Pegang Saham BBCA, Tiga Reksadana Saham Ini Untung Hingga 19 Persen Setahun

Bareksa • 30 Jul 2018

an image
Sejumlah karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (24/5). Perdagangan IHSG ditutup menguat 2,67 persen atau 154,54 poin ke level 5.946,54. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Bila dilihat dalam setahun terakhir (30 Juli 2018-27 Juli 2018), saham BBCA bahkan sudah memberi keuntungan 24,2 persen

Bareksa.com - Saham-saham di sektor perbankan (finance) masih menunjukkan pergerakan yang melambat sejak awal tahun 2018, seiring dengan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang juga tertekan. Namun, berbeda dengan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), yang justru memberikan keuntungan kepada para investor termasuk juga reksadana yang memegang saham ini di dalam portofolionya.

Indeks sektor perbankan (finance) di Bursa Efek Indonesia yang sejak awal tahun 2018 hingga saat ini (year to date 27 Juli 2018) menurun sebesar 8,3 persen, lebih dalam dibandingkan penurunan IHSG 5,77 persen. Namun perlambatan di sektor perbankan ini tidak memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap harga saham BBCA.

Harga saham BBCA telah mencatatkan kenaikan sebesar 6,05 persen secara year to date. Pada akhir tahun lalu saham ini ditutup di level harga Rp 21.900 dan pada penutupan perdagangan kemarin (27 Juli 2018) ditutup pada level Rp 23.225 per saham.    

Perbandingan Sektor Perbankan, IHSG dengan Saham BBCA Setahun

Sumber : Bareksa.com

Bila dilihat dalam setahun terakhir (30 Juli 2018-27 Juli 2018), saham BBCA bahkan sudah memberi keuntungan lebih tinggi, yakni mencapai 24,2 persen. Padahal, indeks sektor perbankan hanya naik 6,54 persen dan IHSG hanya menguat 2,54 persen.

Portofolio Reksa Dana

Seiring dengan meningkatnya harga saham BBCA, kinerja sejumlah reksadana yang memiliki saham ini di portofolio juga ikut bergairah. Ada tiga produk reksadana saham yang memegang saham BBCA ini di dalam portofolionya dan dijual di Marketplace Bareksa, yakni Syailendra Equity Opportunity Fund, TRIM Kapital Plus, dan TRAM Infrastructure Plus, yang masing-masing dikelola oleh PT Syailendra Capital dan PT Trimegah Asset Management.

Tabel Perbandingan Kinerja Reksadana Saham

Sumber : Bareksa.com

Dalam fund fact sheet periode Juni 2018, alokasi asset terbesar Syailendra Equity Opportunity Fund, yaitu pada saham PT Bank Central Asia Tbk, PT H.M. Sampoerna Tbk, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk.

Reksadana saham ini telah memberikan return sejak awal tahun (year to date) hingga 27 Juli 2018 sebesar 2,54 persen dan secara tahunan telah tumbuh 13,28 persen.

Return Reksadana secara Year to Date (27 Juli 2018)

Sumber : Bareksa.com

Sementara itu, reksadana TRIM Kapital Plus memiliki alokasi asset pada saham PT Astra International Tbk, PT Bank Central Asia Tbk, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk, PT XL Axiata Tbk, dan PT United Tractors Tbk.

Reksadana saham ini telah memberikan return sejak awal tahun (year to date) hingga 27 Juli 2018 sebesar 12,83persen dan secara tahunan telah tumbuh tumbuh sebesar 19,45 persen.

Kemudian, reksadana TRAM Infrastructure Plus memiliki alokasi aset pada saham PT Adhi Karya (Persero), PT Buyung Poetra Sembada Tbk, PT Aneka Tambang (Persero) Tbk, PT Toba Bara Sejahtera Tbk, dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.

Reksadana saham ini telah memberikan return sejak awal tahun sebesar 10,27 persen (YTD). Sepanjang setahun terakhir TRAM Infrastructure Plus sudah memberikan keuntungan sebesar 14,32 persen kepada para investornya. (hm)

**

Ingin berinvestasi reksa dana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksa dana, klik tautan ini
- Pilih reksa dana, klik tautan ini
- Belajar reksa dana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.