Bareksa.com- Pada perdagangan hari ini 17 Januari 2018, harga saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) meroket hingga menyentuh batas persentase maksimum harian di pasar reguler Bursa Efek Indonesia. Salah satu sentimen yang mendorong lonjakan harga saham distributor gas ini adalah pembentukan holding BUMN yang akan menggabungkan Pertagas ke tubuh PGAS.
Hingga pukul 13.30 WIB hari ini, harga saham PGAS naik 25,5 persen menjadi Rp2.360 dari penutupan sebelumnya Rp1.880, angka ini merupakan batas maksimum kenaikan saham sehingga permintaan beli di atas harga tersebut terkena penolakan otomatis oleh sistem (auto rejection). Menariknya, jika ditelusuri naiknya saham PGAS merupakan kenaikan paling tinggi selama tiga tahun terakhir.
Naiknya harga saham PGAS diiringi nilai transaksi yang menjadi jawara hingga siang hari ini, tembus Rp946 miliar. Selain itu, saham PGAS juga tercatat sebagai saham yang paling banyak diincar oleh investor asing dengan nilai pembelian bersih (net buy) Rp142 miliar.
Investor asing paling banyak membeli PGAS melalui Deutsche Bank (DB) sebanyak 322.000 lot saham pada harga rata-rata Rp2.161,9 per saham senilai Rp70,3 miliar.
Sementara pembeli terbesar berikutnya adalah broker Citi Group Sekuritas (CG) yang membeli 256.000 lot saham PGAS senilai Rp58,2 miliar.
Grafik: Pergerakan Harga Saham PGAS Intraday
Sumber: Bareksa.com
Adapun naiknya harga saham PGAS terdorong rencana pemerintah untuk membentuk holding BUMN di bidang minyak dan gas. Ternyata pemerintah sudah mengundang manajemen PGAS agar menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 25 Januari 2018, seperti dikutip dari Kontan. Agendanya mengubah anggaran dasar perseroan ini sebagai jalan untuk menjadi anak usaha PT Pertamina.
Sebelumnya, Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik, Kawasan dan Pariwisata Kementerian BUMN, Edwin Hidayat Abdullah, mengungkapkan pembentukan holding migas dilakukan untuk meningkatkan daya saing BUMN dalam rangka menghadapi tantangan daya saing di sektor migas.
Kebutuhan gas diproyeksikan mencapai 5 kali lipat pada 2050. Karena itu pemerintah ingin mengatasi ketergantungan pada impor gas, harga gas yang relatif tinggi dan ketidakseimbangan sumber gas di masa mendatang.
“Dengan kombinasi keseimbangan BBM dan gas diharapkan ketahanan energi akan lebih baik,” ujarnya. (Baca : Teruskan Rencana Akuisisi PGN, Dirut Baru Pertamina Dukung Holding BUMN)
Skema holding BUMN industri migas terdiri atas PT Pertamina (Persero) sebagai induk usaha dengan kepemilikan saham 100 persen dimiliki oleh negara. Pertamina akan menguasai PGAS sebagai anak usaha melalui pengalihan 57 persen kepemilikan saham pemerintah dengan cara inbreng. Kemudian PGAS akan mengakuisisi Pertagas, yaitu anak usaha dari Pertamina di bidang gas.
Selain itu, naiknya harga saham PGAS juga terdorong penguatan harga minyak global sejak awal tahun karena sentimen dari negara-negara produsen di Timur Tengah.
Pada pagi ini, harga minyak West Texas Intemediate (WTI) untuk pengiriman Februari 2018 di New York Mercantile Exchange naik ke level US$63,88 per barel dengan penguatan 0,24 persen dari hari sebelumnya.
Kenaikan harga minyak dunia ini seiring dengan situasi geopolitik negara-negara produksi minyak seperti Iran dan Arab masih membuat harga minyak terus memanas. Demonstrasi di Iran serta penangkapan sejumlah pangeran Arab Saudi masih menjadi katalis utama penguat harga minyak saat ini. (Baca juga Harga Minyak Terus Naik Tembus US$70 per Barel, Ini Dampaknya ke APBN 2018) (hm)