Pasca Jadi Anak Usaha Pertamina, Bagaimana Prediksi Kinerja PGAS Tahun Ini?

Bareksa • 16 Apr 2018

an image
Petugas memeriksa fasilitas di Onshore Receiving Facilities Tambak Lorok milik PT Kalimantan Jawa Gas di Semarang. Sejak 2015, anak perusahaan PGN tersebut telah memasok gas sepanjang lebih 200 km lintas laut dari Lapangan Gas Kepodang di Laut Utara Jawa ke PLTU Tambak Lorok, Semarang

Skema konsolidasi PGN - Pertagas masih terbuka, salah satunya melalui asset swap

Bareksa.com – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) memperkirakan kinerja tahun ini kurang lebih akan sama dengan kinerja sepanjang 2017. Meski begitu, kinerja perusahaan secara year to date (Ytd) hingga April 2018 ini diklaim cukup bagus.

Direktur Komersial Perusahaan Gas Negara (PGN), Danny Praditya, mengatakan sebenarnya secara full year kinerja PGN tidak akan berbeda jauh dengan 2017. Tetapi, Januari hingga pertengahan April kinerja perseroan cukup bagus.

“Karena ada pembangkit listrik batu bara yang rusak sehingga diganti oleh pembangkit berbahan bakar gas,” ujar dia di Jakarta, Senin, 2018.

Sementara, Danny belum dapat menjelaskan kinerja PGN setelah berkonsolidasi dengan PT Pertamina Gas (Pertagas). Perseroan rencananya akan berkonsolidasi dengan Pertagas tahun ini melalui skema akuisisi.

Menurut dia, skema pengambilalihan Pertagas masih dikaji oleh tim transaksi. Saat ini masih terbuka skema konsolidasi PGN-Pertagas, selain ada kemungkinan menggalang dana untuk akuisisi, transaksi tersebut dapat dilakukan melalui asset swap.

Jika proses pengambilalihan Pertagas melalui akuisisi, maka perseroan perlu mencari dana. Sumber dana akuisisi dapat melalui pinjaman maupun penambahan modal melalui hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.

Perseroan juga masih menunggu hasil valuasi saham Pertagas. “Kalo valuasi, harusnya nilai Pertagas di bawah PGN sekarang,” terangnya.

Tahun ini, PGN bakal menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai US$400 juta. Jumlah tersebut merupakan capex konsolidasi perseroan dan anak-anak usahanya.

Danny mengatakan, 60 persen dari capex akan digunakan untuk pengembangan bisnis upstream (hulu), sementara sisanya untuk bisnis downstream (hilir). Dua proyek yang tengah diupayakan selesai tahun ini adalah pembangunan pipa Duri-Dumai sepanjang 56 kilometer (Km) dan transmisi Duri-Dumai sepanjang 67 kilometer.

Sedangkan untuk capex konsolidasi, dia belum bisa menjelaskan. Danny mengungkapkan bahwa konsolidasi capex akan dilakukan setelah integrasi antara PGN dan Pertagas tuntas dilakukan.

“Sekarang masih dikaji dan finalisasi, kita targetkan 3 - 4 bulan dari sekarang sudah ada target setelah konsolidasi dengan Pertagas,” kata dia.

PGN akan melangsungkan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 26 April 2018. Agenda RUPSLB tersebut adalah perubahan anggaran dasar (AD) dalam rangka pembentukan holding BUMN minyak dan gas (Migas), serta perubahan pengurus.

Pelaksanaan RUPSLB terkait pembentukan holding BUMN Migas dilakukan setelah Menteri BUMN pekan lalu menandatangani akta pengalihan saham seri B milik negara sebanyak 56,96 persen di PGN kepada PT Pertamina.

Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media F. Harry Sampurno mengatakan, langkah selanjutnya adalah proses integrasi Pertagas yang merupakan anak usaha Pertamina ke PGN. Setelah integrasi, PGN akan menjadi sub-holding gas di bawah Pertamina.

Tim gabungan dari Pertamina dan PGN terus menuntaskan rencana integrasi dimaksud dengan sasaran tercapainya konsolidasi keuangan yang sehat dan tax planning yang optimal.

"Dengan masuknya PT Pertagas ke PGN maka PGN akan menjadi pengelola midstream sampai distribusi dan niaga gas” kata Harry.

Lebih lanjut Harry menjelaskan, Menteri BUMN juga telah menyetujui perubahan anggaran dasar (AD) Pertamina terkait perubahan atau peningkatan modal dan menyetujui pula integrasi Pertagas ke dalam PGN.

Beberapa pertimbangan yang disampaikan Direksi Pertamina dalam mengintegrasikan Pertagas ke dalam PGN antara lain lini bisnis yang sama dalam hal transportasi dan niaga gas, terdapat potensi penghematan biaya operasional dan capex karena hilangnya tumpang tindih dalam pengembangan infrastruktur.

Selain itu, dengan integrasi dapat menciptakan infrastruktur gas yang terintegrasi, menciptakan kinerja keuangan konsolidasi yang sehat, memperkuat struktur permodalan PGN sehingga membuka ruang untuk meningkatkan kapasitas hutang untuk pengembangan bisnis gas dan meningkatkan setoran dividen serta pajak kepada negara. (AM)