Bareksa.com – Dalam setahun terakhir, harga saham PT Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) meroket 69,2 persen ke level Rp4.230 per saham pada hari ini, Kamis, 12 Juli 2018 dari harga sebelumnya Rp2.500.
Angka itu jauh di atas kenaikan IHSG dalam setahun terakhir yang hanya naik 1,5 persen menjadi 5.907 pada penutupan perdagangan hari ini.
Pergerakan Harga Saham PTBA dalam 1 Tahun Terakhir (per 12 Juli 2018)
Sumber: Bareksa.com
Naiknya harga saham PTBA ini terdorong naiknya harga batu bara yang menyentuh level tertinggi dalam dua tahun terakhir.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan Harga Batu Bara Acuan (HBA) Juli 2018 sebesar US$104,65 per ton.
Pada Maret 2018, harga batu bara sempat mencapai level US$101,89 per ton. Namun, kemudian bergerak turun hingga ke level US$89 per ton.
Harga Batu Bara Acuan (HBA)
Sumber: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
Kenaikan HBA tersebut mengacu Keputusan Menteri ESDM Nomor 1892K-30-MEM-2018. Direktur Jenderal Mineral dan Batu bara Kementerian ESDM, Bambang Gatot, mengatakan HBA pada Juli ini mengalami kenaikan dari harga di bulan lalu US$96,61 per ton. Kenaikan harga itu mencapai 8,3 persen.
Bambang menjelaskan, kenaikan harga itu dipengaruhi oleh kenaikan permintaan dari China. Namun, pihaknya tidak menjelaskan seberapa besar tingkat peningkatan tersebut. Negeri Tirai Bambu memerlukan tambahan pasokan batu bara seiring dengan pengetatan produksi dalam negeri.
Dengan kondisi itu, maka impor batu bara menjadi solusi dalam memenuhi kebutuhan dalam negerinya. "Ini harga fluktuatif. Biasa saja. Kemarin sempat di US$89 per ton. Sekarang di US$104," ujar Bambang.
Selain itu, China juga menghadapi musim panas, sehingga diperkirakan penggunaan pendingin ruangan (AC) akan meningkat. Dengan begitu, pembangkit listrik di Negeri Panda juga mengalami peningkatan daya atau kapasitas listriknya.
Kenaikan harga batu bara telah mendorong kinerja perusahaan, hal ini tercermin pada laporan keuangan kuartal I 2018. PTBA berhasil membukukan laba bersih senilai Rp1,45 triliun atau naik 66,64 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp870,83 miliar.
Naiknya laba terdorong meroketnya pendapatan perseroan pada kuartal I 2018 mencapai Rp5,75 triliun. Nilai itu tumbuh 26,43 persen yoy dari kuartal I 2017 yang sebesar Rp4,55 triliun seiring meningkatnya harga batu bara.
Diperkirakan kenaikan harga batu bara juga masih menjadi katalis positif untuk mendongkrak kinerja perusahaan pada kuartal II 2018.
Meningkatnya kinerja persahaan membuat perusahaan masuk ke dalam ranking 20 besar jajaran 300 perusahaan berkinerja terbaik atau Power Performance Asia300, sebuah kompilasi dari perusahaan-perusahaan terdaftar yang paling kuat dan berharga di Asia, yang dirilis The Nikkei Asian Review.
Daftar Asia300 adalah pilihan eksklusif Nikkei untuk perusahaan terbesar dan tumbuh paling cepat dari 11 negara di seluruh benua. Nikkei mengumpulkan peringkat dengan menganalisis 325 perusahaan dalam daftar itu, dengan mempertimbangkan campuran empat faktor, pertumbuhan, profitabilitas, efisiensi, dan kesehatan keuangan.
Meraih tempat tertinggi kedua di antara perusahaan Indonesia adalah PTBA, dan berada di peringkat ke-19 secara keseluruhan.
(AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.