Harga Minyak Mentah Melonjak, Saham-saham Ini Ikut Meroket

Bareksa • 22 Mar 2018

an image
Ilustrasi harga minyak mentah bensin (BBM) global naik. Copyright: <a href='https://www.123rf.com/profile_bluebay'>bluebay / 123RF Stock Photo</a>

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS berada di level US$65,38 per barel atau naik 3,12 persen

Bareksa.com - Harga minyak mentah naik signifikan pada Rabu 21 Maret 2018. Kenaikan itu didorong rilis data persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) serta pelemahan dolar berkelanjutan yang membuat harga minyak menjadi lebih murah di pasar global dan berpotensi memacu permintaan.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS berada di level US$65,38 per barel atau naik 3,12 persen dari penutupan sebelumnya. Sementara minyak mentah Brent berjangka berada di level US$69,82 per barel atau naik 3,56 persen.

Harga kedua acuan tersebut melonjak tepat di bawah level tertinggi sejak awal Februari 2018, setelah naik sekitar 10 persen dari posisi terendah di bulan Maret.

Beberapa sentimen yang mendorong harga minyak mentah berjangka berasal dari pasar uang. Kurs Dolar AS melemah karena pejabat The Fed tetap pada pandangan mereka tentang tiga kenaikan suku bunga pada 2018.

Hal ini bahkan disampaikan saat mengumumkan kenaikan suku bunga seperempat poin (0,25 persen) menjadi 1,75 persen, seperti yang telah diperkirakan sebelumnya.

Sementara di pasar minyak, Badan Administrasi Informasi Energi (EIA) melaporkan bahwa persediaan minyak mentah AS turun 2,6 juta barel dalam sepekan hingga 16 Maret menjadi 428,31 juta barel.

"Minyak memiliki sesi besar dalam semalam meskipun ini bukan hanya fungsi dari pergerakan suku bunga. Data persediaan untuk pekan lalu menunjukkan penurunan minyak mentah yang mengejutkan serta penurunan signifikan dalam persediaan bensin dan distilasi," kata William O. 'Loughlin, analis investasi di Rivkin Securities Australia seperti dilansir dari Reuters.

Bank Belanda ING mengatakan penurunan persediaan minyak mentah AS menyebabkan penurunan impor sekitar 500.000 barel per hari (bpd) menjadi rata-rata 7,08 juta bpd pada pekan lalu, dan kenaikan ekspor sebesar 86.000 bpd menjadi rata-rata 1,57 juta bpd.

Selain itu, tingkat pemanfaatan kilang naik di atas 90 persen untuk pertama kalinya sejak awal Februari. Analis mengatakan ketegangan Timur Tengah pekan ini juga menjadi salah satu faktor yang mendorong harga minyak.

"Washington (Gedung Putih) tampaknya semakin mungkin untuk memperkenalkan kembali sanksi terhadap Iran. Hal ini bisa mengganggu kemampuannya untuk memproduksi dan mengekspor minyak mentah," kata Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank Denmark.

Hal lain yang mendukung kenaikan harga minyak adalah penahanan pasokan yang dipimpin oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia, yang dimulai pada 2017 dan dijadwalkan untuk melanjutkan di sisa 2018.

OPEC mengatakan pada Rabu bahwa pemotongan hampir memiliki efek yang diinginkan untuk menurunkan persediaan global ke level rata-rata lima tahun, meskipun itu memerlukan sedikit penjelasan.

Saham-saham Pertambangan

Sentimen kenaikan harga minyak memberikan imbas ke saham-saham tambang migas secara bervariasi. Di antaranya harga saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) melonjak 3,07 persen menjadi Rp1.345 per saham pada perdagangan hari ini, Kamis, pukul 14.02 WIB.

Tidak berbeda saham PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) juga melonjak 3,25 persen jadi Rp318 per saham pada pukul 14.02 WIB. Saham PT Elnusa Tbk (ELSA) juga menguat 1,26 persen jadi Rp484 per saham, namun saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) melemah 0,75 persen jadi Rp264 per saham.

Perbandingan Return Saham MEDC, ESSA, ELSA dan ENRG Ytd 2018


Sumber : Bareksa