Bareksa.com - Harga saham PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) pada perdagangan Kamis pagi ini, 18 Oktober 2018, menghijau meskipun sempat sedikit tertekan dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.
Saham DOID diperdagangkan di level Rp830 per saham pada pukul 10.50 atau naik 25 poin (3 persen) dari penutupan perdagangan kemarin.
Sumber : Bareksa
Penguatan merupakan lanjutan dari perdagangan Rabu, 17 Oktober kemarin saham DOID ditutup melonjak 6,62 persen dengan berakhir di level Rp805 per saham.
Saham DOID bergerak cukup atraktif pada perdagangan kemarin dengan ditransaksikan sebanyak 7.028 kali dengan nilai transaksi Rp59,58 miliar.
Berdasarkan aktivitas broker summary, anggota bursa yang menempati jajaran top buyer atau sebagai pembeli terbanyak saham DOID pada perdagangan kemarin antara lain RHB Sekuritas (DR) dengan nilai pembelian Rp9,34 miliar, kemudian Mirae Asset Sekuritas (YP) Rp5,97 miliar, dan Trimegah Sekuritas (LG) Rp5,15 miliar.
Ketiga broker tersebut masing-masing berkontribusi terhadap nilai transaksi DOID secara keseluruhan yaitu 15,68 persen, 10,02 persen, dan 8,64 persen.
Operasional DOID Masih Tinggi
Aktivitas penambangan PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) masih berada dalam level tinggi. Per September 2018, materi pengupasan tanah atau overburden removal yang dilakukan anak usahanya, PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA), mencapai 40,8 juta bank cubic meters (bcm).
Sumber: Laporan Produksi Perseroan
Angka tersebut terpantau naik 5,69 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 38,6 juta bcm.
Kemudian jika dilihat secara tahunan, kenaikan tersebut tercatat 37 persen dari sebelumnya 29,7 juta bcm pada September 2017. Bukan hanya itu, level overburden removal DOID per September 2018 tersebut juga merupakan level tertinggi setidaknya sejak 2010.
Sumber: Laporan Produksi Perseroan
Dari aktivitas pengerukan tanah 40,8 juta bcm tersebut, DOID mampu mengangkat 3,6 juta ton batu bara. Produksi tersebut naik 12 persen dibandingkan dengan bulan Agustus yang 3,2 juta ton. Dari situ terlihat, operasional penambangan DOID mulai kembali efisien.
"Strip ratio mulai kembali normal, 11,2 kali," ujar Eddy Porwanto, Direktur Keuangan DOID, Selasa (16/10).
Sumber: Laporan Produksi Perseroan
Sekadar informasi, strip ratio merupakan perbandingan antara volume tanah atau batuan yang dibongkar dengan seberapa besar jumlah batu bara yang bisa diambil.
Secara umum, strip ratio DOID berada pada rentang 8 hingga 9 kali. Namun, strip ratio tersebut belakangan mulai meningkat. Puncaknya terjadi pada Agustus 2018 di mana strip ratio DOID naik menjadi 12,1 kali dari sebelumnya 9,9 kali pada Juli 2018.
Untuk tahun ini, DOID menargetkan overburden removal 375-425 juta bcm. Jika diakumulasikan sejak awal tahun, realisasinya mencapai 284 juta bcm atau setara sekitar 66 persen-76 persen dari target.
Sementara itu, realisasi produksi batu baranya 30,4 juta ton, atau setara 67 persen dari target tahun ini 45 juta ton batu bara.
Analisis Teknikal Saham DOID
Sumber: Bareksa
Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle saham DOID pada perdagangan kemarin membentuk bullish candle dengan short upper shadow yang menggambarkan saham ini bergerak positif dalam rentang yang cukup lebar hingga ditutup tiga tick di bawah level tertingginya.
Volume terlihat mengalami lonjakan signifikan menandakan adanya aksi pembelian serta partisipasi yang besar dari para pelaku pasar.
Apabila diperhatikan saham DOID telah keluar dari fase konsolidasinya yang telah terjadi sejak awal bulan ini.
Indikator relative strength index (RSI) terlihat mulai bergerak naik mengindikasikan sinyal kenaikan yang cukup kuat dengan target terdekat di resisten di level Rp830 sebelum akhirnya pada level Rp960.
(AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.