Aturan DMO Dicabut, 4 Saham Batu Bara Ini Patut Dilirik

Bareksa • 30 Jul 2018

an image
Kapal Tongkang pembawa batu bara melintasi aliran Sungai Batanghari di Muarojambi, Jambi, Jumat (8/6). (ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan)

Penghapusan DMO akan memberikan dampak positif bagi emiten-emiten yang memproduksi batu bara

Bareksa.com - Pemerintah secara mengejutkan mencabut kewajiban khusus memasok kebutuhan batu bara untuk pasar domestik dengan harga yang ditentukan atau yang dikenal dengan istilah Domestic Market Obligation (DMO).

Hal tersebut dilakukan dengan alasan untuk menyelamatkan keuangan negara, dengan mengandalkan ekspor komoditas yang harganya tengah melambung. Dengan dicabutnya kebijakan tersebut, diharapkan nantinya produsen batu bara dalam negeri yang melakukan ekspor dapat menambah cadangan devisa dalam negeri dari hasil penjualannya dan pada akhirnya dapat menguragi defisit transaksi berjalan.

Sekedar informasi, kewajiban DMO sebelumnya mengatur tiap-tiap produsen batu bara untuk mengalokasikan 25 persen dari produksinya untuk dijual kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan harga yang sudah diatur sebelumnya (US$ 70 per ton), tidak mengikuti harga pasar yang kini sudah hampir menyentuh US$120 per ton.

Investor merespon keras kebijakan kala itu. Masalahnya, ketika harga batu bara sedang “panas-panasnya”, pemerintah seakan menahan emiten-emiten produsen batu bara untuk dapat mengeruk keuntungan setinggi mungkin.
Saham-saham emiten produsen batu bara pun banyak dilepas sejak bulan Februari sehingga menyebabkan harganya turun, ketika masalah DMO ini sedang hangat-hangatnya diperbincangkan.

Dampak Positif

Penghapusan DMO akan memberikan dampak positif bagi emiten-emiten yang memproduksi batu bara. Pasalnya, para emiten jadi bisa menikmati harga batu bara dengan standar internasional yang saat ini sedang berada dalam momentum harga yang tinggi-tingginya. 

Grafik Pergerakan Harga Batu Bara

Sumber:www.barchart.com

Sepanjang tahun 2018 (sampai dengan penutupan perdagangan Jumat, 27 Juli 2018), harga batu bara Newcastle kontrak pengiriman bulan Juli telah melonjak hingga 26,74 persen (dari US$94,4 per metrik ton di awal 2018 menjadi US$119,9 per metrik ton per Jumat pekan lalu).

Di sisi lain, prospek harga batu bara juga dinilai masih cukup menarik, yang ditopang oleh menguatnya permintaan dari China. Pada musim semi yang baru saja berakhir, suhu udara di Negeri Tirai Bambu ternyata lebih panas dari biasanya. Pembangkit listrik bertenaga batu bara mau tidak mau harus menggenjot produksi listriknya seiring naiknya tingkat penggunaan pendingin ruangan (Air Conditioner/AC) di kota-kota besar seperti Beijing dan Shanghai.

Jika musim semi saja sudah seperti itu, musim panas yang berlangsung pada bulan Juli hingga Agustus tentunya akan memberikan temperatur yang amat panas di Negeri dengan penduduk terpadat di dunia tersebut. Permintaan batu bara, khususnya untuk pembangkit listrik, diperkirakan akan mencapai puncaknya.

Valuasi Saham Batu Bara

Memanfaaatkan momentum positif yang kembali menghampiri saham-saham pertambangan, saham-saham dalam sektor tersebut kembali menarik untuk dicermati. Terlebih pada perdagangan akhir pekan lalu sektor pertambangan juga bergerak positif dengan membukukan kenaikan 1,92 persen, atau yang tertinggi kedua setelah sektor aneka industri 3,65 persen.

Beberapa saham pertambangan yang cukup menarik untuk dicermati antara lain PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan PT Indika Energy Tbk (INDY).

Tabel Perbandingan Valuasi Saham Batu Bara

Sumber: Reuters, diolah Bareksa

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa keempat saham tersebut semuanya masih memiliki Price Earning Ratio (PER) di bawah PER sektoralnya, artinya kondisi tersebut menggambarkan bahwa saham-saham tersebut masih cenderung murah dari valuasinya. Adapun INDY terlihat memiliki PER terendah dibandingkan dengan yang lainnya, menandakan saham ini merupakan yang paling murah dibandingkan ketiga saham lainnya sehingga memiliki upside potential yang lebih tinggi. (hm)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.