Bareksa.com - Ramadan merupakan periode yang ditunggu umat Islam karena dipercaya membawa berkah hingga Hari Raya Idul Fitri datang. Selain berkah pahala untuk kehidupan akhirat bagi penganutnya, ternyata bulan kesembilan dalam penanggalan Islam tersebut juga mendatangkan cuan bagi pelaku pasar modal.
Lantas saham-saham apa saja yang berpotensi mendatangkan Tunjangan Hari Raya (THR) bagi investor? Berikut hasil penelusuran Bareksa.
Dua minggu sebelum lebaran, pola konsumsi masyarakat Indonesia naik karena para pekerja memperoleh bonus tambahan berupa THR. Naiknya konsumsi ini menyeret kenaikan penjualan sejumlah emiten ritel dan barang konsumsi selama bulan itu. (Baca juga: THR Dan Great Sale Dorong Pertumbuhan Ekonomi?)
Hal ini turut tercermin dari perilaku pergerakan harga saham. Selama bulan puasa, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam 10 tahun terakhir tercatat mengalami kenaikan sebanyak 7 kali. Hanya 3 kali IHSG mengalami pelemahan di bulan puasa yaitu pada tahun 2008, 2011 dan 2015.
Jika diperhatikan, tahun-tahun IHSG mengalami pelemahan itu terjadi di saat kondisi ekonomi sedang krisis dan mata uang rupiah mengalami pelemahan.
Menelaah data lebih mendalam, ternyata kenaikannya didorong oleh sektor konsumsi dan perdagangan ritel. Saham-saham sektor konsumer berkapitalisasi besar yang sangat memengaruhi IHSG di antaranya saham produsen mi instan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dan produsen makanan ringan PT Mayora Indah Tbk (MYOR). Adapun emiten berbobot besar di sektor ritel termasuk PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) dan PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA).
Menariknya, dalam memberikan imbal hasil, sektor perdagangan mengalami kenaikan lebih tinggi di bulan puasa dibandingkan dengan sektor perdagangan. Dengan mengabaikan kejadian di saat kondisi ekonomi krisis yang memberi kinerja negatif, dalam 10 tahun terakhir rata-rata harga saham sektor perdagangan naik 2,78 persen selama bulan puasa dibanding bulan sebelumnya. Sementara itu, sektor konsumer naik 2,46 persen.
Grafik: Pergerakan IHSG, Indeks Emiten Barang Konsumsi dan Ritel selama Bulan Puasa di Tahun 2008-2017
Sumber: Bareksa.com
Lonjakan penjualan perusahaan ritel ini yang mendasari pola pergerakan sahamnya, berbeda dengan penjualan dari perusahaan konsumsi yang juga turut naik tetapi tidak terlalu signifikan.
Sementara itu, pergerakan sektor barang konsumsi relatif lebih stabil dibanding sektor ritel.
Dalam periode yang sama, sektor barang konsumsi mengalami kenaikan hingga 7 kali. Di saat krisis pun rata-rata penurunan harga saham konsumsi jauh lebih kecil dibanding sektor ritel. Hal ini menunjukkan sektor barang konsumsi lebih tahan (defensive) terhadap gejolak yang menghantam pasar. (hm)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.