PGN Sudah Dapat Kredit US$536 Juta, BUMN Masih Kaji Nilai Akuisisi Pertagas

Bareksa • 18 Jan 2018

an image
FSRU PGN Lampung menerima Kargo LNG kedua dari Kilang LNG Tangguh, di Pantai Labuan Maringgai, Lampung, Minggu (24/4). ANTARA FOTO/HO/Kurnia/pd/16

Kementerian masih fokus konsolidasi kekuatan PGN dan Pertagas dalam holding BUMN industri Migas.

Bareksa.com – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih memfinalisasi nilai transaksi aksi korporasi dalam rangka pembentukan holding BUMN di bidang minyak dan gas (migas). Meskipun demikian, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN telah mendapatkan pinjaman senilai US$536 juta untuk mengakuisisi PT Pertamina Gas (Pertagas).

Deputi Kementerian BUMN Bidang Pertambangan, Industri Strategis dan Media, Fajar Harry Sampurno mengungkapkan, saat ini kementerian masih memfokuskan pada konsolidasi kekuatan PGN dan Pertagas dalam holding BUMN industri Migas.

“Akuisisi akan dilakukan langsung saat holding terbentuk,” ujarnya kepada Bareksa, di Jakarta, Rabu, 17 Januari 2018.

Sebelum itu, sudah beredar dokumen yang menyatakan PGN telah mendapatkan pinjaman senilai US$536 juta untuk mengakuisisi Pertagas. Namun, Fajar enggan mengkonfirmasi nilai akuisisi setara dengan nilai pinjaman tersebut.

Sementara itu, subtim transaksi dan tim implementasi hingga sekarang masih membahas skema dan cara akuisisi Pertagas oleh PGN. Rencananya, Pertagas akan melebur dengan PGN.

Nantinya PT Pertamina (Persero) akan menjadi induk usaha dengan kepemilikan saham 100 persen dimiliki oleh negara. Pertamina akan menguasai PGN sebagai anak usaha melalui pengalihan 57 persen kepemilikan saham pemerintah. (Lihat : Kena Auto Reject Pertama Kali, Saham PGAS Jadi Incaran Investor Asing)

PGAS akan menjadi induk PT Pertamina Gas (Pertagas), anak usaha PT Pertamina di bidang gas. Sebaliknya, anak usaha PGN, PT Saka Energi Indonesia, akan diambilalih PT Pertamina Hulu Energi (PHE).

Efisiensi

Managing Director The Management Institute Universitas Indonesia, Toto Pranoto menjelaskan, tujuan utama pembentukan holding pada dasarnya adalah meningkatkan daya saing, efisiensi dan menciptakan value. Alasannya karena apabila BUMN bergerak masing-masing akan menciptakan inefisiensi.

Untuk holding BUMN industri Migas, dia menilai bahwa selama ini dua perusahaan di bidang sama, yakni PGN dan Pertagas bergerak masing-masing. Bahkan, kedua perusahaan tersebut membangun saluran pipa gas di tempat yang berdekatan.

“Kenapa tidak dibuat satu pipa saja dan digunakan bersama-sama, jadi efisien,” katanya. (Baca juga Bergerak Bak Roller Coaster, Saham PGAS Sumbang 31 Persen Transaksi IHSG)

Toto memandang, holding BUMN Migas akan menciptakan value sehingga BUMN sektor Migas akan lebih efisien. Di sektor hulu, PT Pertamina akan fokus memberikan guidance, sementara di sektor hilir distribusi gas, PGN dan Pertagas bersinergi sehingga BUMN Migas dapat lebih kompetitif.

Sementara di sisi lain, ada tantangan pembentukan holding karena PGN merupakan perusahaan terbuka yang telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Investor tentu memiliki harapan terhadap PGN usai holding BUMN industri Migas terbentuk.

Apabila harapan investor tidak terjawab prospeknya, maka hukumannya akan langsung terasa oleh harga saham PGN di BEI. Menurut Toto, ada pertanyaan apakah proses bisnis setelah holding berjalan lancar atau tidak.

“Perlu memberikan keyakinan kepada investor bahwa proses ini akan memberikan nilai tambah pada PGN, kemampuan PGN bisa jadi lebih baik,” katanya. Sangat bagus apabila nantinya holding dapat menjawab kepercayaan investor.

Toto juga mengomentari bahwa holding BUMN yang sudah terbentuk sebelumnya merupakan holding investment atau strategic holding. Sementara holding BUMN yang baru terbentuk merupakan operational holding, seperti PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) dan holding yang akan terbentuk selanjutnya, PT Pertamina.

Namun, sejarahnya holding BUMN dibentuk awalnya merupakan operational holding, seperti holding BUMN semen dan pupuk. Tetapi yang terjadi adalah tidak ada sinergi karena induk dan anak usaha sama-sama menjalankan operasi.

Akhirnya struktur holding diubah dari operational holding menjadi investment holding. Dengan begitu, kinerja holding dapat lebih positif. (Lihat Pembentukan Holding Migas Ditargetkan Tuntas Kuartal I 2018)

Melalui strategic holding, induk usaha hanya memberikan arahan kepada anak usahanya. “Sehingga bisnisnya tidak berbenturan antara induk dan anak usaha,” terang dia.

Selanjutnya hal itu akan membuat efisiensi serta menurunkan struktur biaya. Dalam jangka pendek holding akan meningkatkan profit anak usaha karena ongkosnya lebih rendah. Sementara untuk jangka panjang, pendapatan anak usaha akan meningkat.

Tetapi pembentukan holding saat ini dilakukan dengan konsep operational holding karena langkah tersebut paling mudah. Apabila sudah berjalan, bisa saja konsep holding-holding BUMN tersebut mengalami perubahan karena menyesuaikan dengan kondisi yang ada.