Dominasi Aset Lancar, Piutang BUMI Rp4,9 Triliun Ditarget Cair Kuartal I-2018

Bareksa • 12 Jan 2018

an image
Karyawan mengepak uang dolar AS di cash center Bank Rakyat Indonesia (BRI), Jakarta. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Sejak 2014 memang aset lancar BUMI didominasi oleh piutang berkisar 84 persen hingga 97 persen

Bareksa.com - PT Bumi Resources Tbk (BUMI) memiliki piutang yang cukup besar dari salah satu debitur yang jumlahnya mendominasi aset lancarnya dan ditargetkan cair pada kuartal pertama tahun ini. Besarnya jumlah piutang yang mencakup 90,5 persen dari aset lancar perseroan itu menjadikan emiten investasi batu bara tersebut sangat bergantung pada pencairan ini untuk memiliki dana kas.

Berdasarkan laporan keuangan September 2017, BUMI mencatat piutang sebesar US$367,55 juta atau berkisar Rp4,9 triliun. Angka tersebut didominasi piutang dari PT Tiga Lima Rekso senilai US$358,6 juta, yang berasal dari pengalihan piutang usaha anak usaha BUMI, yakni PT Arutmin Indonesia kepada BUMI dengan durasi jatuh tempo lebih dari 90 hari.

Mengutip Kontan, Dileep Srivastava selaku Direktur BUMI mengatakan, penyelesaian atas piutang tersebut diharapkan bisa dilakukan pada kuartal I tahun ini. Dileep secara tersirat menyebut, piutang ini ada kaitannya dengan restrukturisasi utang yang baru saja BUMI lakukan.

Piutang BUMI terbilang cukup besar dikarenakan total piutang setara dengan 90,5 persen aset lancar atau aset yang paling likuid yang berjumlah US$406,1 juta. Menurut analisis Bareksa, sejak 2014 memang aset lancar BUMI didominasi oleh piutang berkisar 84 persen hingga 97 persen.

Melihat kondisi tersebut, tentu manajemen akan sangat bergantung terhadap tingkat kelancaran pembayaran para debitur sesuai dengan kontrak untuk mendapatkan arus kas.

Perbandingan Piutang terhadap Aset Lancar BUMI (US$ Juta)

Sumber : Laporan keuangan, diolah Bareksa

Menurut penelusuran Bareksa, piutang ini ada kaitannya dengan restrukturisasi utang terbilang besar, sebab hal tersebut bisa dilihat dari bagaimana cara PT Karsa Daya Rekatama yang melunasi utang US$150 juta atau sekitar Rp2 triliun (kurs Rp13.500) pada 20 Juni 2017. Pelunasan itu melalui pemberian saham BUMI yang dinilai sebesar US$150 juta yang dipegang oleh PT Karsa Daya Rekatama kepada China Investment Corporation (CIC), pada saat yang sama CIC akan mengumumkan porsi utang Perusahaan sejumlah US$150 juta dibayar dan Perusahaan dibebaskan dari kewajiban terkait jumlah tersebut. (Baca Pemegang Saham BUMI Setujui Rights Issue dan MCB Rp35 T)

Manajemen BUMI berkeyakinan bahwa tidak terdapat indikasi penurunan nilai piutang dan berkeyakinan seluruh piutang dapat tertagih. Sehingga, tidak dibentuk penyisihan penurunan nilai piutang dalam laporan keuangan perusahaan. (Lihat Nilai Ekuitas BUMI Kembali Positif Setelah 4 Tahun, Kok Bisa?) (hm)