Bareksa.com - Gejolak perekonomian dunia setahun belakangan, tak ayal memberikan dampak buruk bagi pasar modal Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang selama setahun terakhir fluktuatif ditambah dengan kombinasi faktor eksternal dan internal turut mewarnai sentimen penggerak pasar.
Beberapa kondisi ekonomi yang memburuk setahun belakang di antaranya, memanasnya perang dagang China dengan Amerika Serikat, gejolak harga minyak seiring memanasnya kondisi geopolitik Timur Tengah, hingga ancaman sanksi ekonomi baru AS atas Iran. Kemudian pengetatan kebijakan moneter Bank Sentral AS dengan menaikkan Fed Funds Rate secara bertahap.
Sentiment negatif lainnya adalah tren penguatan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) terhadap mayoritas mata uang negara-negara di dunia, utamanya negara berkembang, termasuk rupiah. Bahkan, rupiah melampaui batas level psikologis Rp15.000 per dolar AS.
Tercatat IHSG minus 1,71 persen dalam setahun terakhir (per 19 Oktober 2018). Jika dihitung secara year to date, IHSG anjlok lebih dalam yakni 8,16 persen. Indek LQ45 longsor 7,29 persen setahun terakhir dan terjun 15,1 persen secara year to date 2018.
Kemudian Jakarta Islamic Index, indeks saham-saham syariah terjerembap lebih dalam yakni minus 12,09 persen setahun terakhir dan 14,72 persen secara year to date 2018.
Kinerja IHSG dan Indeks Acuan Setahun Terakhir (per 19 Oktober 2018)
Sumber :Bareksa
Kondisi serupa juga dialami indeks reksadana yang didalamnya memiliki portofolio investasi saham seperti indeks reksadana saham syariah. Reksadana ini mencatatkan pertumbuhan negatif setahun terakhir maupun year to date.
Indeks reksadana saham syariah mencatatkan return negatif 4,82 persen setahun terakhir dan minus 9,73 persen YtD 2018.
Return IHSG dan Indeks Acuan Setahun Terakhir (per 19 Oktober 2018)
Sumber : Bareksa
Meskipun gejolak dialami pasar modal dalam setahun terakhir, hal tersebut tak membuat beberapa produk reksadana ikut anjlok.
Tercatat di marketplace Bareksa, beberapa produk reksadana berbasis syariah masih tetap membukukan keuntungan tinggi year to date.
Dalam daftar top 5 reksadana syariah berhasil mencatatkan keuntungan hingga 28,52 persen.
Top 5 Reksadana Syariah Return Tertinggi YtD 2018 (per 19 Oktober)
Sumber : Bareksa
Apa saja reksadana syariah yang tetap untung saat pasar sedang fluktuatif tersebut serta apa isi portofolionya? Simak ulasan berikut :
1. Simas Syariah Unggulan
Produk reksadana ini dikelola oleh PT Sinarmas Asset Managemet dan diluncurkan pada 8 Agustus 2014. Reksadana saham syariah Simas Syariah Unggulan menduduki posisi pertama dengan return 28,52 persen YtD per 19 Oktober 2018.
Sumber : Bareksa
Produk reksadana ini memiliki dana kelolaan Rp117,5 miliar dengan pembelian minimum Rp200.000.
Simas Syariah Unggulan bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang optimal dalam jangka panjang dengan tingkat fleksibilitas investasi yang cukup tinggi serta mengurangi risiko dengan berbagai jenis portofolio efek yang terdiri dari efek ekuitas dan efek bersifat utang serta instrumen pasar uang sesuai prinsip syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan fund fact sheet September 2018, portofolio investasi reksadana ini pada saham PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS), PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI), PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD), PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS), dan PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM).
2. Sucorinvest Sharia Equity Fund
Reksadana saham Sucorinvest Sharia Equity Fund diluncurkan pada 8 November 2013 dan dikelola PT Sucorinvest Asset Management. Reksadana ini mencetak return 11,07 persen YtD 2018 per 19 Oktober.
Reksadana ini dapat dibeli dengan pembelian minimum Rp100.000. Dana kelolaan reksadana ini Rp193 miliar.
Sumber : Bareksa
Berdasarkan fund fact sheet September 2018, top holding dalam portofolio investasi produk reksadana campuran ini di antaranya di saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bisi International Tbk (BISI), PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI), PT KMI Wire & Cable Tbk (KBLI), dan PT Samindo Resources Tbk (MYOH).
3. Bahana Likuid Syariah
Produk reksadana pasar uang yang dikelola oleh PT Bahana TCW Investment Management ini mencetak keuntungan 4,14 persen YtD 2018. Bahana Likuid Syariah diluncurkan pada 14 Januari 2015 dengan dana kelolaan Rp334,66 miliar.
Sumber :Bareksa
Berdasarkan fund fact sheet September 2018, produk ini memiliki kebijakan investasi 100 persen pada instrumen syariah pasar uang.
Produk ini membukukan portofolio investasinya di antaranya pada deposito PT Bank Syariah Bukopin Tbk (BBKP), PT Bank Victoria Syariah, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, PT Bank Panin Syariah, dan BPD Sumatera Utara Syariah.
4. Syailendra Sharia Money Market
Reksadana pasar uang Syailendra Sharia Money Market oleh PT Syailendra Capital yang diluncurkan pada 5 Oktober 2017. Syailendra Sharia Money Market menempati posisi keempat dengan return 3,9 persen YtD 2018.
Sumber : Bareksa
Syailendra Sharia Money Market Fund bertujuan memberikan hasil investasi dengan berinvestasi 100 persen dari Nilai Aktiva Bersih (NAB) pada instrumen pasar uang syariah dalam negeri yang mempunyai jatuh tempo tidak lebih dari 1 tahun dan/atau efek syariah berpendapatan tetap termasuk sukuk yang diterbitkan dengan jangka waktu tidak lebih dari 1 tahun dan/atau sisa jatuh temponya tidak lebih dari 1 tahun dan/atau deposito syariah dalam mata uang rupiah, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
Berdasarkan fund fact sheet agustus 2018, portofolio investasi dari Syailendra Sharia Money Market Fund ialah SMASDF01ACN1, SIISAT02ACN2, SMADMF03ACN2, BRIAU-UUS/360, dan TDP BBKP SY.
5. Emco Barokah Syariah
Produk reksadana pasar uang ini menduduki peringkat kelima dengan return 3,88 persen YtD 2018. Emco Barokah Syariah memiliki dana kelolaan Rp139,2 miliar dan diluncurkan pada 15 Mei 2015. Reksadana pasar uang berbasis syariah ini dikelola oleh PT Emco Asset Management.
Sumber : Bareksa
Emco Barokah Syariah bertujuan untuk menghasilkan tingkat imbal hasil yang optimal melalui investasi pada instrumen pasar uang syariah, surat berharga syariah dan/atau deposito syariah.
Kebijakan investasi reksadana ini adalah maksimum 99,93 persen pada deposito syariah dan maksimum 0,07 persen pada kas.
Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Simak ulasan tips untuk memaksimalkan keuntungan berinvestasi di reksadana : Tips Menabung di Reksadana Agar Tujuan Investasi Dapat Tercapai
(AM)
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.