Bareksa.com - PT Adhi Karya Tbk (ADHI) telah menerima pembayaran tahap pertama untuk pengerjaan kereta api ringan atau light rail transit Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi dari PT Kereta Api Indonesia yang sempat tertunda dari jadwal semula. Sentimen positif dari pembayaran yang sudah lewat tenggat waktu itu langsung mendorong kinerja saham ADHI di Bursa Efek Indonesia.
ADHI dijadwalkan menerima pembayaran tahap pertama dua pekan sejak berita acara ditandatangani pada 8 Februari 2018, atau seharusnya tanggal 22 Februari 2018. Namun, pada hari ini 8 Maret 2018, ADHI baru menerimanya.
Adapun besaran yang dibayarkan oleh PT KAI sebesar Rp3,425 triliun. Hal tersebut diumumkan pada halaman instagram resmi milik Adhi Karya. Corporate Secretary Adhi Karya Ki Syahgolang juga sudah membenarkan berita tersebut. "Benar, jumlahnya Rp3,4 triliun," katanya melalui pesan singkat kepada Bareksa.com.
Sebagai emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, hal ini tentunya akan berefek positif untuk ADHI, yang akan menerima kas untuk pengerjaan proyek selanjutnya.
Grafik: Pergerakan Harga Saham ADHI Intraday
Sumber: Bareksa.com
Hingga penutupan perdagangan hari ini, harga saham ADHI naik 5,17 persen menjadi Rp2.440 dari penutupan sebelumnya Rp2.320. Bahkan, pada pukul 13.30 WIB, saham ADHI sempat naik ke level tertinggi intraday sebesar Rp2.510.
Dari pantauan Bareksa, saham ADHI paling banyak diborong oleh broker Sinarmas Sekuritas (DH) yang membeli 21.961 lot saham pada harga rata-rata Rp2.470 per saham senilai Rp5,4 miliar. Nilai transaksi yang dilakukan oleh DH setara 10,8 persen jika dibandingkan seluruh transaksi saham ADHI yang mencapai Rp49,9 miliar pada hari ini.
Pembeli terbesar berikutnya adalah Indopremier Sekuritas yang membeli saham ADHI sebanyak 15.342 lot saham pada harga rata-rata Rp2.482,1 per saham senilai Rp3,9 miliar.
Kinerja Keuangan
Dari sisi kinerja, emiten konstruksi BUMN ini membukukan kinerja yang cukup cemerlang sepanjang 2017. ADHI telah memaparkan prognosa kinerja pada 2017 yang membukukan pendapatan Rp15,11 triliun, angka ini meningkat dari perolehan tahun sebelumnya Rp11,06 triliun.
Meningkatnya pendapatan mendorong laba bersih tercatat Rp526 miliar, meningkat dari tahun 2016 yang sebesar Rp313 miliar. (Baca : Emiten Konstruksi Masih Ekspansif di 2018, ADHI dan PTPP Dinilai Paling Menarik).
Kemudian, nilai kontrak baru yang berhasil dicapai pada 2017 oleh ADHI mencapai Rp37,7 triliun.
Grafik Pendapatan dan Laba ADHI
2017* Prognosa kinerja 2017
Sumber: materi presentasi BUMN konstruksi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) diolah Bareksa
Sebagai informasi, nilai investasi Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana LRT Jabodebek menembus angka Rp31 triliun, naik dari sebelumnya Rp29,9 triliun. Investasi tersebut digunakan untuk pembiayaan aset prasarana (jalur dan fasilitas pengoperasian), aset sarana, aset perawatan prasarana dan pembiayaan aset prasarana (17 stasiun) dan aset Depo.
Pembiayaan pembangunan prasarana LRT Jabodebek berasal dari Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada PT KAI (Persero) dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk serta pinjaman perbankan.
Dalam rangka meringankan pembiayaan pembangunan prasarana dan Depo LRT, Pemerintah juga akan menerbitkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Penyelenggaraan LRT Jabodebek yang mengatur besaran tarif awal dan skema subsidi yang akan diberikan. Sementara itu, besaran tarif awal yang ditetapkan sebesar Rp12.000 per penumpang sekali jalan. (hm)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.