Bareksa.com – PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) mengalihkan fokus ekspansi pembangkit listriknya ke sektor energi terbarukan (renewable energy) dari sebelumnya berbahan bakar batu bara. Perseroan menilai proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) saat ini kurang atraktif.
Direktur Indo Tambangraya Megah, Yulius Kurniawan Gozali, menuturkan perseroan tengah mempersiapkan dua proyek pembangkit listrik energi terbarukan. Satu proyek merupakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sedangkan satunya lagi pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
“Pembangunan PLTS bisa saja di Indonesia Timur,” kata dia di Jakarta, Senin malam, 5 Juni 2018.
Menurut Yulius, perseroan sudah memulai proses feasibility study (FS) proyek pembangunan PLTS. Akan tetapi dia masih enggan mengungkap detil rencana pembangunan PLTS tersebut.
Indo Tambangraya berencana membangun PLTS dengan kapasitas sebesar 2x100 megawatt (MW). Nilai investasi pembangunan PLTS diperkirakan sebesar US$3 juta per MW sehingga total investasi untuk proyek tersebut bisa mencapai US$600 juta.
Dengan kebutuhan investasi sekitar US$600 juta, Indo Tambangraya membutuhkan pinjaman pihak ketiga. Komposisi kebutuhan investasi untuk proyek tersebut rencananya akan dipenuhi oleh ekuitas 20 persen dan sisanya 80 persen dari pinjaman.
Indo Tambangraya sudah melakukan penjajakan kepada sejumlah institusi keuangan untuk persiapan pendanaan proyek PLTS. Meskipun proses FS belum selesai, Yulius menjelaskan persiapan pencarian dana perlu mulai dilakukan.
Sejumlah instrumen keuangan seperti penerbitan obligasi dan pinjaman perbankan tengah dikaji. Meski begitu, dia memperkirakan kebutuhan dana untuk ekspansi pembangkit listrik tersebut akan dipenuhi melalui pinjaman perbankan.
“Lebih mudah dibandingkan menerbitkan obligasi,” tuturnya.
Di sisi lain, Indo Tambangraya juga tengah mempersiapkan proyek PLTA di Kalimantan. Beberapa proses feasibility study untuk proyek itu sedang dalam proses pengerjaan.
Yulius mengatakan perseroan cenderung akan fokus mengembangkan pembangkit listrik energi terbarukan di masa mendatang. Hal itu karena proyek pembangkit listrik berbasis batu bara kurang menarik lagi.
Salah satu sebabnya adalah mulai agresifnya PT Pembangkit Listrik Negara (PLN) ingin ikut menjadi investor proyek pembangkit listrik. Dalam sejumlah proyek yang ditenderkan, PLN menyatakan ingin ikut menjadi investor dengan kepemilikan saham hingga mencapai 50 persen.
Masuknya PLN sebagai investor pembangkit listrik membuat kepemilikan perusahaan swasta lain pada proyek pembangkit listrik berkurang. Sementara, investor pembangkit listrik di luar PLN bertanggung jawab juga mencari pendanaan proyeknya.
“Jadi tidak masuk ke dalam hitungan kita,” ujar Yulius.
Meski mengaku kurang tertarik dengan PLTU, Indo Tambangraya masih mengikuti dua tender proyek PLTU PLN dengan masing-masing kapasitas 200 MW. Tetapi perseroan tidak akan terlalu agresif mencari proyek PLTU.
Ingin masuknya PLN pada proyek-proyek PLTU menjadi alasan perseroan tidak terlalu berminat mengikuti tender PLTU. Selain itu, tingkat pengembalian investasi proyek PLTU juga tidak seperti yang perseroan harapkan.
“Jika perusahaan lain tidak ada yang mau proyek PLTU-nya akan kita ambil. Tapi jika yang lain berminat, silahkan,” terangnya.
Yulius melanjutkan perseroan memutuskan untuk fokus ke pemabangkit listrik energi terbarukan karena PLN belum fokus pada pembangkit di sektor itu.
Untuk mengerjakan pembangkit listrik energi terbarukan, Indo Tambangraya tinggal melakukan FS, apabila PLN memberikan izin maka proyek tersebut akan berjalan.
“Dan kepemilikan sahamnya tetap milik kita,” kata dia. (AM)