KINO Bagi Dividen Rp38,5 Miliar, Setara Rp27 per Saham

Bareksa • 23 May 2018

an image
Karyawan beraktivitas di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/12). Menjelang libur Natal 2017 dan Tahun Baru 2018, IHSG mencatat rekor baru yaitu ke posisi 6.221,01 naik 37,52 poin atau 0,61 persen. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Satu di antara strategi efisiensi perseroan adalah merasionalisasi sekitar 100-150 stock keeping unit (SKU)

Bareksa.com – Pemegang saham PT Kino Indonesia Tbk (KINO) sepakat menggunakan sekitar 35 persen dari laba bersih tahun lalu atau sebesar Rp38,5 miliar sebagai dividen tunai. Pemegang saham memutuskan hal itu dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) hari ini, Rabu, 23 Mei 2018.

Jumlah dividen yang dibagikan perseroan setara dengan Rp27 per saham, atau mencerminkan dividend yield 1,3 persen dari harga rata-rata perdagangan saham Kino pada Rabu, 23 Mei 2018 pukul 14.30 WIB.

Sales and Marketing Director Kino Indonesia, Budi Susanto, menuturkan perseroan memutuskan menggunakan 35 persen laba bersih sebagai dividen karena masih membutuhkan dana untuk ekspansi.

“Kita akan menggunakan sisa laba bersih 2017 untuk tambahan modal kerja dan ekspansi,” ujarnya di Jakarta, Rabu, 23 Mei 2018.

Dalam pelaksanaan RUPST, pemegang saham juga sepakat mengganti dua direkturnya, yakni Peter Chaysion an Rody Theo.

Kino Indonesia menargetkan pendapatan tahun ini sekitar Rp3,4 triliun, naik 10 persen dari realisasi tahun lalu Rp3,1 triliun. Laba bersih perseroan juga diproyeksikan naik 35 persen dibandingkan 2017 yang senilai Rp110 miliar.

Direktur utama Kino Indonesia, Harry Sanusi, mengatakan perseroan optimistis mencapai target pertumbuhan kinerja keuangan tahun ini. Perseroan memiliki tantangan mencapai target keuangan 2018 karena pendapatan dan laba bersihnya dalam dua tahun terakhir menurun.

“Kita memiliki enam strategi tahun ini, di antaranya pemasaran, bisnis internasional, distribusi produk, ekspansi pabrik dan inovasi,” jelasnya.

Selain menjalan strategi pada enam rencana bisnsi, perseroan berkomitmen melakukan efisiensi untuk mencapai target tahun ini. Satu di antara strategi efisiensi perseroan adalah merasionalisasi sekitar 100-150 stock keeping unit (SKU).

Dengan melakukan rasionalisasi SKU, Kino Indonesia dapat fokus pada penjualan brand yang menjadi andalan. Dari sekitar belasan kategori produk, Kino memiliki delapan kategori produk yang menjadi market leader.

Setelah melakukan review, meskipun telah menjadi market leader Kino belum mengoptimalisasi potensi pasar dari delapan kategori produk itu. Di samping efisiensi, Kino juga akan menambah distribusi produk baru tahun ini.

“Tetapi kita sangat selektif,” katanya.

Untuk mengembangkan bisnisnya, Kino Indonesia melakukan kerjasama melalui skema perusahaan patungan (joint venture/JV). Dua di antara JV yang sedang dimatangkan adalah JV perseroan dengan perusahaan asal Thailand, Malee Capital Company Ltd serta perusahaan asal Kamboja.

Kino Indonesia menyasar pasar Indocina untuk ekspansinya. Dia memandang, pasar Indocina sangat prospektif karena pertumbuhan produk domestik bruto (gross domestic product/GDP growth) kawasan itu rata-rata 6,5 persen per tahun.

Untuk kerjasama dengan Malee Capital, Kino Indonesia bakal berinvestasi membangun pabrik di Indonesia dan membuat JV di Thailand untuk bekerjasama distribusi produk Kino. Rencananya perseroan bakal mendistribusikan produk farmanya di sana.

Malee Capital adalah salah satu perusahaan baverages terbesar di Thailand. Pangsa pasar minuman coconut water Malee merupakan yang terbesar di Thailand.

Kino masih mempertimbangkan produk Malee apa yang cocok diproduksi di Indonesia. Perseroan masih mematangkan rencana pembangunan pabrik, rencananya pabrik tersebut dapat mulai berproduksi tahun depan.

“Capex kita tahun ini jadi Rp120 miliar karena JV-JV membutuhkan modal untuk investasi,” tuturnya. (AM)