Berita Hari Ini : Perjanjian NAFTA Disepakati, Harga Minyak Bisa Tembus US$100

Bareksa • 02 Oct 2018

an image
Ilustrasi harga minyak mentah bensin (BBM) global naik. Copyright: <a href='https://www.123rf.com/profile_bluebay'>bluebay / 123RF Stock Photo</a>

ASII bagi dividen interim Rp60, WIKA raih kontrak baru Rp23,3 T, harga batu bara terus meroket, Bursa Saham AS menghijau

Bareksa.com - Berikut adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal, dan aksi korporasi yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Selasa, 2 Oktober 2018 :

Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA)

Amerika Serikat (AS), Kanada, dan Meksiko dikabarkan telah mencapai kesepakatan untuk memperbarui Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA), hal itu guna mempertahankan blok trilateral bersama dengan Meksiko. Menurut dua pejabat pemerintahan senior Presiden Donald Trump, perjanjian NAFTA yang telah berumur 24 tahun itu akan dinamai Perjanjian AS-Meksiko-Kanada (United States, Mexico, Canada Agreement/USMCA).  

Dilansir dari Bisnis.com (01/10), menurut mereka, kesepakatan itu mencakup peningkatan akses ke pasar produk susu Kanada bagi para petani AS, ketentuan kekayaan intelektual yang lebih kuat, serta aturan asal yang lebih ketat untuk produksi mobil. Para perunding AS dan Kanada telah bekerja keras selama akhir pekan ini untuk menjadikan Minggu tengah malam sebagai tenggat waktu yang akan memungkinkan ketiga negara untuk menandatangani kesepakatan itu sebelum Presiden Enrique Pena Nieto turun dari jabatannya pada 30 November.

Pembaruan perjanjian NAFTA sendiri akan menjadi tonggak bagi Presiden AS, Donald Trump, yang sebelumnya menyebut perjanjian itu sebagai ‘bencana’ dan bersumpah untuk mengurangi defisit perdagangan AS serta menghidupkan kembali pekerjaan manufaktur. Trump telah berulang kali mengancam untuk menarik diri dari kenyataan itu, sebuah skenario yang dikhawatirkan oleh para pemimpin bisnis akan merusak rantai pasokan mereka.

Harga Minyak Bisa Naik ke Level US$100

Pemimpin Organisasi Negara Pengekspor Minyak (Organization of Petroleum Exporting Countries/OPEC), Arab Saudi dinilai tak bisa mencegah akan ada kejutan pasokan di pasar energi. Saat ini pedagang minyak sudah mempersiapkan kemungkinan harga minyak ke level US$100 per barel (Rp 1.490.265) sebelum akhir 2018.

"Tidak ada yang mau kekurangan, sepenuhnya menyadari bahwa semakin banyak barel [minyak] Iran yang siap disingkirkan dari pasar," kata Stephen Brennock, Analis Minyak di PVM Oil Associates, dalam catatan penelitian seperti dilansir CNBC Indonesia (01/10).

Akhir bulan lalu, Presiden AS Donald Trump mendesak para produsen OPEC untuk meningkatkan produksi untuk mencegah kenaikan harga menjelang pemilu paruh waktu di awal November.

Desakan pemerintah Trump terhadap Timur Tengah, untuk mulai memompa lebih banyak minyak muncul seraya Gedung Putih bersiap menerapkan sanksi yang menargetkan minyak mentah Iran dalam hitungan lima pekan. Washington juga meminta para pembeli minyak Iran untuk memangkas impor menjadi nol guna memaksa Tehran menegosiasikan kesepakatan nuklir baru.

Harga minyak Brent diperdagangkan US$83,01 per barel pada hari Senin, atau naik 0,34 persen. Sementara minyak AS West Texas Intermediate (WTI) dijual US$73,42 per barel atau naik 0,2 persen.

PT Astra International Tbk (ASII)

ASII akan membagikan dividen interim tahun buku 2018 sebesar Rp60 per saham. Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (1/10/2018), pembagian dividen interim diputuskan dalam rapat dan disetujui Dewan Komisaris pada 27 September 2018.

Jadwal pembagian dividen yaitu cum dividen di pasar regular dan negosiasi pada 4 Oktober 2018. Ex dividen interim di pasar regular dan negosiasi pada 5 Oktober 2018.

