinggi.

(AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.