Bareksa.com – Saham PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) sedang dalam status pengawasan oleh Bursa Efek Indonesia karena peningkatan harga dan aktivitas di luar kebiasaan (unusual market activity/UMA). Saham SMCB sejak 8 Oktober 2018 hingga 12 Oktober 2018 tercatat naik 48,11 persen dari Rp1.060 menjadi Rp1.570.
Meski begitu, status sedang diawasi Bursa justru membuat saham SMCB semakin naik kencang. Hari ini (Senin, 15 Oktober 2018), saham SMCB menutup sesi I perdagangan naik 19,11 persen ke level Rp1.870
Dalam setengah hari perdagangan, transaksi saham SMCB mencapai 465.976 lot dengan frekuensi 6.113 kali bernilai Rp81,72 miliar. Catatan transaksi ini membentuk harga mulai dari Rp1.550 sampai Rp1.950. Adapun transaksi terbanyak ada pada level Rp1.900 dengan catatan volume 29.924 lot bernilai Rp5,68 miliar.
Mengacu pada posisi SMCB per akhir 2017 Rp835, maka penguatan hingga sesi I hari ini membuat saham SMCB telah naik 123,95 persen. Angka tersebut menjadi level tertinggi saham SMCB tahun ini dengan level terendah Rp515.
Pergerakkan Harga Saham SMCB Periode 29 Desember 2017 – 12 Oktober 2018
Sumber: Bareksa.com
Harga saham SMCB naik seiring dengan keterangan perseroan atas peningkatan pendapatan pada kuartal III tahun 2018 yang mencapai lebih dari 12 persen atau Rp2,92 triliun dibandingkan periode yang sama tahun 2017. Pencapaian ini didorong oleh volume penjualan sebesar tiga juta ton dari kebutuhan sektor perumahan dan infrastruktur.
Hingga akhir September 2018, penjualan meningkat 7 persen menjadi Rp7,37 triliun. Kenaikan EBITDA tercatat mendekati 30 persen dibandingkan kuartal ketiga tahun 2017, yang juga mencerminkan keberhasilan perusahaan dalam melaksanakan program-program efisiensi.
Presiden Holcim Gary Schutz menyampaikan, pihaknya telah mencapai kinerja yang sangat baik dengan memanfaatkan tren di pasar sejak kuartal kedua, dan momentum yang sangat baik ini membantu meningkatkan harga jual rata-rata. “Strategi kami untuk memberikan solusi-solusi bernilai tambah bagi para pelanggan di seluruh wilayah di Indonesia terbukti jitu. Kami sangat menghargai rencana-rencana Pemerintah untuk terus berinvestasi dan mengedepankan pembangunan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi negara,” tutur Schutz belum lama ini.
Belum lama ini, Holcim juga memperkenalkan kemasan baru pada salah satu produk unggulannya untuk konstruksi struktural dan cor beton bernama PowerMax. Kemasan baru PowerMax menampilkan kualitas premium untuk menghasilkan 15 persen struktur yang lebih kuat, 30 persen lebih cepat selesai, dan 100 persen pasti terbaik hasilnya.
Holcim juga menyediakan aplikasi-palikasi beton inovatif unggulan seperti SpeedCrete, ThruCrete, ApexCrete, ColoCrete, DekoCrete”. Beberapa proyek di Jakarta yang terbukti suskes menggunakan solusi-solusi tersebut, Holcim memperoleh kesempatan bekerjasama dengan Kementerian PUPR untuk proyek-proyek lainnya.
“Kedepan, Holcim menargetkan pertumbuhan penjualan diatas 6 persen tahun ini. Peningkatan EBITDA juga akan terbantu oleh program-program efisiensi dengan mengoptimalkan saluran distribusi, produksi dan pemanfaatan bahan bakar alternatif,” imbuh Schutz.
Lonjakan harga saham SMCB dalam beberapa waktu terakhir juga diduga akibat rumor divestasi saham. Pemegang saham pengendali SMCB, LafargeHolcim perusahaan asal Swiss yang menguasai 80,64 persen saham Holcim Indonesia melalui anak usahanya, Holderfin B.V. Lafarge dikabarkan akan melepas kepemilikan sahamnya. Kabar ini sudah santer sejak 2 bulan lalu.
Nama-nama perusahaan yang disebut-sebut tertarik melego saham SMCB di antaranya perusahaan semen China Anchui Conch, perusahaan semen Jepang Taiheiyo Cement Corp, hingga PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan HeidelbergCement AG, pemegang saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP).
(AM)