Bareksa.com - Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup terkoreksi pada hari Selasa, 20 Februari 2018, waktu setempat karena penurunan di sektor telekomunikasi, utilitas dan konsumer yang menyebabkan penurunan indeks saham menjadi lebih rendah.
Pada penutupan di New York Stock Exchange (NYSE), Dow Jones Industrial Average kehilangan 1,01 persen. Tidak berbeda, indeks S&P 500 melemah 0,58 persen, dan indeks NASDAQ Composite tertekan 0,07 persen.
Sementata itu, pengukur ketakutan Wall Street, indeks volatilitas CBOE (VOC), ditutup turun ke sesi rendah 19,95, sedikit di atas penutupan hari Jumat di 19,46, namun jauh di atas 50 poin yang terjadi di pasar awal bulan ini.
Penurunan tajam saham Walmart membuat indeks melemah dan menghentikan rally Dow Jones yang selama enam hari beruntun menguat. Namun keuntungan di Amazon dan saham teknologi menyokong indeks S&P 500 dan Nasdaq.
Peritel batu bara dan mortir terbesar di dunia (Walmart) melaporkan laba lebih rendah dari ekspektasi dan mencatat penurunan tajam dalam pertumbuhan penjualan online selama masa liburan. Alhasil sahamnya ditutup merosot tajam 10,18 persen dan mengalami penurunan persentase terbesar sejak Januari 1988.
"Kerangka dasar dalam hal pandangan dan pendapatan ekonomi belum benar-benar berubah, meski jelas Walmart telah membuat beberapa ketakutan terhadap pasar," kata Peter Kenny, ahli strategi pasar senior di Global Markets Advisory Group, di New York seperti dikutip dari Reuters.
"Kami sedang mencari sebuah konfirmasi secara teknikal bahwa pasar berada pada pijakan yang kokoh." lanjut dia.
Pasar telah bergejolak dalam beberapa pekan terakhir, setelah turun lebih dari 10 persen dari level tertinggi 26 Januari 2018 dan berhasil untuk mencatatkan rebound pekan lalu yang merupakan kenaikan mingguan terbaik dalam lima tahun.
Penurunan pada hari Selasa sekali lagi mendorong indeks S&P 500 di bawah rata-rata pergerakan 50 hari (MA 50) yang merupakan level support teknikal.
Indeks S&P 500 berhasil meningkatkan kenaikan mingguan terbesarnya dalam lima tahun pekan lalu, mengurangi kekhawatiran bahwa koreksi pasar yang lebih dalam akan terus berlanjut setelah beberapa kerugian harian besar yang terjadi pada awal Februari.
Sumber penurunan tersebut merupakan akibat dari kenaikan yield obligasi AS. Imbal hasil obligasi treasury berjangka 10 tahun terus merangkak naik di level tertinggi empat tahun di 2,91 persen pada hari Selasa menjelang banjir likuiditas besar senilai $258 miliar dari pasokan utang pemerintah.
Aksi sell off pasar yang terjadi pada awal Februari dipicu setelah beberapa data ekonomi yang menimbulkan kekhawatiran. Di antaranya ekonomi dinilai mungkin terlalu panas, sehingga menyebabkan lonjakan tajam imbal hasil obligasi dan kekhawatiran bahwa The Fed dapat menjadi lebih agresif dalam menaikkan suku bunga AS. (AM)