Kenaikan Harga DOC Dongkrak Saham Emiten Peternakan, Ini Prospek CPIN

Bareksa • 08 Aug 2018

an image
Suasana kandang Ayam yang menggunakan sistem tertutup, hasil Hibah PT. Charoen Pokphand Indonesia, di Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (14/12). (ANTARA FOTO/Idhad Zakaria)

Harga saham CPIN pada perdagangan Selasa, 7 Agustus 2018, ditutup menguat 3,01 persen

Bareksa.com - Harga saham emiten-emiten poultry melonjak tajam pada perdagangan kemarin, seiring dengan kenaikan harga day old chicks (DOC) dan broiler selama Juli 2018. Saham PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) naik 20,37 persen, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) naik 10,89 persen, dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) naik 3,01 persen.

Kenaikan CPIN relatif lebih kecil dibandingkan dua saham lainnya membuat saham ini memili potensi untuk menyusul ketertinggalannya.

Harga saham CPIN pada perdagangan Selasa, 7 Agustus 2018, ditutup menguat 3,01 persen dengan berakhir di level Rp4.790 per saham. Saham CPIN bergerak atraktif pada perdagangan kemarin dengan ditransaksikan sebanyak 3.878 kali serta nilai transaksi mencapai Rp51,83 miliar.

Berdasarkan aktivitas broker summary, anggota bursa yang menempati jajaran top buyer atau sebagai pembeli terbanyak saham CPIN pada perdagangan kemarin antara lain UBS Sekuritas (AK) dengan nilai pembelian Rp11,48 miliar, kemudian Mirae Asset Sekuritas (YP) Rp6,83 miliar, dan Deutsche Sekuritas (DB) Rp6,08 miliar.

Ketiga broker tersebut masing-masing berkontribusi terhadap nilai transaksi saham CPIN secara keseluruhan yaitu 22,15 persen, 13,18 persen, dan 11,73 persen.

Kenaikan Harga Ayam

Adapun pergerakan positif pada saham-saham poultry disebabkan oleh adanya kenaikan harga ayam day old chicks (DOC) dan broiler selama Juli 2018 sehingga menjadi salah satu pemicu investor memborong saham perusahaan yang bergerak di industri pakan ternak unggas tersebut.

Harga broiler pada Juli tercatat Rp22.960/kg atau naik 6,2 persen secara bulanan. Sementara secara tahunan sudah naik 37,8 persen yang membawa harga ayam broiler mencapai Rp20.457 per kilogram pada 7 bulan pertama tahun ini.

Kinerja Semester I 2018

Secara fundamental, Charoen Pokhpand Indonesia mencatat pertumbuhan laba yang didistribusikan ke pemilik entitas induk 59,66 persen hingga periode 30 Juni 2018 menjadi Rp2,43 triliun, dari sebelumnya Rp1,52 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Meskipun pendapatan bersih tercatat naik tipis 2,73 persen menjadi Rp25,61 triliun, dari sebelumnya Rp24,93 triliun, namun beban pokok perusahaan justru turun 3,69 persen menjadi Rp20,89 triliun, dari sebelumnya Rp21,69 triliun. Alhasil laba kotor berhasil melonjak 45,68 persen menjadi Rp4,72 triliun, dari sebelumnya Rp3,24 triliun.

Sementara itu, laba operasional naik 64,59 persen menjadi Rp3,44 triliun, dari sebelumnya Rp2,09 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Sedangkan laba sebelum pajak naik 66,67 persen menjadi Rp3,15 triliun, dari sebelumnya Rp1,89 triliun.

Analisis Teknikal Saham CPIN


Sumber : Bareksa

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle saham CPIN pada perdagangan kemarin membentuk bullish candle dengan short upper shadow menggambarkan saham ini bergerak positif namun masih cukup tertahan dibandingkan dua saham poultry lainnya.

Volume relatif masih besar seperti hari sebelumnya menggambarkan saham ini masih cukup banyak menarik minat pelaku pasar. Selain itu, investor asing tampak membukukan pembelian bersih (net buy) senilai Rp4,17 miliar.

Dilihat dari trennya, saham CPIN masih berada dalam uptrend dengan posisi MA 5 > MA 20 > MA 60. Kemudian indikator relative strength index (RSI) saham CPIN terlihat mulai kembali bergerak naik mengindikasikan sinyal kenaikan yang cukup kuat dengan target terdekat di resisten pada level Rp4.950 per saham.

(AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.