Pengumuman SNMPTN Tiba, Hadapi Inflasi Pendidikan dengan Reksadana

Bareksa • 18 Apr 2018

an image
Pengumuman SNMPTN 2018

Dalam 20 tahun terakhir, biaya kuliah (college tuition) naik nyaris mencapai 200 persen

Bareksa.com - Pasca menempuh ujian nasional, sebagian siswa kelas 3 sekolah menengah atas (SMA) berencana melanjutkan jenjang pendidikan tinggi. Pengumuman Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2018 pada 17 April 2018 kemarin pun menjadi hari yang ditunggu oleh para calon mahasiswa ini.

Sebagai informasi, SNMPTN adalah jalur masuk kuliah di universitas atau perguruan tinggi negeri (PTN) tanpa melalui tes, melainkan berdasarkan seleksi prestasi akademik sepanjang sekolah di SMA. Tentunya, mereka yang masuk melalui jalur ini bisa berbangga dan sedikit lega karena sudah melewati satu tahapan untuk mengenyam pendidikan lebih tinggi.

Akan tetapi, lolos SNMPTN belum tentu memastikan pembayaran biaya kuliah, meski para siswa berprestasi ini berpeluang mendapatkan bantuan biaya pemerintah. Para orangtua yang anaknya lolos dalam SNMPTN 2018 dituntut menyiapkan biaya pendidikan berikut biaya hidup sang anak.

Setiap tahun, biaya pendidikan pasti melambung. Kenaikan biaya atau inflasi pendidikan umumnya lebih tinggi ketimbang inflasi nasional. Kenaikannya bisa mencapai dua kali lipat laju inflasi tahunan bahkan lebih. 

Menurut penelusuran Bareksa, inflasi pendidikan bisa mencapai 20 persen setiap tahun. Bahkan dalam 20 tahun terakhir, biaya kuliah (college tuition) nyaris melonjak mencapai 200 persen atau tiga kali lipat.

Maka dari itu, agar tak menjadi beban, orangtua harus mulai mempersiapkan dana pendidikan anak sedini mungkin.

Grafik : Tingkat Perbandingan Inflasi 1997 – 2017

Sumber: BLS

Untuk itu, orangtua mesti menyiapkan biaya pendidikan anak sejak dini. Agar tidak beban di kemudian hari, orangtua wajib menyisihkan sebagian pendapatan untuk investasi, bukan sekedar menabung. Menurut Bareksa, salah satu kendaraan investasi yang tepat untuk menumbuhkan dana untuk biaya pendidikan adalah reksadana.

Reksadana merupakan instrumen investasi yang terdiri dari jangka pendek, menengah, dan panjang yang bisa digunakan untuk tujuan keuangan apapun termasuk biaya pendidikan. Keunggulan produk-produk reksadana antara lain berasal dari sisi imbal hasil yang secara rata-rata lebih tinggi ketimbang tabungan dan deposito.

Sejauh ini, tingkat bunga tabungan di bank belum bisa melampaui inflasi. Berbeda dengan reksadana. Ambil contoh, produk reksadana pasar uang, dengan risiko yang sama dengan deposito, mampu menghasilkan keuntungan kisaran 6 -7 persen dalam setahun. Sehingga dalam jangka panjang, kinerja reksadana bisa dibilang hampir pasti mengalahkan produk perbankan.

Selain pasar uang, ada juga jenis produk reksadana yang lain dengan potensi tingkat keuntungan lebih tinggi seperti reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran, dan reksadana saham. Meski begitu, tingkat risiko ketiga jenis produk reksadana tersebut juga lebih tinggi. Sebab, investasi di pasar modal mengenal istilah “high risk, high return”.

Simulasi Reksadana

Bagi orang tua yang saat ini tengah menyiapkan dana pendidikan anak dengan jangka waktu panjang, misalnya untuk jenjang pendidikan 11 tahun, dapat memilih reksadana jenis campuran yang terdiri dari kombinasi racikan strategi saham dan pendapatan tetap.

Mari coba kita ilustrasikan dengan simulasi investasi pada salah satu reksadana pasar uang yang tersedia Marketplace Investasi Bareksa.com, yaitu reksadana Sucorinvest Flexi Fund.

Sebagai contoh, kita berinvestasi reksadana saham ini untuk persiapan pendidikan anak masuk sekolah dasar. Investasi dimulai sejak anak usia 7 tahun hingga anak usia kuliah sekitar 18 tahun, maka ada jangka waktu tujuh belas tahun untuk berinvestasi. 

Pada investasi awal sisihkan Rp10 ribu per hari atau sebesar Rp300 ribu per bulan, kemudian hal tersebut dilakukan secara rutin setiap setiap bulannya selama sebelas tahun.

Maka setelah sebelas tahun, kira-kira berapa uang akan bertumbuh?

Simulasi Investasi pada Reksadana Campuran

Sumber: Bareksa.com 

Pada hasil simulator tersebut, dana pokok investasi untuk pendidikan selama 11 tahun telah terkumpul sebanyak Rp12,9 juta. Dari hasil investasi pada reksa dana tersebut dana investasi telah meningkat menjadi Rp17,9 juta atau bertumbuh sekitar 39,2 persen. Tentunya, keuntungan investasi ini lebih siap digunakan untuk menghadapi inflasi ketimbang tabungan di bank biasa.

Pada dasarnya, berinvestasi untuk kebutuhan biaya pendidikan anak yang dilakukan orang tua lebih akan lebih menguntungkan bila dibanding hanya sekedar menyimpan uang. Sebab, dengan berinvestasi tentunya dana pokok modal kita akan berkembang sehingga akan mampu mengimbangi inflasi yang terjadi pada dana pendidikan. 

Kini, saatnya membeli reksadana tapi, reksadana apa yang paling cocok untuk biaya pendidikan? Jawabnya sangat tergantung dari kondisi dan keadaan Anda. Makanya, perlu memahami dulu risiko reksadana dan profil risiko Anda. Tujuannya, untuk mengukur kemampuan Anda dalam menghadapi risiko yang muncul. (hm)

***

Butuh bantuan?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksa dana, klik tautan ini
- Pilih reksa dana, klik tautan ini
- Belajar reksa dana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana