Berita / / Artikel

Saham IKAI Meroket 34,7 Persen, Sesuaikah Dengan Kinerjanya?

• 06 Feb 2018

an image
Karyawan beraktivitas di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/12). Menjelang libur Natal 2017 dan Tahun Baru 2018, IHSG mencatat rekor baru yaitu ke posisi 6.221,01 naik 37,52 poin atau 0,61 persen. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Dalam enam tahun terakhir produsen keramik bermerek Essenza ini selalu merugi

Bareksa.com - Pada penutupan perdagangan hari ini, 5 Februari 2017 PT Intikeramik Alamsari Industri Tbk (IKAI) mencuri perhatian investor. Saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup merah, saham produsen keramik ini justru meroket hingga mencapai batas tertinggi persentase harian.

Saham IKAI hari ini ditutup melonjak 34,7 persen ke harga Rp163, dibandingkan Rp121 pada penutupan akhir pekan lalu. Peningkatan harga saham ini menyentuh batas atas yang diperbolehkan di pasar reguler Bursa Efek Indonesia sehingga order melampaui harga tersebut terkena penolakan otomatis (auto rejection).

IHSG pada hari ini ditutup melemah 0,6 persen ke level 6.589,67. (Baca Pertumbuhan Ekonomi Kuartal IV-2017 Capai 5,19 Persen, IHSG Berbalik Menguat)

Grafik: Pergerakan Harga Saham IKAI Intraday

Sumber: Bareksa.com

Peningkatan harga saham ini seiring dengan ramainya perdagangan yang terlihat dari volume transaksi saham mencapai 6,1 juta lot senilai Rp86,7 miliar. Angka ini melonjak  56 kali lipat jika dibandingkan transaksi harian rata-rata yang hanya sebesar Rp1,9 miliar dalam setahun terakhir.

Lantas, apakah kinerja emiten ini mulai membaik, seiring lonjakan harga saham yang meningkat cukup signifikan?

Grafik: Pendapatan dan Laba IKAI

Sumber: Bareksa.com

IKAI produsen keramik bermerek Essenza, dalam enam tahun terakhir selalu merugi. Pada tahun 2017, perusahan ini mengantongi kerugian sebesar Rp52,91 miliar. Kendati demikian, kerugian tahun lalu telah berkurang 63,6 persen jika dibandingkan pada 2016 sebesar Rp145,36 miliar.

Dari sisi pendapatan, perusahaan ini juga mencatat penurunan dalam tiga tahun terakhir. Intikeramik juga hanya mengantongi pendapatan Rp13,33 miliar sepanjang tahun 2017, lebih rendah 84 persen jika dibandingkan Rp83,77 miliar pada tahun 2016.

Penurunan tersebut terjadi pada beban pokok pendapatan perusahaan yang menjadi Rp42 miliar, turun 58,8 persen dari sebelumnya Rp102,6 miliar. Penurunan kinerja tersebut karena iklim investasi industri keramik di Indonesia dalam dua tahun terakhir ini cukup berat. Apalagi, harga gas sebagai bahan baku masih cukup tinggi.

Secara lebih rinci, biaya untuk gas mencapai Rp25 miliar, sekitar 46 persen dari pos biaya yang masih harus dibayar pada tahun 2017. (hm)

Tags: