Bareksa.com – Unit bisnis alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi kembali menjadi tumpuan PT Astra International Tbk (ASII) pada semester I 2018. Hasilnya, Astra mencatat laba bersih Rp10,38 triliun pada semester I 2018 atau naik 11 persen dari periode yang sama di 2017 yang sebesar Rp9,34 triliun.
Dalam rilis yang dipublikasikan hari ini, Kamis, 26 Juli 2018, unit bisnis alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi memberi kontribusi laba Rp3,28 triliun atau naik 60 persen dari periode yang sama tahun 2017 yakni Rp2,06 triliun. Artinya, unit bisnis ini berkontribusi 31,59 persen terhadap laba perseroan.
Salah satu penopang utama unit bisnis alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi adalah PT United Tractors Tbk (UNTR). Perusahaan yang 59,5 persen sahamnya dimiliki Astra ini mencatat laba melonjak 60 persen menjadi Rp5,5 triliun.
“Kinerja UNTR didorong peningkatan kinerja bisnis mesin konstruksi, kontraktor penambangan, dan pertambangan, sebagai dampak dari peningkatan harga batu bara,” ujar Presiden Direktur Astra Prijono Sugiarto.
(Baca juga : Penjualan Alat Berat Naik, Bagaimana Prospek Saham UNTR?)
Selain unit bisnis alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi, Astra juga mendapat kontribusi cukup besar dari bisnis jasa keuangan. Meski hanya naik 5 persen dari Rp2,03 triliun menjadi Rp2,14 triliun, kontribusi bisnis jasa keuangan mencerminkan 20,62 persen dari laba konsolidasi Astra.
Kontribusi Tiap Segmen Terhadap Laba Konsolidasian Astra Semester I 2018
Sumber: Keterangan perseroan
Di luar dua bisnis tadi, bisnis utama Astra yakni otomotif justru tumbuh stagnan. Laba bersih dari unit otomotif bertahan pada level Rp4,2 triliun atau berporsi 40,46 persen terhadap laba bersih konsolidasian.
“Peningkatan laba bersih dari penjualan sepeda motor dan bisnis komponen otomotif melebihi dari yang dapat diimbangi oleh penurunan laba bersih dari penjualan mobil,” imbuh Prijono.
Penjualan mobil secara nasional meningkat 4 persen menjadi 554.000 unit pada periode semester pertama tahun 2018. Namun, penjualan mobil Astra turun 10 persen menjadi 268.000 unit akibat dari meningkatnya kompetisi, sehingga pangsa pasar Astra menurun dari 56 persen menjadi 48 persen. Grup Astra telah meluncurkan 12 model baru dan 4 model revamped selama periode ini.
Penurunan Kinerja Tiga Segmen
Terlepas dari kontributor utama, setidaknya ada tiga unit bisnis Astra yang justru mengalami penurunan. Dari tiga yang ada, laba unit bisnis infrastruktur dan logistik turun paling dalam atau minus 96 persen dari Rp110 miliar menjadi Rp4 miliar.
Prijono menjelaskan penurunan itu terjadi karena adanya kerugian awal dari beroperasinya jalan tol Cikopo - Palimanan yang diakuisisi pada semester pertama tahun 2017 dan baru beroperasinya tol Semarang - Solo, belum dapat diimbangi oleh meningkatnya laba dari tol Tangerang - Merak and PT Serasi Autoraya.
Sementara, unit bisnis properti dan agribisnis mengalami penurunan masing-masing 29 persen dan 23 persen. Laba unit bisnis properti turun dari Rp68 miliar menjadi Rp48 miliar. Adapun laba agribisnis turun dari Rp815 miliar menjadi Rp625 miliar.
Atas hasil konsolidasian semester I tahun ini, Prijono menegaskan, kinerja Grup Astra hingga akhir tahun 2018 diperkirakan cukup baik, didukung dengan stabilitas pertumbuhan ekonomi Indonesia dan harga batu bara yang stabil, walaupun persaingan di pasar mobil dan melemahnya harga minyak kelapa sawit menjadi perhatian.
(AM)