Harga Batu Bara Memanas, Saham Sektor Tambang Apa Saja yang Masih Murah?

Bareksa • 30 May 2018

an image
Sejumlah kapal yang membawa batu bara melintasi Sungai Mahakam, Samarinda, Minggu (31/12). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan target produksi batubara tahun 2018 sebesar 477 juta ton akan melampaui target produksi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Harga batu bara memanas seiring dengan menyusutnya persediaan China

Bareksa.com - Harga batu bara memanas seiring dengan menyusutnya persediaan China dan rencana pembatasan produksi demi kesalamatan kerja di pertambangan batu bara Negeri Tirai Bambu.

Pada perdagangan kemarin, kontrak batu bara di bursa berjangka ICE Newcastle terpantau naik 1,8 persen ke level US$107,35 per ton. Level tersebut merupakan level tertinggi yang dicapai sejak akhir Januari 2018.

Adapun pemicu kenaikan tersebut dikarenakan persediaan batu bara di enam pembangkit listrik utama China mengalami penurunan ke level yang setara dengan 16 hari penggunaan atau setara dengan 12,41 juta ton.

Selain itu, pembicaraan mengenai biro keselamatan kerja China yang meminta perusahaan pertambangan yang memproduksi di atas batas kapasitas untuk menghentikan produksinya. Hal tersebut tentu dikhawatirkan akan mengganggu pasokan batu bara global.

Namun di sisi lain, pemerintah China melalui Komisi Pengembangan dan Reformasi Nasional (NDRC) tetap berharap untuk dapat menghentikan rally harga batu bara dengan terus melakukan intervensi ke pasar berupa rencana meningkatkan persediaan dan pasokan si batu hitam.

China diperkirakan akan membeli batu bara lebih banyak dari Amerika Serikat sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi defisit perdagangan dengan Negeri Paman Sam. Adapun nilai defisit perdagangan antara dua negara dengan ekonomi terbesar dunia tersebut mencapai US$375 miliar. Kondisi tersebut tentu berpotensi untuk menambah supply batu bara di Negeri Tirai Bambu.

Meskipun China dalam jangka panjang sedang berusaha untuk menurunkan penggunaan batu bara dalam komposisi penggunaan energinya, Negeri Panda tetap menjadi negara dengan produksi, konsumsi, serta importir terbesar di dunia. Karena itu, perkembangan dari China tentu akan terus berpengaruh terhadap harga batu bara dunia.

Saham Pertambangan yang masih Murah

Menurut analisis Bareksa, melihat kondisi harga batu bara yang kembali bergerak rally, tentu saham-saham yang bergerak dalam sektor pertambangan batu bara akan menarik untuk dicermati.

Sekedar informasi, rasio price earning ratio (PER) adalah suatu metode valuasi sederhana yang paling umum digunakan untuk menilai harga suatu saham apakah tergolong mahal atau murah. PER yang semakin kecil, menandakan harga saham yang semakin murah, begitupun sebaliknya.

Perhitungan PER dilakukan dengan cara membagi harga saham saat ini (current price of the stock) dengan keuntungan tahunan per saham (annual earnings per share-EPS). Hasil ini mengindikasikan berapa besar investor bersedia membayar setiap rupiah atas pendapatan perusahaan tersebut.

Beberapa saham dalam sektor tambang batu bara yang masih cukup murah dengan PER di bawah 10 kali antara lain :

1. PT Adaro Indonesia Tbk (ADRO)

Berdasakan penutupan perdagangan Senin, saham ADRO saat ini memiliki PER di level 9,27 kali. Secara fundamental, ADRO mencatatkan kinerja kurang memuaskan pada kuartal pertama 2018 yang tercermin dari capaian laba bersihnya sepanjang Januari hingga Maret 2018 turun 23,37 persen dari sebelumnya US$97,13 juta menjadi US$74,43 juta.

2. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)

Berdasakan penutupan perdagangan Senin, saham ITMG saat ini memiliki PER di level 8,29 kali. Secara fundamental, ITMG mencatatkan kinerja cenderung flat namun masih tercatat tumbuh tipis yang tercermin dari pertumbuhan laba bersihnya pada kuartal I 2018 sebesar 1,67 persen dari sebelumnya US$57,17 juta menjadi US$58,13 juta.

3. PT Bukit Asam Tbk (PTBA)

Berdasakan penutupan perdagangan Senin, saham PTBA saat ini memiliki PER di level 8,34 kali. Secara fundamental, PTBA mencatatkan kinerja sangat solid pada kuartal I 2018 yang tercermin dari lonjakan laba bersihnya yang mencapai 66,64 persen dari sebelumnya Rp870,83 miliar menjadi Rp1,45 triliun.

(AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.