Jika Perusahaan Bir DLTA Dijual, Berapa Dana yang akan Dikantongi Pemprov DKI?

Bareksa • 08 May 2018

an image
Sejumlah minuman berjajar di dekat stiker pemberitahuan pembelian alkohol hanya untuk di bawa pulang di salah satu minimarket di Jakarta, Jumat (20/2). Kementerian Perdagangan telah melarang peredaran minum beralkohol kadar lima persen di minimarket tertuang dalam Permendag 06/M-DAG/PER/1/2015 yang mulai efektif pertengahan April 2015. ANTARA FOTO/

Pada tahun buku 2017, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga menerima dividen sekitar Rp48,54 miliar

Bareksa.com- Rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk melepas saham di PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) sudah berembus lama. Yang terbaru, produsen dan distributor minuman bir Anker, Calrsberg, dan San Miguel ini dikabarkan menjual saham Delta ke salah satu perusahaan asuransi terbesar dunia, asal Cina, Ping An Insurance Company of China Ltd.

Jika benar akan dijual, maka berapa dana segar yang dapat diperoleh Pemprov DKI?

Berdasarkan laporan registrasi efek, sebanyak 58,33 persen saham Delta Djakarta masih dikendalikan oleh San Miguel Malaysia Pte.Ltd. Sementara itu, sebanyak 23,34 persen saham DLTA dipegang oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (Baca : Anies - Sandi Dilantik, Bagaimana Kondisi Saham Pemprov DKI di DLTA dan PJAA?)

Porsi Kepemilikan Saham DLTA

Sumber: Bursa Efek Indonesia

Hingga perdagangan Selasa siang hari ini, pukul 13.50, 8 Mei 2018, kapitalisasi pasar Delta mencapai Rp4,363  triliun dengan harga per saham Rp5.575.

Kapitalisasi pasar menunjukkan nilai perusahaan dengan harga pasar di Bursa Efek Indonesia saat ini. Artinya, jika Pemprov DKI Jakarta ingin menjual seluruh sahamnya di Delta, maka berpeluang memperoleh dana sedikitnya Rp1,02 triliun.

Dari sisi kinerja, perusahaan yang telah dimiliki pemprov DKI sejak tahun 1970-an memiliki kinerja keuangan yang sehat dan memberi kontribusinya ke pendapatan Pemprov DKI Jakarta cukup signifikan.

Dilihat dari laporan keuangan kuartal I 2018, Delta mencatat kenaikan laba 11,8 persen menjadi Rp86,8 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya hanya Rp77,6  miliar.

Hal ini seiring dengan pertumbuhan penjualan bersih yang naik 3 persen menjadi Rp224,5 miliar dari sebelumnya Rp217,8 miliar. Secara lebih rinci, penjualan ekspor naik lebih dari 13 kali lipat menjadi Rp1,4 miliar dari sebelumnya hanya Rp112 juta.

Sementara penjualan domestik naik 5,8 persen atau mencapai Rp255 miliar dari sebelumnya Rp241 miliar.

Penjualan Bersih dan Pendapatan DLTA

Sumber: Laporan keuangan perusahaan

Perlu diketahui juga, hingga kuartal I-2018, Delta tak memiliki utang jangka panjang, baik dalam bentuk pinjaman ke bank maupun melalui penerbitan obligasi. Jadi, perusahaan bir ini punya postur keuangan yang sangat sehat.

Hal menarik lain menyangkut besaran dividen yang selalu dibagikan produsen minuman beralkohol bermerek Anker Beer ini bagi para pemegang sahamnya.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, untuk laba tahun 2017 mencapai Rp280 miliar, Delta membagikan dividen Rp208 miliar atau sekitar 65,5 persen dari laba.

Secara konsisten, perusahaan ini memberikan pembayaran dividen dengan rasio yang tinggi. Hal ini berkaitan dengan profitabilitas Delta yang tinggi serta belum adanya rencana ekspansi berskala besar yang membutuhkan biaya yang tinggi.

Dengan komposisi kepemilikan mencapai 23,34 persen, artinya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menerima dividen sekitar Rp48,54 miliar untuk laba yang dicatatkan pada tahun penuh 2017.

Pergerakan dan Rasio Pembayaran Dividen DLTA

Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan

Sebagai informasi, Delta Djakarta beroperasi sejak 1932 dan didirikan oleh perusahaan Jerman “Achipel Brouwerij NV” yang kemudian dibeli entitas Belanda.

Pada tahun 1964, saham perusahaan bir ini diserahkan ke Pemerintah Daerah DKI Jakarta, dan pada 1970 resmi menggunakan nama PT Delta Djakarta.

Pada tahun 1984, perusahaan melangsungkan penjualan saham perdana di bursa guna membiayai ekspansi. Kemudian pada 1990-an, era di mana investor asing mulai banyak berdatangan ke Indonesia, San Miguel, perusahaan bir asal Filipina, masuk ke Delta. (AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.