Bareksa.com - PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) mulai merealisasikan rencana ekspansinya. Perseroan telah melaksanakan peletakan batu pertama (groundbreaking) fasilitas pabrik polyethylene (PE) yang baru, berkapasitas 400 kilotons per annum (KTA).
Presiden Direktur Chandra Asri, Erwin Ciputra, menyampaikan total biaya investasi untuk proyek tersebut diperkirakan mencapai US$350 juta. “Penyelesaian proyek ditargetkan pada akhir 2019 dan diharapkan mulai beroperasi pada awal 2020,” kata Erwin melalui keterangannya, akhir pekan lalu.
Perseroan punya alasan kuat dalam merealiasikan ekspansinya ini. Salah satunya karena saat ini Chandra Asri mengoperasikan pabrik PE berkapasitas 336 KTA. Karena itu, pembangunan pabrik PE baru berkapasitas 400 KTA ini akan meningkatkan kapasitas produksi PE CAP menjadi 736 KTA. (Baca : Punya Saham BRPT dan TPIA, Pertumbuhan Reksa Dana Ini Lampaui IHSG)
Tak hanya itu, kata Erwin, industri plastik dan kemasan di Indonesia sedang berkembang pesat sehingga mendorong Chandra Asri untuk lebih sigap mengantisipasi tingginya permintaan PE dalam negeri.
"Permintaan pasar PE di Indonesia saat ini diperkirakan 1,4 juta TPA dan akan terus tumbuh seiring dengan PDB negara. Pabrik PE kami yang baru akan menjadi sumber tambahan produk PE dalam negeri sebagai substitusi impor dan mengurangi arus keluar valuta asing,” terang Erwin.
Secara rinci, Erwin menambahkan, fasilitas pabrik baru ini akan menghasilkan high density polyethylene (HDPE), linear low density polyethylene (LLDPE), dan metallocene LLDPE (mLLDPE). (Lihat : Saham INDY, TPIA, TRAM, WSBP Masuk LQ45, Bagaimana Volume dan Harganya?)
Beberapa aplikasi produk untuk LLDPE dan HDPE antara lain adalah blown film, karung beras, mainan, tutup botol, tas belanja, peralatan rumah tangga, tali, terpal, pipa, kotak kontainer, dan lainnya.
Sebagai informasi, seremoni groundbreaking digelar di komplek petrokimia TPIA di Cilegon, Banten, lokasi dimana pabrik baru akan dibangun. Secara simbolis, groundbreaking proyek ini ditandai dengan penandatanganan spanduk komitmen oleh manajemen Chandra Asri yang diwakili oleh Presiden Direktur Perseroan Erwin Ciputra, dan perwakilan dari kontraktor EPC yang meliputi Toyo Engineering Corporation (Toyo-Japan), Toyo Engineering Korea Limited (Toyo-Korea) dan PT Inti Karya Persada Tehnik (IKPT-Indonesia). (Baca : Saham TRAM, INDY, TPIA, WSBP Masuk LQ45, Kompak Menguat)
Sebelum memulai ekspansi, Chandra Asri pada tahun lalu sedang kebanjiran likuiditas. Setelah merealiasikan rights issue senilai Rp5 triliun, perseroan berhasil menerbitkan obligasi global berdenominasi dolar Amerika Serikat senilai US$300 juta.
Tak lama setelah obligasi global, perseroan juga menerbitkan obligasi dengan skema penawaran umum berkelanjutan dengan total target Rp1 triliun. Pada tahap pertama, perseroan sudah menerbitkan obligasi tahap pertama Rp500 miliar.
Saham TPIA
Sepertinya, geliat ekspansi Chandra Asri sudah tercium para investor. Hal itu terlihat dari pergerakkan saham TPIA hingga memasuki bulan kedua tahun ini.
Hingga 2 Februari 2018, saham TPIA sudah naik 8,33 persen menjadi Rp6.500 per saham dari posisi akhir 2017 di Rp6.000 per saham. Yang menarik dari pergerakkan saham TPIA adalah harganya yang sempat menurun hingga Rp5.500 dalam kurun waktu hingga 24 Januari 2018. (Lihat : PTBA, TPIA, Pertamina dan Pupuk Indonesia Bangun Pabrik Gasifikasi US$1 Miliar)
Pergerakkan Saham TPIA Periode Akhir 2017 – 2 Februari 2018
Sumber: Bareksa.com
Penurunan harga saham TPIA itu pun langsung berbalik arah mulai 25 Januari 2018. Saat itu, dalam sehari saham TPIA naik tajam 17,73 persen menuju level Rp6.475 per saham. (Baca : Berita Hari Ini : BKSL Bidik Penjualan Rp2 Triliun, TPIA Raih Laba US$250,6 Juta)
Sementara pada perdagangan hari ini (Senin, 5 Februari 2018), saham TPIA hingga pukul 11:31 WIB dalam posisi merah atau turun 3,08 persen menjadi Rp6.300. Jelang penutupan perdagangan sesi I ini, saham TPIA sempat menyentuh level terendah di Rp6.250 per saham (AM).