Bareksa.com - Pergerakan harga komoditas logam, termasuk timah, mengalami kenaikan sejak awal tahun 2016 lalu. Hal ini turut mendorong kinerja produsen logam timah yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, yakni PT Timah (Persero) Tbk (TINS).
Setelah mengalami kesuraman, harga timah global berhasil bangkit dan masuk dalam tren kenaikan harga sejak 2016 hingga saat ini. Kenaikan harga komoditas timah ini tidak lepas dari masih tingginya permintaan dari negara pengimpor, seperti Jepang, Eropa, China dan Amerika Serikat. Selain itu, tren positif ini juga oleh defisit persediaan timah yang terjadi di London Metal Exchange (LME) tahun 2016 lalu.
Grafik Pergerakan Harga Timah Global
Kenaikan harga komoditas timah global ini juga membawa dampak positif bagi kinerja PT Timah, yang merupakan produsen timah milik negara tercatat di Bursa.
Laporan keuangan tahun penuh 2017 Timah menunjukkan kenaikan yang signifikan pada laba bersih perseroan, yaitu naik sebesar 99 persen menjadi Rp502,4 miliar dari Rp251,8 miliar pada tahun 2016. Kenaikan laba bersih ini didorong oleh kenaikan pendapatan usaha menjadi Rp9,2 triliun pada 2017 dari Rp6,9 triliun pada 2016, atau naik 32 persen.
Kenaikan pendapatan juga diiringi dengan kenaikan beban pokok pendapatan sebesar 31 persen menjadi Rp7,7 triliun dari Rp5,8 triliun pada 2016 lalu.
Kinerja Laba PT Timah Tbk (dalam miliar rupiah)
Peningkatan pendapatan yang cukup signifikan ini didorong oleh peningkatan permintaan logam timah dunia pada tahun 2017 sebesar 3,2 persen terutama di negara Jepang, Eropa, dan Amerika Serikat. Hal ini membuat volume penjualan logam timah perseroan meningkat sebesar 12 persen menjadi 29.914 metrik ton dari 26.677 metrik ton pada 2016.
Tidak hanya dari sisi volume, harga jual rata-rata logam timah perseroan juga meningkat sebesar 11 persen menjadi US$20.429 per ton dari tahun sebelumnya sebesar US$18.408 per ton.
"Komitmen yang kuat dari Perseroan dalam menjalankan strategi operasional dan keuangan sejak periode sebelumnya menjadi salah satu faktor fundamental dalam peningkatan kinerja perseroan pada tahun 2017”, kata Sekretaris perusahaan Amin Haris Sugiarto dalam press release tertanggal 5 Maret 2018.
Selain itu, PT Timah juga diuntungkan oleh pelemahan rupiah karena penjualan TINS sebagian besar adalah berbasis ekspor dan penjualan sebagian besar dalam dolar AS, mengingat pelemahan rupiah dapat mendongkrak daya beli di kalangan pembeli asing. Hal ini terjadi karena dengan pelemahan rupiah produk ekspor menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang dolar AS. Sebagai informasi, sebesar 96 persen penjualan logam timah dan tin solder milik PT Timah adalah berbasis ekspor.
Kontributor Pendapatan PT Timah Tbk
Terkait harga saham TINS sendiri, hingga penutupan perdagangan hari ini sudah naik sebesar 4,3 persen, pada level harga Rp 1.215 per lembar saham. Bahkan, saham TINS sempat menyentuh harga tertinggi hari ini di level Rp 1.240 per lembar saham. (hm)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.