Bareksa.com - Dalam tiga hari terakhir harga saham PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) melonjak signifikan, menyusul pengumuman bank nasional tersebut yang akan merger dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI). Penggabungan dengan bank asal Jepang tersebut dipercaya dapat meningkatkan kinerja keuangan, serta harga saham yang ditarget naik cukup tinggi.
Pada penutupan perdagangan kemarin 30 Januari 2018, harga saham BTPN mencapai Rp3.510, naik 34,5 persen dibandingkan Rp2.610 pada akhir pekan lalu 26 Januari 2018. Lonjakan ini menyusul keputusan Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) yang merupakan pemegang saham dari BTPN dan SMBCI untuk menggabungkan dua bank yang beroperasi di Indonesia tersebut.
Keputusan merger dalam rangka mematuhi aturan di Indonesia tersebut dipercaya dapat membuat kinerja keuangan BTPN menjadi lebih baik. Bahkan dalam riset yang disampaikan Mandiri Sekuritas kepada nasabah, harga saham BTPN ditarget dapat naik hingga mencapai Rp5.700.
Rekomendasi ini berdasarkan valuasi rasio harga saham per nilai buku (PBV ratio) 2018 sebesar 1,8 kali.
Riset Mandiri Sekuritas juga menyebutkan bahwa BTPN mencatatkan laba bersih terkonsolidasi tidak diaudit sebesar Rp1,4 triliun, turun 24 persen dibandingkan kinerja tahun sebelumnya. Hasil tersebut di atas ekspektasi analis karena berporsi 112 persen dari prediksi setahun penuh 2017 (FY17) dari konsensus dan 109 persen dari prediksi Mandiri Sekuritas.
Menurut riset itu, divisi bank BTPN membukukan rugi bersih sebesar Rp287 miliar pada kuartal IV 2017 disebabkan oleh salah satu kenaikan dari program pemisahan karyawan dan restrukturisasi perusahaan. Sementara, pertumbuhan kredit untuk perbankan tetap lemah, disaat non-performing loan (NPL) akan naik pada Desember 2017 yang diindikasi dari naiknya biaya provisi dan biaya kredit.
Grafik: Pergerakan Harga Saham BTPN Selama 1 Bulan
Sumber: Bareksa.com
Berdasarkan laporan keuangan per September 2017, BTPN membukukan laba bersih pada kuartal III-2017 senilai Rp1,366, turun tipis 2,3 persen dari sebelumnya Rp1,399 triliun.
Sementara itu, penyaluran kredit hingga akhir September 2017 mencapai Rp65,8 triliun, tumbuh 5 persen dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun lalu senilai Rp62,6 triliun.
Kualitas kredit perseroan pun masih terbilang baik. Hal ini terlihat dari rasio kredit bermasalah atau NPL yang terjaga di level 0,9 persen.
Adapun, dari sisi penghimpunan dana, total dana pihak ketiga (DPK) per akhir September 2017 mencapai Rp74,9 triliun, tumbuh 9 persen dibandingkan dengan realisasi pada tahun lalu senilai Rp68,8 triliun.
Disokong oleh kinerja positif penyaluran kredit, aset BTPN tumbuh 9 persen secara year on year (YOY) menjadi Rp93,8 triliun per akhir September 2017 dari Rp86,1 triliun setahun sebelumnya. Sementara itu, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) terjaga di 24,8 persen.
BTPN juga perseroan telah menanamkan investasi senilai Rp624 miliar pada periode sembilan bulan 2017, meningkat 77 persen dibandingkan nilai investasi pada kurun waktu yang sama tahun lalu yakni Rp353 miliar.
Selama tiga tahun terakhir, total investasi yang dibenamkan telah mencapai lebih dari Rp1,4 triliun untuk mengembangkan dua platform digital, yakni BTPN Wow dan Jenius.
Transaksi Saham
Dari sisi transaksi saham tanggal 26 Januari hingga penutupan perdagangan kemarin, telah terjadi transaksi saham BTPN senilai Rp52,2 miliar dengan jumlah 136.700 lot saham. Terpantau investor asing membeli bersih (net buy) saham BTPN senilai Rp3 miliar.
Berdasarkan pantauan aktivitas broker summary, pembeli terbesar saham BTPN adalah Citi Group Sekuritas (CG) yang mencatatkan beli bersih Rp5,9 miliar sebanyak 15.406 lot saham. Dari angka tersebut, semuanya adalah investor asing. Transaksi melalui CG mencakup 12 persen dari perdagangan saham BTPN pada hari itu.
Pembeli bersih terbesar kedua saham BTPN hari ini adalah Panin Sekuritas (GR) yang mencatatkan net buy Rp2,1 miliar sebanyak 5.594 lot saham.
Dalam keterbukaan informasi tertanggal 29 Januari 2018, Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan BTPN, Anika Faisal, menyampaikan, perseroan akan melakukan pengkajian dan persiapan teknis untuk merger dengan Bank Sumitomo Indonesia. (Baca : BTPN Syariah Persiapkan IPO Saham Tahun Depan)
Langkah merger tersebut adalah keputusan Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) yang merupakan pemegang saham dari kedua bank tersebut. Per 30 November 2017, SMBC mengendalikan 40 persen saham BTPN dan 98,48 persen saham Bank Sumitomo Indonesia.
“Merger ini juga sejalan dengan arahan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam rangka konsolidasi sektor keuangan yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan memaksimalkan sinergi sektor keuangan di Indonesia,” tulis Anika. (Lihat : Minat Asing Kuasai Lebih dari 40 Persen Saham Bank di Indonesia Meningkat)
Anika menyatakan perseroan akan memastikan semua proses yang dijalankan akan mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku. (hm)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan