Berita / / Artikel

Tingkat Kemiskinan Terendah dalam Sejarah, Menkeu Sri Mulyani Terharu

• 18 Jul 2018

an image
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan keterangan pers tentang kinerja APBN di kantor Kemenkeu, Jakarta. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Sri Mulyani bangga tingkat kemiskinan per Maret 2018 tidak sampai 10 persen dari populasi Indonesia

Bareksa.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan) pada Maret 2018 di Indonesia mencapai 25,95 juta orang atau mencapai 9,82 persen dari total populasi. Angka itu berkurang sebesar 633.200 orang dibandingkan dengan kondisi September 2017 yang sebesar 26,58 juta orang atau 10,12 persen dari total populasi. 

Merespons pencapaian tersebut, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengaku merasa terharu dan bangga karena untuk pertama kalinya angka kemiskinan di Indonesia di bawah dua digit. Pasalnya capaian tersebut merupakan angka kemiskinan terendah dalam sejarah Indonesia. 

Selain itu, lanjut Ani, sapaan akrabnya, angka koefisien gini juga mengalami penurunan yang menunjukkan berkurangnya gap ketimpangan antara kelompok kaya dan miskin. Hal ini mengindikasikan bahwa kebijakan ekonomi pemerintah telah berada pada jalur yang tepat.

"BPS mengeluarkan statistik mengenai kemiskinan. Dan saya termasuk yang cukup menyambutnya dengan perasaan yang sangat istimewa. And this is the first time in the history of Indonesia, hari ini BPS mengumumkan tingkat kemiskinan kita di 9,82 persen. First time in the history of Indonesia kemiskinan itu di bawah 10 persen," kata Ani, Senin, 16 Juli 2018.

Selama ini capaian terbaik dalam penurunan angka kemiskinan di Indonesia adalah di sekitar 10 persen. Ani mengaku sangat sulit untuk dapat menurunkan angka kemiskinan sampai pada level single digit. Ani berharap kondisi ini bisa dipertahankan dan diupayakan terus menurun di masa-masa mendatang.

"Jadi menurunkan (angka kemiskinan) di bawah 10 persen itu, is a quite remarkable achievement. Dan kita masih tidak berhenti di situ. Masih ingin menurunkan lebih lanjut," ungkap Ani.

Selain capaian tersebut, masih kata Ani, pemerintah juga mampu mengurangi angka ketimpangan kelompok kaya dan miskin yang menunjukkan kebijakan pemerintah telah berjalan di jalur yang tepat. Pemerintah siap mengoptimalkan berbagai macam strategi dalam rangka mengoptimalkan pencapaian ekonomi.

"Juga gini coefficient kita yaitu angka mengenai masalah pemerataan agak lebih bagus. Trennya menurun sekarang sudah di 0,389 jadi sudah di bawah 0,39 atau 0,4 sebelumnya. Titik puncaknya Indonesia. Jadi Indonesia telah menuju arah yang benar," tuturnya.

Sebelumnya, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2017 sebesar 7,26 persen, turun menjadi 7,02 persen pada Maret 2018. Sementara itu, persentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada September 2017 sebesar 13,47 persen, turun menjadi 13,20 persen pada Maret 2018.

Selama periode September 2017–Maret 2018, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 128.200 orang (dari 10,27 juta orang pada September 2017 menjadi 10,14 juta orang pada Maret 2018), sementara di daerah perdesaan turun sebanyak 505.000 orang (dari 16,31 juta orang pada September 2017 menjadi 15,81 juta orang pada Maret 2018).

Peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada Maret 2018 tercatat sebesar 73,48 persen. Angka ini naik dibandingkan kondisi September 2017, yaitu sebesar 73,35 persen.

Jenis komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan maupun di perdesaan adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras, mie instan, dan gula pasir. Sedangkan komoditi nonmakanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan maupun perdesaan adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi. (K03/hm)

Tags: