CPIN Bagikan Dividen Rp918 Miliar, Berapa Nilai Valuasi Sahamnya?

Bareksa • 24 May 2018

an image
Presdir PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk Tjiu Thomas Effendy (ketiga kanan) dan Wakil Presdir Peraphon Prayooravong (kedua kanan), berbincang bersama Direktur Ferdiansyah Gunawan Tjoe (kiri), Direktur Ong Mei Sian (kedua kiri), Komisaris Independen Suparman Sastrodimedjo (ketiga kiri) dan Direktur Eddy Dharmawan Mansjoer, usai RUPS di Jakarta.

Pemegang saham nantinya akan menerima dividen Rp56 per saham

Bareksa.com - PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) memutuskan untuk membagikan dividen sebesar Rp918,28 miliar atau setara dengan 36,76 persen dari total laba bersih perusahaan sepanjang tahun buku 2017 lalu.

Keputusan tersebut disepakati dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar Rabu, 23 Mei 2018 di Hotel Mulia, Jakarta.

Pemegang saham nantinya akan menerima dividen Rp56 per saham. Jika menggunakan asumsi harga penutupan perdagangan saham CPIN pada Rabu 23 Mei 2018 di level Rp 3.360 per saham, maka dividend yield perusahaan adalah 1,66 persen.

Sedikit meninjau ulang, tahun lalu emiten poultry tersebut berhasil mengantongi laba bersih Rp2,49 triliun, naik 12,48 persen dari laba bersih perusahaan tahun 2016 yang sebesar Rp 2,22 triliun.

Sementara itu, pendapatan perusahaan tahun lalu juga ikut naik 29,04 persen menjadi Rp49,36 triliun dari Rp38,25 trilun di akhir 2016.

Target Pertumbuhan

Tahun ini, CPIN menargetkan pendapatan tumbuh 22 persen. Artinya perusahaan menargetkan pendapatannya bisa tumbuh menjadi Rp55,29 triliun.

Presiden Direktur Charoen Pokphand, Tjiu Thomas Effendy, mengatakan prospek bisnis perusahan ke depannya masih sangat bagus mengingat konsumsi ayam nasional rata-rata sebesar 12,6 kilogram per kapita per tahun.

Angka ini terus tumbuh seiring dengan program pemerintah untuk fokus pembangunan desa sehingga angka ini akan terus bertumbuh.

"Target laba kita harapkan bisa tumbuh 20 persen, bisa naik ke angka lebih dari Rp 3 triliun," kata Tjiu.

Perusahaan tahun ini juga berencana untuk menambah dua pabrik baru di wilayah Jawa Tengah dan Sumatera. Dua pabrik ini masing-masing akan memiliki kapasitas produksi 60 ribu ton dan 30 ribu ton per tahun, ditargetkan keduanya akan beroperasi penuh pada akhir 2019 mendatang.

Untuk pembangunan pabrik tersebut perusahaan akan menggelontorkan dana Rp1,04 triliun atau 40 persen dari total belanja modal (capital expenditure/capex) perusahaan tahun ini yang sebesar Rp2,6 triliun.

Investasi lainnya akan digunakan perusahaan untuk meningkatkan kapasitas perkebunan untuk mendukung produksi di pabrik perusahaan, jumlah ini akan memakan dana 35 persen dari total capex tahun ini.

Valuasi CPIN

Berdasarkan pendekatan valuasi berbasis absolute valuation dengan metode dividend discount model jenis Gordon Model, valuasi saham CPIN dapat dihitung sebagai berikut :

langkah pertama adalah memprediksi tingkat dividend per share (DPS) yang akan dibagikan tahun depan (DPSn+1) dengan cara menghitung DPS tahun ini dikalikan dengan tingkat pertumbuhan (growth).

Sustainable growth perusahaan dapat dihitung dengan cara mengalikan rasio laba ditahan (retention ratio/RR) dengan imbal hasil atas ekuitas (return on equity/ROE)

Langkah selanjutnya adalah mencari tingkat diskonto (cost of equity) yang dihitung dengan persamaan capital asset pricing model (CAPM).

Asumsi Cost of Equity (Ke)

Tabel Perhitungan


*Annualized

Berdasarkan variabel yang telah didapatkan, maka valuasi saham CPIN dengan metode  Dividend Discount Model jenis Gordon Model dapat dihitung sebagai berikut :

Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat dilihat bahwa nilai intrinsik CPIN dengan metode Dividend Discount Model jenis Gordon Model senilai Rp4.240 per saham.

Jika dibandingkan dengan harga pasarnya pada penutupan Rabu 23 Mei 2018 di level Rp3.360 per saham, maka harga saham CPIN masih tergolong undervalue dengan potential upside sekitar 26,19 persen. (AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.