Kemudian cum dividen interim di pasar tunai pada 9 Oktober 2018, ex dividen interim di pasar tunai pada 10 Oktober 2018. Sedangkan recording date bagi investor yang berhak atas dividen interim pada 9 Oktober 2018. Pelaksanaan pembayaran dividen interim pada 31 Oktober 2018.

Dilansir dari laman Liputan6.com, Gita Tiffany Boer selaku Sekretaris Perusahaan PT Astra International menyampaikan informasi terkait pelaksaan pembayaran dividen tersebut. "Pelaksanaan pembayaran dividen interim akan dilakukan oleh perseroan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku," ujar Gita Tiffany Boer. 

Astra International membukukan pertumbuhan laba bersih 11 persen dari Rp9,34 triliun pada semester I 2017 menjadi Rp 10,38 triliun pada semester I 2018. Hal itu didukung pendapatan bersih naik 15 persen menjadi Rp 112,55 triliun hingga semester I 2018. Peningkatan pendapatan itu terutama berasal dari bisnis alat berat dan pertambangan.

PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)

PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) mencatatkan perolehan kontrak baru Rp23,35 triliun hingga Agustus 2018. Nilai kontrak tersebut meningkat Rp2,12 triliun jika dibandingkan dengan bulan Juli 2018 sebesar Rp21,33 triliun. Perolehan kontrak itu mencapai 40,35 persen dari target yang ditetapkan perusahaan sebesar Rp58,11 triliun.

Puspita Anggraeni, Sekretaris Perusahaan WIKA mengatakan, pihaknya masih yakin akan menembus target kontrak yang dipatok. “Nilai kontrak baru di bulan Agustus lalu meningkat Rp 2,12 triliun. Potensi hingga akhir tahun masih tinggi,” ujarnya seperti dilansir Kontan, (1/10).

Puspita menambahkan, untuk potensi kontrak baru WIKA hingga akhir tahun 2018 masih akan sesuai dengan target kontrak baru perusahaan tahun ini yakni Rp 58,11 triliun. Untuk diketahui, target tahun ini naik jika dibandingkan dengan pencapaian kontrak baru di 2017 yang sebesar Rp42,21 triliun.

Harga Batu Bara

Semenjak harga batu bara menembus level US$100 per metrik ton, tren kenaikan harga komoditas energi tersebut sulit dibendung. Apalagi permintaan terhadap batubara juga terus meningkat. Data Bloomberg menunjukkan, harga batu bara kontrak pengiriman November 2018 di ICE Futures Newcastle bertengger di level US$ 114,55 per metrik ton. Sepanjang kuartal III 2018, harga batu bara telah naik 7,65 persen.

Tren kenaikan harga batu bara makin menjadi-jadi ketika memasuki Agustus dan bulan berikutnya. Bahkan, pada 26 September harga batu bara mencapai level US$114,75 per metrik ton atau level tertinggi sejak 2014.

Seperti dilansir Kontan (01/10), Menurut Ibrahim, Direktur Garuda Berjangka, harga batu bara terdongkrak oleh meningkatnya permintaan terhadap komoditas tersebut sebagai energi alternatif selain minyak bumi. Mulai dari Amerika Serikat, Eropa, hingga sebagian negara Asia, khususnya China.

Bursa Saham AS

Mayoritas indeks acuan Wall Street menghijau pada perdagangan Senin (1/10) waktu setempat, karena investor menyambut baik kabar bergabungnya Kanada ke dalam kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Meksiko.

Indeks Dow Jones Industrial Average melonjak 0,73 persen ke posisi 26.651,21, indeks S&P 500 bertambah 0,36 persen menjadi 2.924,59 namun Nasdaq Composite melemah 0,11 persen ke 8.037,3.

Seperti dilansir CNBC Indonesia, Chevron dan Boeing menjadi pendorong penguatan indeks Dow Jones sementara kenaikan sektor energi, material, dan industri membuat indeks S&P 500 ditutup menguat. Pelemahan saham-saham Facebook dan Intel menjadi penyebab lesunya indeks Nasdaq yang sarat dengan perusahaan teknologi.

Saham Ford dan General Motors menguat masing-masing 0,8 persen dan 1,6 persen menyusul kabar disepakatinya revisi Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) hari Ahad malam waktu setempat. Boeing yang sensitif terhadap kabar perdagangan melesat 2,8 persen.

(AM)