Bareksa.com – PT Medikaloka Hermina melangsungkan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham. Perseroan bakal melepas 351,4 juta saham baru dengan harga penawaran Rp3.700-5.000 per saham.
Dengan harga penawaran tersebut, Hermina berpotensi meraup dana Rp1,3-1,75 triliun melalui IPO saham. Harga penawaran IPO saham Hermina merepresentasikan enterprise value (EV) per Ebitda sebesar 16,6-21,7x forecast 2018.
Presiden Direktur DBS Vickers Sekuritas Indonesia, Hendra Purnama, menuturkan valuasi Hermina yang ditawarkan kepada publik adalah hasil konsensus dari penjamin emisi (underwriter) IPO saham perseroan.
“Konsensus Ebitda Hermina tahun ini Rp678 miliar,” katanya di Jakarta, Rabu, 18 April 2018.
Proyeksi Ebitda perseroan itu meningkat 17,9 persen dari perolehan pada 2017 sebesar Rp574,9 miliar.
Hendra mengungkapkan perseroan akan menggunakan dana hasil IPO saham untuk sejumlah hal. Hermina akan menggunakan masing-masing 25 persen dana IPO saham untuk membuka rumah sakit baru, pembiayaan kembali (refinancing), pembelian peralatan dan untuk operasional rumah sakit.
Empat perusahaan sekuritas berlaku sebagai underwriter IPO saham Hermina. Keempat perusahaan tersebut adalah Citigroup Sekuritas Indojnesia, Credit Suisse Sekuritas Indonesia, DBS Vickers Sekuritas Indonesia dan Mandiri Sekuritas.
Sesuai rencana, penawaran awal (bookbuilding) akan berlangsung pada 18-26 April 2018. Perseroan berharap mendapatkan pernyataan efektif Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 7 Mei 2018 dan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) diharapkan dapat terlaksana pada 16 Mei 2018.
Underwriter akan menawarkan saham ke sejumlah negara. Selain Jakarta, saham Hermina akan ditawarkan kepada investor di Singapura, Malaysia dan Hong Kong.
Hendra menuturkan, aksi IPO saham akan berlangsung bersamaan dengan divesatasi pemegang saham dan konversi surat utang menjadi saham (mandatory convertible notes/MCN).
Rencananya akan ada divestasi 12 pemegang saham individu yang setara dengan 6 persen dari modal disetor dan MCN melalui private placment sebesar 3 persen.
Proses transaksi IPO saham, divestasi dan private placement akan berlangsung bersamaan. Nantinya, harga saham divestasi dan private placement bakal sama dengan harga IPO saham.
Meski proses penawaran divestasi saham sedang berlangsung, Hendra mengaku sudah banyak pihak yang berminat membeli 6 persen saham divestasi Hermina.
Setelah proses IPO saham dan divestasi berlangsung, maka saham free float yang diperdagangkan di BEI menjadi sekitar 17,8 persen dari modal disetor.
Perbandingan Hermina dengan MIKA dan SILO
Direktur Hermina, Aristo Sutedjawidjaja, mengungkapkan secara khsus Hermina memiliki keunikan dibandingkan perusahaan rumah sakit yang sudah mencatatkan sahamnya di BEI, yakni PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) dan PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO).
Dari sisi valuasi, kata dia, perlu dilihat dari berbagai sisi. Meskipun perseroan satu industri dengan Mitra Keluarga dan Siloam, tetapi dari sisi profitabilitas Hermina mirip dengan salah satu perusahaan rumah sakit di Thailand.
Aristo memandang, harga premium atau diskon dari valuasi Hermina masih akan ditentunkan oleh final pricing. “Tetapi dengan pricing sekarang, inline dibandingkan omzet Mitra Keluarga dan Siloam,” ujar dia.
Meski begitu, Aristo menganggap Hermina merupakan perusahaan rumah sakit dengan growth pendapatan dan Ebitda cukup baik.
Coumpunded annual growth rate (CAGR) pendapatan perseroan dalam tiga tahun terakhir mencapai 25,2 persen. Sedangkan CAGR Ebitda perseroan mencapai 30,8 persen dalam tiga tahun terakhir.
Sebagai pembanding, saat ini harga saham Siloam diperdagangkan Rp8.400 per saham yang mencerminkan harga dibandingkan laba per saham (price to earaning per share ratio/PER) sebesar 142,24x.
Sedangkan saham Mitra Keluarga diperdagangkan sebesar Rp1.925 yang mencerminkan PER sebesar 40,96x. (AM)