Harga Batu Bara Global Turun, 3 Saham Ini Tertekan Hingga 17 Persen Sebulan

Bareksa • 26 Mar 2018

an image
Pertambangan Sejumlah kapal yang membawa batu bara melintasi Sungai Mahakam, Samarinda, Minggu (31/12). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan target produksi batubara tahun 2018 sebesar 477 juta ton akan melampaui target produksi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Pada penutupan perdagangan Jumat (23 Maret 2018) harga batu bara Newcastle kontrak Maret ditutup di US$96,75 per ton

Bareksa.com - Pergerakan harga batu bara global terus melanjutkan penurunan, baik batu bara Newcastle ataupun Rotterdam. Hal ini menjadi sentimen negatif yang menekan harga saham sejumlah emiten produsen batu bara yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

Pada penutupan perdagangan Jumat (23 Maret 2018) harga batu bara Newcastle kontrak Maret ditutup pada level US$96,75 per metrik ton dan batu bara Rotterdam kontrak Maret ditutup pada level harga US$79,55 per metrik ton. Penurunan tersebut sudah terjadi lebih dari 1 bulan dan diperkirakan akan terus berlanjut.

Terdapat sejumlah penyebab penurunan tersebut. Pertaman, permintaan dari China yang cenderung melemah dikarenakan musim dingin di negara Tirai Bambu tersebut sudah berakhir. Selain itu, China juga terus menggalakkan sosialisasi terkait penggunaan energi bersih dan terbarukan, dan mengurangi penggunaan energi fosil, seperti batu bara, mengingat masalah polusi udara di negara tersebut sudah semakin parah.

Kedua, juga diperkirakan secara jangka panjang harga batu bara global akan melanjutkan penurunan jika perang dagang antara Amerika Serikat dan China terus membesar. Jika perang dagang semakin membesar maka dikhawatirkan akan terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan khususnya perlambatan pada pertumbuhan ekonomi negara yang terlibat, dalam hal ini adalah Amerika Serikat dan China.

Jika perang dagang semakin besar, diperkirakan akan menyebabkan harga barang-barang akan mengalami kenaikan. Dengan kenaikan harga barang tersebut dapat meningkatkan tingkat inflasi dan menurunkan daya beli maysarakat secara global. Ketika daya beli menurun, maka tingkat konsumsi diperkirakan dapat turun. Selain itu, dengan tingkat konsumsi yang turun akan berpotensi menurunkan tingkat pertumbuhan ekonomi dalam hal ini produk domestik bruto (PDB suatu negara, khususnya Amerika Serikat dan China.

Seperti kita ketahui, China dan Amerika Serikat merupakan dua negara dengan kekuatan ekonomi terbesar. Perkiraan pertumbuhan ekonomi mereka yang turun akibat perang dagang tersebut berpotensi akan mengurangi tingkat penggunaan batubara kedua negara, mengingat AS dan China merupakan konsumen terbesar batu bara. Jika konsumsi dari kedua negara tersebut turun, maka dapat berdampak negatif bagi pergerakan harga batu bara global.

Penurunan harga batu bara global juga akan menjadi sentimen penghambat pergerakan harga saham emiten batu bara di Bursa Efek Indonesia. Terlihat pergerakan harga emiten batu bara di BEI mengikuti penurunan harga batubara global.

Berdasarkan data bursa, saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) telah mencatatkan penurunan sepanjang bulan Maret ini sebesar 8,9 persen ke level harga Rp2.890  per lembar saham. Penurunan juga terjadi pada harga saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) sepanjang Maret sebesar 17 persen ke level harga Rp1.995 per lembar saham. Begitu pula dengan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) sepanjang Maret juga mencatatkan penurunan harga saham sebesar 4,2 persen ke level harga Rp28.900 per lembar saham. (hm)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.