Uni Eropa Putuskan Tak Larang Biofuel, Perhatikan Prospek Tiga Saham CPO Ini

Bareksa • 20 Jun 2018

an image
Petani menurunkan Tanda Buah Segar (TBS) kelapa sawit dari perahunya di Desa Kuala Tripa, Kecamatan Tripa Makmur, Nagan Raya, Aceh, Kamis (19/10). Petani mengaku, sejak sepekan terakhir harga TBS kelapa sawit tingkat petani mulai membaik dari Rp 1.000 perkilogram menjadi Rp 1.350 per kilogram. (ANTARA FOTO/Syifa Yulinnnas)

Pertemuan antara Komisi Eropa, Parlemen Eropa dan Dewan Uni Eropa, menghasilkan beberapa poin terkait kelapa sawit

Bareksa.com - Kabar menyenangkan datang menghampiri industri kelapa sawit tanah air. Uni Eropa akhirnya memutuskan untuk tidak melarang penggunaan biofuel berbasis minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO), minimal hingga tahun 2030.

Sebelumnya, otoritas Benua Biru tersebut berencana melarang penggunaan CPO sebagai bahan dasar biofuel mulai tahun 2021.

Namun pada 14 Juni 2018, pertemuan antara Komisi Eropa, Parlemen Eropa dan Dewan Uni Eropa, menghasilkan beberapa poin terkait kelapa sawit yaitu:

1. Tidak ada rujukan khusus atau eksplisit untuk minyak sawit dalam perjanjian ini.
2. Hasilnya sama sekali bukan larangan atau pun pembatasan impor minyak sawit atau biofuel berbasis minyak sawit.
3. Ketentuan yang relevan dalam Arahan Energi Terbarukan Uni Eropa(RED II) hanya bertujuan untuk mengatur sejauh mana biofuel tertentu dapat dihitung oleh negara-negara anggota Uni Eropa untuk mencapai target energi berkelanjutan mereka.
4. Pasar Uni Eropa tetap terbuka untuk impor minyak sawit. Bagi Indonesia, Uni Eropa adalah pasar ekspor minyak sawit terbesar kedua, dan impor Uni Eropa telah meningkat secara signifikan pada tahun 2017 sebesar 28 persen.

Untuk mencapai sasaran energi terbarukan Uni Eropa, kontribusi dari biofuel tersebut akan dikurangi secara bertahap hingga tahun 2030.

Adapun salah satu alasan Eropa melarang penggunaan CPO pada biofuel adalah karena menilai adanya deforestasi secara ekspansif untuk menyediakan lahan untuk perkebunan sawit.

Pengusaha RI Belum Puas

Melansir CNBC, Direktur Eksektutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Danang Girindrawardana mengatakan pihaknya menyambut baik keputusan tersebut. Namun, dia juga mengatakan seharusnya penggunaan biofuel berbasis CPO tidak dibatasi sama sekali oleh Uni Eropa.

Menurutnya, minyak nabati yang lain seperti rapeseed oil atau minyak kedelai justru menggunakan lahan hutan 4-10 kali lebih besar daripada yang dipakai sawit, tetapi mereka tidak diperlakukan buruk seperti komoditas sawit.

Danang meminta seluruh pelaku industri perkebunan sawit Indonesia harus mulai meminimalisir ketergantungan dengan pasar EU. Hal tersebut bisa dilakukan antara lain dengan memaksimalkan ekspor ke pasar non-tradisional seperti Pakistan, Bangladesh, dan negara-negara Afrika.

Saham-saham CPO yang Menarik

Beberapa saham CPO berkapitalisasi besar yang dapat diperhatikan antara lain:

1. PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI)

Sumber : Bareksa

Saham AALI saat ini diperdagangkan pada PER di level 14,64 kali. Secara fundamental hingga kuartal pertama 2018, AALI mencatatkan penurunan laba bersih 55,62 persen secara tahunan jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Secara teknikal, AALI masih berada dalam downtrend namun telah mendekati area support-nya di level Rp11.650 menandakan adanya potensi techinal rebound.

2. PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. (SSMS)

Sumber : Bareksa

Saham SSMS saat ini diperdagangkan pada PER di level 15,43 kali. Secara fundamental hingga kuartal pertama 2018, SSMS mencatatkan penurunan laba bersih 14,5 persen secara tahunan jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Secara teknikal, SSMS tengah mencoba bergerak uptrend dengan posisi MA 5 telah terjadi golden cross dengan MA 20 yang mengindikasikan sinyal kenaikan.

3. PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP)

Sumber : Bareksa

Saham LSIP saat ini diperdagangkan pada PER di level 15,47 kali. Secara fundamental hingga kuartal pertama 2018, LSIP mencatatkan penurunan laba bersih 69,01 persen secara tahunan jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Secara teknikal, LSIPmasih berada dalam fase downtrend meskipun sempat bergerak positif namun kembali terkoreksi dan mendekati area support di level Rp1.070.

 

(AM)

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.