Bareksa.com - Harga minyak naik tipis pada hari Jumat karena rebound di pasar ekuitas global dan pelemahan dolar mendukung pemulihan minyak mentah dari penurunan pekan lalu. Bursa saham global rally untuk sesi keenam berturut-turut dan mencatatkan pekan terbaiknya lebih dari dua tahun terakhir.
Dolar Amerika Serikat (AS) terlihat naik pada hari Jumat pekan lalu namun tetap berada di jalur negatif dan mencatat penurunan mingguan terbesar dalam sembilan bulan terakhir. Pelemahan dolar AS dapat meningkatkan harga minyak dan berbagai komoditas berdenominasi dolar lainnya.
"Saya tidak ingin meremehkan apa yang terjadi pada dolar. Dolar yang lebih lemah telah sangat mendukung minyak mentah, " kata Bill Baruch, presiden dan pendiri Blue Line Futures seperti dikutip dari Reuters.
Harga minyak mentah Brent naik 0,8 persen di level US$64,84 per barel, setelah menyentuh level tertinggi delapan hari. Patokan global berakhir pada pekan ini lebih dari 3 persen, sebagian pulih dari penurunan lebih dari 8 persen pekan lalu.
Sementara harga minyak mentah Amerika Serikat West Texas Intermediate (WTI) naik 0,6 persen menjadi US$61,68 per barel. Minyak WTI berhasil naik 4 persen pada pekan lalu setelah sebelumnya tergerus hampir 10 persen pada pekan sebelumnya.
Para manajer keuangan memangkas prediksi bullish mereka di ICE Brent crude oil futures paling banyak dalam hampir delapan bulan pada pekan lalu hingga 13 Februari, data menunjukkan harga anjlok di tengah kekhawatiran kelebihan pasokan.
Spekulan juga memangkas posisi harga minyak mentah dan opsi AS berjangka bersih AS dalam sepekan hingga 13 Februari merupakan yang terbanyak sejak akhir Agustus, demikian diungkapkan Komisi Perdagangan Komoditi Berjangka AS.
"Setelah penurunan tajam yang kami lihat sebelum hari Rabu, mungkin pemulihan akan segera terjadi," kata Tony Headrick, seorang analis di CHS Hedging LLC.
"Namun, Anda perlu melihat jumlah rig, dengan jumlah rig minyak AS yang meningkat tujuh kali, itu adalah titik yang harus memberikan kenaikan harga yang ekstrem," kata Headrick.
Jumlah rig minyak AS yang merupakan indikator produksi di masa depan, naik tujuh unit menjadi 798, merupakan jumlah tertinggi dalam tiga tahun, menurut laporan mingguan dari unit Baker Hughes General Electric.
Produksi minyak Amerika Serikat melemahkan usaha-usaha Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan beberapa produsen lain termasuk Rusia untuk mengekang produksi sebesar 1,8 juta barel per hari sampai akhir 2018.
Sementara itu produksi minyak mentah AS mencapai rekor 10,27 juta barel per hari pada pekan lalu, badan Administrasi Informasi Energi AS (EIA) mengatakan, hal tersebut menjadikan AS sebagai produsen yang lebih besar daripada Arab Saudi.
Tambahan kesepakatan anggaran AS yang disetujui pekan lalu juga diharapkan dapat meningkatkan produksi minyak mentah AS lebih dari tiga kali lipat, kredit pajak kepada produsen untuk menyuntikkan karbon dioksida kembali ke bumi untuk meningkatkan output. (AM)