Bareksa.com – PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) berencana menghabiskan jatah obligasi sisa penawaran umum berkelanjutan (PUB) Rp2 triliun. Obligasi tersebut rencananya akan terjun ke pasar pada kuartal III ini.
Menurut Direktur Utama BJB Ahmad Irfan, perseroan tengah membutuhkan likuiditas tambahan untuk mendorong percepatan penyaluran kredit. Terutama, karena adanya proyek tol Jakarta – Cikampek II Elevated. “Kami mendapat porsi Rp250 miliar,” ujar Irfan dalam paparan kinerja BJB di Jakarta, Rabu, 1 Agustus 2018.
Meski begitu, Irfan menambahkan, rencana penerbitan obligasi ini tetap memperhatikan kondisi pasar. Terlebih, katanya, untuk menyesuaikan tingkat bunga yang akan ditawarkan mengingat kondisi pasar obligasi sedang dalam tren melemah.
Mengacu rilis kinerja perseroan, level loan to deposit (LDR) BJB mengalami peningkatan dari 85,9 persen pada semester I 2017 menjadi 86,4 persen. Di sisi lain, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) BJB baru mencapai 4 persen dari target tahun ini yang berkisar 10 persen sampai 2 persen.
Artinya, pertumbuhan DPK BJB belum bisa mengimbangi pertumbuhan kredit perseroan yang pada semester I tumbuh 5,9 persen dari target akhir tahun 12 persen sampai 14 persen.
Untung saja, BJB berhasil meningkatkan profitabilitasnya dengan catatan laba Rp903 miliar atau naik 9,2 persen. Menurut Irfan, hal ini merupakan hasil dari penurunan biaya cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang menjadi 48,9 persen, seiring dengan stabilnya level kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) pada kisaran 1,6 persen.
“Berbagai indikator penting dalam rasio keuangan cukup terjaga dengan baik, dimana selain profitabilitas bank yang positif, BJB juga secara konsisten berhasil menjaga tingkat efisiensi serta kualitas aset,” imbuh Irfan.
Target Vs Realisasi BJB Tahun 2018
Sumber: Materi presentasi perseroan
Irfan juga bilang, pertumbuhan kredit dan DPK tentunya BJB menyesuaikan dengan situasi ekonomi nasional sehingga yang menjadi concern perseroan adalah bagaimana agar pertumbuhan kredit dan DPK ini dapat berjalan seimbang sehingga kami lebih efisien dalam mengelola aset dan liabilitas. “Target kami adalah bisnis yang berkualitas. Diharapkan, BJB tetap eksis di masa yang akan datang dan dapat masuk dalam jajaran 10 besar bank nasional yang berkinerja baik,” tambahnya.
Untuk kinerja BJB selanjutnya, diharapkan adanya peningkatan positif yang terus menerus dengan segala upaya yang dilakukan agar BJB selalu diterima oleh masyarakat Indonesia, yang tidak hanya di Provinsi Jawa Barat dan Banten saja melainkan di provinsi lainnya. Dengan banyaknya pengembangan dalam beberapa sektor untuk meningkatkan kualitas BJB, Irfan yakin BJB dapat bersaing dengan bank – bank nasional lainnya. (hm)