Bareksa.com - Harga saham PT Jaya Bersama Indo Tbk (DUCK) kembali ditutup melonjak di hari keempat saham tersebut listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham DUCK tercatat menguat 8,25 persen dengan ditutup pada level Rp1.180 per saham pada perdagangan Senin 15 Oktober 2018.
Sebelumnya pengelola jaringan restoran chinese food terbesar di Indonesia tersebut, Duck King, resmi mencatatkan sahamnya di BEI sebagai emiten dan ke-606 dan ke-43 tahun ini pada hari Rabu, 10 Oktober 2018.
Dalam aksi korporasi tersebut, DUCK menunjuk PT CGS-CIMB Sekuritas Indonesia, PT Danareksa Sekuritas dan PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
IPO Duck mendapatkan respons positif dan antusias dari investor. Dewi Tio, Direktur DUCK menyatakan pemesanan saham DUCK mengalami kelebihan permintaan (oversubscribe) hingga 80 kali.
Kegiatan Usaha
A. Kegiatan usaha utama perseroan untuk :
a) Menjalankan usaha dalam bidang perdagangan yaitu khusus berdagang bahan-bahan makanan dan minuman, baik dengan cara ekspor, impor, antar pulau dan lokal, baik untuk perhitungan sendiri maupun atas perhitungan pihak lain secara komisi, serta bertindak sebagai leveransir, supplier, distributor, grosir, perwakilan atau agen, baik dari perusahaan-perusahaan di dalam negeri maupun di luar negeri; dan
b) Menjalankan usaha dalam bidang industri bahan-bahan makanan dan minuman, industri roti dan kue.
c) Menjalankan usaha dalam bidang jasa antara lain catering/jasa boga, restoran/rumah makan dan jasa franchise.
B. Kegiatan usaha penunjang yang mendukung kegiatan usaha utama adalah sebagai berikut:
a. Melakukan ekspor dan/atau impor bahan baku dan bahan lainnya terkait produksi dan distribusi;
b. Melakukan pengiriman atau pendistribusian hasil produksi industri terkait ke gerai restoran;
c. Impor mesin, chinaware, box mooncake, bahan-bahan baku dan bahan tambahan dan/atau penunjang makanan serta minuman;
d. Jasa konsultasi manajemen restoran;
e. Bergerak di bidang usaha catering dan/atau perhotelan; dan
f. Bergerak di bidang distribusi makanan dan minuman, bahan baku dan/atau bahan penunjang makanan dan minuman antara lain mendistribusikan produk saos atau chili oil.
Rencana Penggunaan Dana IPO
Seluruh dana hasil dari penawaran umum perdana saham yang akan diterima oleh perseroan, setelah dikurangi seluruh biaya-biaya emisi, seluruhnya akan dipergunakan sebagaimana berikut :
1. Sekitar 80 persen akan digunakan untuk pembukaan gerai baru di beberapa wilayah di Indonesia di antaranya di beberapa kota di Jawa, Bali, Sulawesi dan Kalimantan serta juga di luar negeri yaitu, Vietnam, Kamboja, dan Myanmar, termasuk untuk keperluan renovasi gerai restoran yang ada untuk mendukung pertumbuhan berkesinambungan pada seluruh jaringan gerai restoran entitas anak.
Dana tersebut selanjutnya akan digunakan oleh entitas anak untuk sewa maupun pembelian lahan untuk gerai baru di entitas anak, baik di dalam maupun luar negeri untuk memperluas dan memperkuat jaringan gerai restoran entitas anak seperti The Duck King, Imperial Chef, dan Fook Yew maupun konsep restoran baru yang digagas oleh grup perseroan.
Dana tersebut akan dialokasikan dengan mempertimbangkan pertumbuhan dan strategi masing-masing merek restoran entitas anak.
2. Sekitar 20 persen akan digunakan untuk modal kerja dan untuk mendukung peningkatan kapabilitas operasional perseroan dan entitas anak.
Kinerja Keuangan
Terkait kinerja keuangannya, DUCK mencatatkan kinerja yang terbilang cukup solid. Mengutip dari prospektus perseroan, hingga akhir 2017, pendapatan perseroan tercatat Rp538,26 miliar, melonjak 23,45 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2016 yang sebesar Rp436,00 miliar.
Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya marketing effort melalui kombinasi promosi dan packaging harga yang menarik terutama melalui social media dan kerja sama dengan bank-bank dalam memberikan promosi yang berakibat meningkatnya jumlah pelanggan.
Selain itu pendapatan dari konsep restoran baru dan gerai baru terlihat di 2017.
Sumber: Prospektus Perseroan
Namun di sisi lain, laba tahun berjalan perseroan justru terkoreksi 18,59 persen dari sebelumnya Rp88,16 miliar pada periode Januari hingga Desmber 2016, menjadi Rp71,77 miliar pada periode yang sama tahun 2017.
Penurunan tersebut dikarenakan adanya pembayaran uang tebusan amnesti pajak dan pembayaran bunga pinjaman karena meningkatnya pinjaman bank di tahun 2017.
(AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.