Bareksa.com – Perusahaan infrastruktur gas milik negara, PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) atau PGN, akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada sore ini 25 Januari 2018 untuk membahas terkait pembentukan holding BUMN minyak dan gas (migas).
Seperti diberitakan sebelumnya, pemerintah memiliki rencana untuk membentuk holding BUMN migas dengan BUMN terbesar di Indonesia pada saat ini, Pertamina, akan menjadi induk holding dan PGN berada di bawahnya. Saat ini, PGN sendiri telah menjadi emiten tercatat di Bursa Efek Indonesia yang sekitar 43 persen sahamnya dipegang oleh publik.
Anak usaha Pertamina yang memiliki kegiatan usaha sejenis dengan PGN yaitu PT Pertamina Gas (Pertagas) rencananya akan dialihkan kepemilikannya ke PGN. Pada saat ini, 100 persen saham Pertamina dimiliki oleh negara dan 57 persen saham PGN dimiliki oleh negara.
Berdasarkan skema yang pernah disampaikan oleh Kementerian BUMN dalam sejumlah kesempatan, 57 persen saham seri B milik negara di PGN akan dialihkan ke Pertamina sedangkan 100 persen saham Pertagas akan dialihkan kepemilikannya ke PGN. (Lihat Usai Holding BUMN Migas Terbentuk, Pertamina akan Dirikan Empat Subholding)
PGN akan menjadi induk Pertagas, anak usaha Pertamina di bidang gas. Sebaliknya, anak usaha PGN, PT Saka Energi Indonesia, akan diambilalih PT Pertamina Hulu Energi (PHE). Kabar terakhir, subtim transaksi dan tim implementasi hingga sekarang masih membahas skema dan cara akuisisi Pertagas oleh PGN. (Baca juga PGN Sudah Dapat Kredit US$536 Juta, BUMN Masih Kaji Nilai Akuisisi Pertagas)
Berarti dapat dikatakan bahwa PGN akan menjadi anak usaha Pertamina, dan Pertagas menjadi “cucu” dari Pertamina, sehingga seluruh kendali Pertagas berada di PGN sepenuhnya.
Pantaskah Pertagas berada di bawah PGN?
Menurut penelusuran Bareksa, kedua emiten ini sama-sama mengandalkan distribusi gas sebagai sumber pendapatan perseroan. Bedanya ialah, PGN mempunyai keunggulan jaringan distribusi gas yang lebih besar skalanya, sedangkan Pertagas mempunyai keunggulan untuk transmisi gas.
Sebagai informasi, transmisi gas adalah penyaluran gas dari stasiun pengumpul ke jaringan pipa pengatur tekanan atau ke pelanggan besar. Sementara itu, distribusi adalah penyaluran dari pipa transmisi ke pelanggan industri.
Grafik : Perbandingan Total Aset dan Laba Per 2016 (US$ Juta)
Sumber : Laporan keuangan, diolah Bareksa
Dikarenakan Pertagas hanya mengeluarkan laporan tahunan dan tidak mengeluarkan laporan keuangan tiap kuartal, maka kami membandingkan total aset dan laba PGN dan Pertagas berdasarkan tahun 2016.
Nilai total aset PGN per akhir 2016 mencapai US$6,8 miliar atau 3,6 kali lipat lebih besar dibanding dengan nilai aset Pertagas yang hanya US$1,88 miliar. Menariknya, jika melihat laba yang dapat diatribusikan kepada entitas induk, laba PGN US$304 juta atau hanya 1,9 kali lipat lebih banyak dibanding Pertagas yang mencatatkan laba US$159 juta. (Lihat Pasca Holding BUMN Migas Terbentuk, Bagaimana Keuangannya?)
Artinya, Pertagas mampu lebih produktif dalam menghasilkan laba sebesar US$159 juta atau 8,45 persen terhadap total aset. Sementara PGN dengan total aset US$6,8 miliar hanya menghasilkan laba US$304 juta atau 4,44 persen terhadap total aset.
Lantas dengan tingkat produktivitas yang telah dijabarkan sebelumnya, akankah Pertagas tetap berada di bawah kendali PGN dengan proses akuisisi atau sejajar posisinya dengan PGAS untuk menjadi anak usaha Pertamina melalui proses merger? (hm)