Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Senin, 29 Januari 2018 :
PT Hanson International Tbk (MYRX)
PT Hanson International Tbk melalui anak usaha PT Hanson Infrastructure International akan memperluas usahanya ke bisnis jalan tol. Emiten berkode saham MYRX itu mengusulkan pembangunan ruas tol Serpong—Maja. Perseroan bekerja sama dengan PT Ciputra Development Tbk mengembangkan proyek Citra Maja Raya di kawasan Maja, Lebak, Banten.
Saat ini usulan pembangunan ruas tol prakarsa Serpong—Maja dengan perkiraan nilai investasi Rp3 - 5 triliun itu masih dievaluasi oleh pemerintah. Belum ditentukan apakah tol itu nanti menyambung ke kota baru Maja karena masih proses evaluasi. Sejauh ini, MYRX belum menentukan pihak yang akan diajak bekerja sama untuk pengerjaan proyek tersebut. Sumber pendanaan masih belum diumumkan.
PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR)
PT Bakrie & Brothers Tbk akan terus memangkas utang. Tahun ini, emiten Grup Bakrie ini ingin mengurangi utang dari kreditur besar. Rencana ini adalah upaya lanjutan dari restrukturisasi yang bergulir tahun lalu. Namun manajemen BNBR belum banyak membeberkan proses restrukturisasi utang secara mendetail. Nilai restrukturisasi utang tahun ini diperkirakan lebih besar dari tahun lalu.
Sebelumnya, BNBR menyatakan masih ada utang dari tiga kreditur besar. Pada 2018, BNBR ingin memangkas utang dari dua kreditur. Jika mampu menyelesaikan kewajiban dua kreditur itu, BNBR telah merestrukturisasi 80 persen utang. Sepanjang 2017, BNBR sudah merestrukturisasi beberapa utang. Misalnya, konversi utang dari Credit Suisse AG Cabang Singapura dan utang dari Daley Capital Limited.
PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP)
Setelah melalui proses backdoor listing, kini PT PT Rimau Multi Pratama Putra Tbk telah berganti nama jadi PT AirAsia Indonesia Tbk. Emiten berkode CMPP ini berniat kembali melepas saham. Aksi korporasi ini bertujuan memenuhi ketentuan jumlah saham yang beredar di publik alias free float.
Keputusan itu lantaran tak semua pemegang saham publik CMPP melaksanakan haknya dalam rights issue akhir tahun lalu. Sehingga jumlah kepemilikan saham publik menyusut jadi hanya 2,63 persen. Rencana ini bakal dilaksanakan pada kuartal dua nanti. Pasalnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) hanya memberikan waktu tiga bulan bagi CMPP untuk memenuhi aturan itu.
Nantinya, CMPP tak akan menerbitkan saham baru. Saham yang akan dilepas kembali adalah sebagian saham yang dimiliki PT Fersindo Nusaperkasa dan AirAsia Investment Ltd.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI)
Bisnis modal ventura memikat bank-bank besar. Akhir November tahun lalu, semisal, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sudah mengakuisisi 35 persen saham PT Bahana Artha Ventura senilai Rp71,32 miliar. Sebelumnya, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) lebih dahulu mengambil start masuk bisnis modal ventura dengan mendirikan PT Mandiri Capital Indonesia. Menyusul kemudian PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Bank yang terafiliasi dengan Grup Djarum tersebut masuk bisnis modal ventura dengan mendirikan PT Central Capital Ventura (CCV).
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) pun tak mau ketinggalan. Bank milik pemerintah ini menargetkan rencana pendirian perusahaan modal ventura bakal terealisasi pada tahun ini. Ada beberapa opsi yang bakal diambil BNI dalam pembentukan anak usaha baru tersebut. Yakni, BNI bisa saja mengambilalih perusahaan modal ventura yang sudah ada atau membentuk perusahaan sendiri. Nantinya, perusahaan modal ventura milik BNI tersebut akan difokuskan untuk pengembangan perbankan digital BNI dan juga produk keuangan lainnya.
PT Soechi Lines Tbk (SOCI)
Emiten pelayaran ini menyiapkan dana sekitar US$30 juta—US$50 juta untuk mengakuisisi kapal tanker pada tahun ini. Dana tersebut akan digulirkan perseroan untuk membeli kapal sesuai dengan spesifikasi dari pesanan konsumen. Sebagai perusahaan jasa angkutan dan pelayaran, Soechi Lines biasanya mendapatkan order jasa tertentu sehingga harus membeli atau mengakuisisi kapal.
Selain dari permintaan konsumen, akuisisi kapal juga mempertimbangkan harga di level internasional. Tahun ini masih akan ada permintaan kapal tanker. Saat ini utilisasi kapal perseroan stabil sekitar 80 persen.
Kapal-kapal milik emiten berkode saham SOCI ini lebih banyak mengangkut komoditas minyak dan gas bumi. Karena itu, kinerja SOCI sangat dipengaruhi oleh dinamika industri migas. Saat ini, SOCI memiliki total 39 kapal tanker untuk bisnis shipping. Pada 2018, perseroan menargetkan tingkat utilisasi terangkat ke kisaran 85 - 90 persen. (AM)