Berita Hari Ini : GIAA Rilis KIK EBA Rp1,8 Triliun, Laba BBCA Naik 8,4 Persen

Bareksa • 27 Jul 2018

an image
A worker cleans the exterior of a Garuda Indonesia Airbus A320 aircraft at Hangar 4 of PT Garuda Maintenance Facility (GMF) Aero Asia at Soekarno-Hatta airport in Jakarta, September 28, 2015. The new Hangar 4 of PT GMF Aero Asia has capability to maintain 16 narrow body aircraft in one time, according to local media. REUTERS/Beawiharta

BI komitmen bantu pemerintah realisasi devisa wisata US$20 miliar, BBKP punya pemegang saham baru, ekspor kimia melonjak

Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal, dan aksi korporasi yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Jumat, 27 Juli 2018 :

PT Bank Bukopin Tbk (BBKP)

PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) akan memiliki pemegang saham baru hari ini, yaitu KB Kookmin Bank. Bank asal Korea Selatan tersebut akan menjadi pemegang 22 persen saham Bank Bukopin. 

KB Kookmin Bank memiliki aset lebih dari Rp4.100 triliun. Bank asal Korea itu akan membeli 2,56 miliar saham baru Bank Bukopin dengan harga Rp570 per saham. Dari hasil penambahan modal itu, maka Bank Bukopin akan mendapatkan tambahan modal Rp1,46 triliun. 

Kookmin Bank menjadi pembeli siaga dalam penambahan modal melalui hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Kookmin wajib mengeksekusi sisa HMETD yang belum terserap dengan jumlah maksimal 2,56 miliar saham karena pemegang saham existing Bank Bukopin tidak mengeksekusi haknya. 

PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA)

PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) memperoleh dana Rp1,8 triliun dari sekuritisasi pendapatan tiket yang dikemas dalam kontrak investasi kolektif efek beragun aset (KIK EBA) Mandiri GIAA01 Kelas A. Produk tersebut menawarkan kupon 9,75 persen per tahun. 

KIK EBA Mandiri GIAA01 kelas A memililki tenor selama lima tahun, sehingga akan jatuh tempo pada Juli 2023. Penjatahan produk tersebut telah dilakukan pada 26 Juli 2018. 

Hari ini merupakan jadwal pendistribusian secara elektronik produk tersebut. Rencananya, KIK EBA Mandiri GIAA01 akan dicatatkan (listing) di Bursa Efek Indonesia pada 31 Juli 2018. 

Garuda Indonesia Bekerjasama dengan Mandiri Manajemen Investasi untuk menerbitkan produk itu. Perseroan juga menggandeng enam agen penjual, yakni Bahana Sekuritas, BNI Sekuritas, BCA Sekuritas, CGS-CIMB Ssekuritas, Danareksa Sekuritas dan Mandiri Sekuritas.

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) memperoleh laba bersih Rp11,4 triliun pada semestser I 2018, atau naik 8,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp10,5 triliun. 

Pertumbuhan laba bersih perseroan ditopang oleh peningkatan pendapatan operasional yang tumbuh 7,6 persen menjadi Rp29,5 triliun. Pada semester I tahun lalu, pendapatan opersional BCA tercatat Rp27,4 triliun.

Penyaluran kredit BCA tercatat Rp494 triliun, tumbuh 14,2 persen dari semester I tahun lalu. Kredit korporasi meningkat 19,1 persen menjadi Rp191,4 triliun serta kredit komersial dan UKM naik 15,1 persen menjadi Rp174,8 triliun. Kemudian kredit konsumer tumbuh 6 persen menjadi Rp128,2 triliun.

Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) BCA berada pada level 1,4 persen pada akhir Juni 2018. Rasio cadangan terhadap kredit bermasalah 187,8 persen. 

Bank Indonesia (BI) Cadangan Devisa

Bank Indonesia (BI) berkomitmen bahu membahu bersama pemerintah untuk menarik devisa wisata US$20 miliar tahun depan. Hal itu dilakukan untuk menggenjot cadangan devisa untuk membiayai defisit transaksi berjalan yang melebar tahun ini.

Defisit transaksi berjalan Indonesia tahun ini melebar ke kisaran US$25 miliar dari tahun lalu US$17,3 miliar. 

Bank Indonesia memperkirakan devisa senilai US$20 miliar utamanya akan ditopang dari kunjungan turus asing sebanyak 20 juta orang. Asumsi itu dibuat berdasarkan pengeluaran satu orang turis asing dalam satu kunjungan ke Indonesia dengan rata-rata US$1.000.

Ekspor Produk Kimia

Ekspor produk kimia sepanjang semester I 2018 tercatat US$2,43 miliar, atau naik 29,61 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu US$1,88 miliar. Ekspor produk kimia menyumbangkan 3 persen terhadap total ekspor nasional. 

Produk kimia yang banyak diekspor antara lain bentonet untuk proses pemurnian minyak goreng, sodium silicate salah satu bahan deterjen, alumunium sulfate untuk pemurnian air bersih dan zinc oxid untuk bahan baku ban dan mobil. 

Mayoritas produk ekspor biasanya barang kimia lanjutan yang memiliki nilai tambah lebih tinggi. Sementara itu, untuk kimia anorganik, ekspor hanya berkisar 20-30 persen dari total produksi.   

(AM)