Bareksa.com – PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) menetapkan nilai penerbitan surat utang global berdenominasi rupiah (Komodo Bond) senilai Rp5,4 triliun atau sebesar US$405,4 juta pada 22 Januari 2018. Nilai dalam dolar Amerika Serikat (AS) tersebut sesuai dengan kurs interbank spot dollar rate 23 Januari 2018, yakni Rp13.318 per dolar AS.
Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya, Puji Haryadi, menuturkan pada 22 Januari, perseroan telah menandatangani surat purchase agreement dengan BNP Paribas, The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited, Mandiri Securities Pte Ltd dan MUFG Securities Asia Ltd sebagai para pembeli awal (initial purchasers).
“Surat utang yang ditawarkan di luar wilayah Indonesia sesuai dengan regulation S dan rule 144A United States Securiiteis Act of 1933,” terang Puji dalam keterangan tertulis, Rabu, 24 Januari 2018. (Baca : Berita Hari Ini : 2 Menteri Teken Holding BUMN Migas, GIAA Bidik Laba Tahun Ini)
Puji melanjutkan, sembilan hari setelah penetapan harga, perseroan akan melakukan setelmen surat utang dan menandatangani identure dengan Bank of New York Mellon selaku trustee. Rencananya, perseroan akan menggunakan dana hasil penerbitan surat utang untuk pembiayaan ulang (refinancing) utang, membiayai belanja modal (capital expenditure/capex) dan modal kerja.
Wika menjadi badan usaha milik negara (BUMN) kedua yang menerbitkan Komodo Bond, setelah akhir tahun lalu, PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) resmi mencatatkan Komodo Bond di London Stock Exchange senilai Rp4 triliun atau US$295 juta. (Lihat : Usai PGN Gabung Pertamina, 3 Holding BUMN Ini Disiapkan)
Animo Investor
Komodo Bond Jasa Marga diterbitkan dengan kupon tetap tanpa jaminan dan berjangka waktu 3 tahun. Perseroan menawarkan kupon 7,5 persen, lebih rendah dari target indikatif sebelumnya yang menandakan besarnya animo investor terhadap produk ini.
Obligasi yang jatuh tempo pada tanggal 11 Desember 2020 itu memperoleh peringkat Baa3 oleh Moody's dan BB+ oleh S&P. (Baca : Kinerja Keuangan BUMN Konstruksi 2017 : WSKT Tumbuh Tertinggi, WIKA Melandai)
Jasa Marga telah melakukan roadshow ke beberapa kota di mancanegara yaitu Hong Kong, Singapura, London, New York dan Boston sebelum mengumumkan penerbitan Komodo Bond.
Jasa Marga memperoleh minat dari investor menjelang pengumuman transaksi, hal ini dikarenakan adanya kondisi kredit perseroan yang kuat dengan pendapatan yang stabil. (Lihat : Box Girder LRT di Kayu Putih Runtuh, Ini Penjelasan PT Wijaya Karya)
Hal ini mengakibatkan masuknya pesanan (order book) yang konsisten sepanjang hari, setelah transaksi diumumkan, dari berbagai investor berkualitas tinggi. Tingginya partisipasi dari investor global tidak hanya menunjukkan kepercayaan investor terhadap Indonesia tapi juga keyakinan mereka terhadap Jasa Marga.
Penerbitan tersebut memungkinkan Jasa Marga untuk lebih mendiversifikasi sumber pendanaannya, setelah sebelumnya masuk ke pasar dalam negeri melalui penerbitan sekuritisasi dan penerbitan project bond awal tahun ini, yang juga merupakan yang pertama di pasar modal Indonesia. (Baca : Berita Hari Ini: PADI Rights Issue, WIKA Road Show Komodo Bond)
Sementara itu, Kementerian BUMN akhir tahun lalu mengungkapkan bahwa ada dua BUMN lain yang berniat menerbitkan Komodo Bond. Dua perusahaan pelat merah tersebut adalah PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM).
Kinerja Keuangan WIKA
Dibandingkan emiten saham BUMN konsturksi lainnya, pertumbuhan laba bersih PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) sepanjang tahun lalu tidak impresif. Wijaya Karya (Wika) membukukan laba bersih sebesar Rp1,1 triliun, meningkat sedikit dibandingkan 2016 senilai Rp1,04 triliun. (Lihat : Cari Dana di Pasar Modal, 8 BUMN Akan Terbitkan Obligasi Rp28 T Tahun 2018)
Deputi Bidang Usaha Konstruksi, Sarana dan Prasarana Perhubungan Kementerian BUMN, Ahmad Bambang, mengatakan laba bersih WIKA tahun lalu memang tersalip oleh PT PP Tbk (PTPP). Pihak kementerian saat ini belum melakukan rapat khusus dengan manajemen WIKA.
"Tetapi pertumbuhan laba WIKA melandai karena mereka sudah investasi banyak di proyek kereta api cepat," kata Ahmad. (Baca : Saham BUMN di Tiga Sektor Berpotensi Bukukan Kinerja Positif Tahun Ini)
Prognosa Keuangan BUMN Konstruksi (Rp miliar)
*Sumber: presentasi BUMN konstruksi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Bambang menuturkan WIKA merupakan salah satu pemegang saham dalam konsorsium proyek kereta cepat. Selain itu, sebagai kontraktor, WIKA belum mendapatkan sebagian pembayaran proyek yang telah dikerjakan.
Bambang mengatakan bagian proyek yang belum dibayarkan adalah bagian dari kredit. Hal itu terjadi karena kredit dari China Development Bank (CDB) belum cair hingga sekarang. (AM) (Lihat : TLKM, WIKA, dan PLN Terbitkan Komodo Bond Tahun Depan Susul JSMR)