Bareksa.com - PT. Merck Tbk (MERK) mengaku akan mengembangkan kegiatan ekspor hingga ke Timur Tengah dan negara lain. Sebelumnya, perseroan sudah melakukan ekspansi ke beberapa negara.
Direktur Merck Bambang Nurcahyo mengungkapkan, sampai sejauh ini pihaknya sudah melakukan ekspor ke Panama, Yunani dan Asia Tenggara. "Kami sedang memproses ke Timur Tengah dan negara potensial lain," ucap dia di Jakarta.
Dengan adanya ekspansi tersebut, pihaknya belum berencana menambah belanja modal (capital expenditure). Pada tahun lalu, perseroan juga sudah membenamkan investasi EUR5,8 juta untuk renovasi dan pengembangan mesin di pabrik.
Direktur Merck Arryo Aritrixso Teguh Putranto Wachjuwidajat menambahkan, pihaknya saat ini memiliki pabrik di kawasan Pasar Rebo. Untuk menjaga tingkat keterisian pabrik tersebut, perseroan mencari peluang baru, salah satunya melalui peluang ekspor obat resep (biopharma).
"Hal ini sebagai salah satu upaya menjaga keberlangsungan dan keefisienan Pabrik Pasar Rebo,"ujar dia.
Adapun kapasitas pabrik yang dimiliki di Merck di Pasar Rebo, menurut Arryo merupakan satu-satunya yang dimiliki Merck di Asia Tenggara. Pabrik tersebut bisa menyediakan suplai obat hingga ke Asia Tenggara.
Berdasarkan keterangan presentasi Merck bisa memproduksi hingga 1 miliar tablet. Sedangkan pada akhir 2017, pabrik tersebut bisa 741 juta kapsul dan tablet.
Perluasan ekspansi ekspor merupakan salah satu rencana Merck untuk mengantisipasi adanya divestasi bisnis consumer health ke Procter and Gambler (P&G). Adapun nilai bisnis yang didivestasi mencapai Rp 1,38 triliun.
Presiden Direktur Merck Martin Feulner menjelaskan, pihaknya memiliki strategi ingin mengembangkan bisnis di bidang sains dan teknologi. Perseroan pun sudah menyiapkan dua produk baru untuk mendukung hal tersebut.
"Sudah ada dua obat baru terkait kanker dan multiple sclerosis, obat-obatan ini akan sampai ke Indonesia, namun banyak hal yang harus dipenuhi," ujar Martin.
Direktur Merck Evie Yulin menambahkan, dengan didivestasikannya bisnis consumer health, pihaknya tentu saja akan lebih mengembangkan bisnis biopharma (obat resep) yang saat ini berkontribusi 43 persen terhadap total penjualan Merck.
"Kontribusi Biopharma tentunya akan lebih besar, kami juga selalu tumbuh dua digit," kata dia.
Terkait dua produk baru tersebut, yakni Bavencio (obat kanker) dan Cladribine (multiple sclerosis) menurut Evie, pemasarannya di Indonesia membutuhkan waktu tiga tahun. Sebelum tiga tahun, perseroan akan mengurus perizinan ke BPOM dan juga mempersiapkan produksi obat dengan dosis yang mudah dipakai.
Sementara itu, sampai akhir 2017, perseroan mencatat laba bersih Rp155 miliar. Sekitar 75 persen dari laba tersebut didistribusikan sebagai dividen kepada pemegang saham dengan harga Rp 260 per lembar saham.
Adapun perolehan laba bruto pada 2017 sebesar Rp588 miliar. Nilai tersebut meningkat 8 persen dibandingkan periode 2016. Perolehan laba tersebut ditopang oleh penjualan perseroan yang meningkat 12 persen, dari Rp1,03 triliun pada 2016 menjadi Rp1,15 triliun pada 2017.
Penjualan segmen usaha obat resep Merck bertumbuh 14 persen yang berkontribusi 43 persen terhadap total penjualan. Sementara segmen usaha obat bebas (consumer health) Merck bertumbuh 6,9 persen yang berkontribusi 48 persen terhadap total penjualan. (K09/hm)