Bareksa.com – Merespons kebutuhan masyarakat yang ingin berinvestasi di reksadana berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) melalui online marketplace, Bareksa menghadirkan reksadana Manulife Saham Syariah Asia Pasifik Dollar AS (MANSYAF) mulai 27 Agustus 2018. Langkah ini merupakan sebuah terobosan baru, karena untuk pertama kalinya produk reksadana dolar ada di online marketplace non-bank.
Meskipun demikian untuk dapat membeli reksadana MANSYAF ini kita diwajibkan memiliki rekening bank dalam mata uang asing terlebih dahulu. Adapun minimal pembelian reksadana ini pada awal sebesar US$10.000 dan minimal pembelian selanjutnya sebesar US$100.
Mengapa harus rekening dolar?
Investor reksadana dolar MANSYAF harus memiliki rekening dalam dolar AS juga karena untuk memudahkan pembelian (subscribe) atau penjualan (redeem) reksadana dalam dolar ini tanpa harus mengalami selisih kurs dengan rupiah.
Konversi mata uang memakan waktu dan biaya sehingga rekening dalam dolar AS sangat mempercepat hal ini. Di samping itu, bank kustodian biasanya menerapkan aturan apabila pencairan harus ke rekening dolar AS nasabah.
Misal, untuk subscribe nasabah transfer dalam bentuk rupiah ke dolar, untuk efektif perlu waktu 3 hari. Dengan demikian, nominal dolar AS menjadi berubah karena ada biaya konversi. Saat redeem juga sama, bank kustodian harus konversi yang membutuhkan biaya bila rekening nasabah dalam kurs berbeda.
Perbedaan Reksadana Dolar dan Rupiah
Perbedaan mendasar antara reksadana berdenominasi rupiah dengan dolar adalah harga reksadana. Harga reksadana yang tercermin dari nilai aktiva bersih (NAB) per unit penyertaan reksadana rupiah dimulai dari Rp1.000, tapi reksadana dolar selalu dimulai dari US$1.
Jika deposito dalam bentuk USD akan memberikan bunga yang lebih rendah dibandingkan Rupiah. Di obligasi juga demikian, dimana obligasi USD akan memberikan kupon lebih kecil dibandingkan obligasi Rupiah.
Namun untuk saham tergantung nilai tukar dolar. Jika mata uang USD melemah maka return reksadana saham USD bisa lebih tinggi daripada reksa dana saham rupiah dan sebaliknya.
Risiko dan Keuntungan
Lantaran reksadana dolar ini menggunakan mata uang asing, tentu saja terdapat risiko nilai tukar. Contohnya Anda menempatkan US$1.000 pada reksadana saat kurs Rp13.000 per USD atau setara Rp13 juta. Kemudian Manajer Investasi menggunakan uang tersebut untuk membeli saham dengan harga Rp1.000 per lembar atau mendapatkan 13.000 lembar.
Kemudian harga saham tersebut naik 10 persen menjadi Rp1.100. Maka nilai investasi Anda adalah Rp1.100 dikalikan 13.000 lembar menjadi Rp14,3 juta. Kemudian dikonversi ke USD, di mana pada saat itu rupiah telah melemah menjadi Rp14.500 per USD, sehingga nilai investasi Anda menjadi US$986.
Namun, jika ternyata nilai tukar rupiah terhadap dolar menguat saat pasar saham juga menguat, maka nilai investasi Anda akan mengalami kenaikan. Misalnya, pada saat harga saham naik menjadi Rp1.100, kurs rupiah menguat menjadi Rp11.500 per USD, maka saat dikonversikan nilai investasi Anda yang sebesar Rp13 juta tersebut akan setara dengan US$1.130,4
Kinerja reksadana saham berbasis dolar memiliki kenaikan kinerja di atas reksadana saham berbasis rupiah karena reksadana dolar berpotensi mendapatkan keuntungan ganda dari kenaikan harga saham dan kurs. Namun, saat rupiah melemah, kinerja reksadana saham ini akan menurun karena asetnya yang berbasis rupiah juga menurun.
Yang perlu diperhatikan, risiko kurs ini hanya terjadi pada reksadana saham dan campuran berdenominasi dolar dengan instrumen saham memiliki proporsi dominan dalam portofolio. Pada reksadana pendapatan tetap, pasar uang dan terproteksi berdenominasi USD, tidak ada risiko ini karena seluruh penempatannya pada instrumen berbasis dolar langsung. (hm)
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.