Fundamental dan Teknikal BBNI : Kinerja Cemerlang, Sinyal Kenaikan Jangka Pendek

Bareksa • 27 Mar 2018

an image
Dirut BNI Achmad Baiquni (keempat kiri) berfoto dengan jajaran direksi usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan tahun buku 2017 di Jakarta, Selasa (20/3). Pada RUPS Tahunan Tahun Buku 2017 BNI akan membagikan deviden sebesar 35 persen total Rp4,77 triliun kepada para pemegang saham. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Kemarin saham BBNI ditutup menguat 4,87 persen di level Rp9.150 per saham

Bareksa.com - Harga saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) pada perdagangan Senin, 26 Maret 2018 ditutup menguat 4,87 persen dengan berakhir di level Rp9.150 per saham. Saham BBNI ditransaksikan 5.162 kali dengan nilai transaksi mencapai Rp149,09 miliar.

Berdasarkan aktivitas broker summary, anggota bursa yang menempati jajaran top buyer atau sebagai pembeli terbanyak saham BBNI antara lain Credit Suisse Sekuritas (CS) dengan nilai pembelian Rp28,77 miliar, kemudian CIMB Sekuritas (YU) Rp17,38 miliar, dan Deutsche Sekuritas (DB) Rp16,53 miliar.

Ketiganya berkontribusi terhadap nilai transaksi saham BBNI masing-masing 19,3 persen, 11,66 persen, dan 11,09 persen.

Saham BBNI menjadi salah satu saham berkapitalisasi besar yang turun menekan  pergerekan IHSG pada bulan Maret ini. Secara month to date hingga penutupan kemarin saham BBNI telah tergerus 5,91 persen.

Fundamental BBNI

Menurut analisis Bareksa, secara fundamental, kinerja bisnis bank pelat merah ini terbilang masih cukup baik. Sepanjang tahun 2017 BBNI berhasil membukukan lonjakan laba bersih 20,11 persen dari Rp11,34 triliun pada 2016 menjadi Rp13,62 triliun pada 2017.

Perolehan laba bersih tersebut ditopang oleh pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) pada 2017 yang tercatat Rp31,94 triliun, atau tumbuh 6,47 persen (yoy) dibandingkan periode yang sama di 2016 sebesar Rp30 triliun.

Selain itu, kenaikan laba bersih BNI juga turut didorong oleh kenaikan pendapatan non bunga 13,9 persen (yoy) dari sebelumnya Rp8,59 triliun pada 2016 menjadi Rp9,77 triliun pada 2017.


Sumber : laporan keuangan perusahaan

Pendapatan bunga BNI dari segi segmen operasinya terlihat masih didominasi oleh kredit korporasi 40,54 persen, kredit konsumer 31,18 persen, kredit konsumer dan ritel 22,21 persen, serta treasuri dan institusi keuangan Rp187,4 triliun.

Sementara itu, total aset BNI pada 2017 tercatat Rp709,33 triliun, atau naik 17,63 persen (yoy) dibandingkan 2016 yang sebesar Rp603,03 triliun. Adapun penyaluran kredit pada tahun 2017 tercatat Rp441,3 triliun, tumbuh 12,2 persen (yoy) dibandingkan Rp393,3 triliun di 2016.

Dana pihak ketiga (DPK) BNI pada 2017 tumbuh 18,48 persen (yoy) menjadi Rp516,1 triliun dibandingkan Rp435,6 triliun pada 2016. Kemudian rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) tercatat 18,5 persen pada 2017, sedikit menurun dibandingkan 19,4 persen pada 2016.

Margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) pada 2017 tercatat sebesar 5,5 persen, turun dibandingkan 6,2 persen di 2016.

Analisis Teknikal BBNI


Sumber : Bareksa

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal, candle saham BBNI pada perdagangan kemarin membentuk bullish candle dengan short upper shadow serta body yang cukup besar menandakan adanya kenaikan cukup signifikan pada saham ini dengan bergerak dalam rentang yang cukup lebar.

Namun kenaikan saham BBNI tidak disertai peningkatan volume menandakan belum adanya aksi pembelian yang terlalu kuat yang menjadi penopang kenaikan saham ini. Sehingga kemungkinan kenaikan yang terjadi hanyalah technical rebound semata mengingat pergerakan IHSG sendiri yang masih cenderung tertekan.

Tetapi investor asing terlihat mengakumulasi saham ini pada perdagangan kemarin dengan mencatatkan ne buy senilai Rp41,58 miliar atau yang paling besar dibandingkan seluruh emiten yang ada.

Pergerakan saham BBNI terlihat dalam fase downtrend setelah support pada level Rp8.825 per saham berhasil ditembus sehingga membentuk lower high dan lower low.

Namun di sisi lain, indikator relative strength index (RSI) terlihat mulai berbalik arah naik mengindikasikan adanya sinyal kenaikan dalam jangka pendek. (AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.