Berita / / Artikel

Layanan Wealth Management Bank Ungkap Pergeseran Investasi Nasabah Kaya

• 10 Jan 2018

an image
Penjual jasa penukaran uang baru menawarkan uang baru kepada pengguna jalan di pinggiran jalan, Surabaya, Jawa Timur. ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Kecenderungan tingkat bunga deposito bank yang terus menurun jadi salah satu faktornya

Bareksa.com – Nasabah-nasabah kaya di bank mulai mengalihkan dananya ke instrumen investasi dengan return lebih tinggi. Setidaknya itulah yang tergambar dalam pertumbuhan rekening di atas Rp2 miliar Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan layanan wealth management di beberapa perbankan tanah air.

Menurut data LPS, jumlah rekening dengan nominal di atas Rp2 miliar hanya tumbuh 0,1 persen per November 2017 menjadi 249.274 rekening. Simpanan dengan nominal di atas Rp2 miliar merupakan kriteria yang dijamin sebagian oleh LPS. Sementara simpanan dengan nilai di bawah Rp2 miliar merupakan yang dijamin seluruhnya oleh LPS. (Baca : Daya Beli Dinilai Melemah, Namun Dana Kelolaan Grup Bank Mandiri Justru Melonjak)

Head of Individual Customer Solutions PT Bank OCBC NISP Tbk, Ka Jit, mengakui adanya perpindahan dana nasabah kaya ke instrumen investasi. Namun pengalihan dana ke investasi tidak mencapai taraf yang mempengaruhi dana pihak ketiga (DPK) secara signifikan.

“Selama perbedaan suku bunga deposito dengan produk investasi cukup besar, kami rasa pergeserannya akan berlanjut sebagai bagian usaha nasabah untuk mendapatkan return yang lebih tinggi,” tutur Ka Jit kepada Bareksa, Selasa, 9 Januari 2018. (Lihat : Tren Digital, Bisnis Wealth Management Melonjak di Semester I 2017)

Total Simpanan dan Jumlah Rekening Berdasarkan Kepemilikan Simpanan, Besaran Nilai Simpanan dan Valuta per November 2017

Sumber: LPS

Reksa Dana Saham

Ka Jit mengungkapkan saat ini nasabah prioritas OCBC NISP mencapai lebih dari 25.000 orang dengan total dana kelolaan Rp40 triliun. Adapun dari dana itu, sekitar 30 persen diinvestasikan ke instrumen investasi. (Baca : Laba Bank Kecil Menyusut, Laba Bank Besar Melesat 16-21 Persen pada Oktober 2017)

“Produk investasi yang banyak dipilih adalah obligasi pemerintah, asuransi unit link, dan reksa dana saham,” imbuh Ka Jit.

Senada, Head of Wealth Management & Retail Digital Business Bank Commonwealth, Ivan Jaya, menjelaskan dengan kecenderungan tingkat bunga deposito bank yang terus menurun didukung oleh penurunan suku bunga acuan BI sebanyak 2 kali dari 4,75 persen menjadi 4,25 persen di 2017, membuat investor mencari alternatif investasi yang lebih atraktif.

Selain itu, yield SUN 10 tahun turun sebanyak 165 bps sepanjang 2017 dari 7,97 persen ke 6,32 persen, sementara IHSG naik 19,99 persen pada 2017 ke level 6.355 yang merupakan level all time high. (Lihat : OCBC NISP Targetkan Nasabah Orang Kaya Melonjak 300 Persen, Apa Alasannya?)

“Pada 2018 pasar saham juga diprediksi meningkat didukung oleh membaiknya konsumsi masyarakat yang didorong oleh adanya beberapa even besar di 2018 di antaranya Pilkada serentak, Asian Games, dan IMF & World Bank Annual Meeting. Besarnya porsi konsumsi pada PDB Indonesia akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan akan berimbas positif pada pasar saham,” terang Ivan.

Dengan solusi Dynamic Model Portfolio dari Commonwealth Premier Banking nasabah mendapatkan saran akan  porsi alokasi investasi beserta instrumennya yang sesuai dengan profil resiko dan tujuan finansialnya. (Baca : Upah Minimum Naik, Yuk Intip Cara Atur Keuangan Lebih Cerdas)

“Sesuai dengan proyeksi di atas mengenai pasar saham, instrumen reksa dana saham baik yang berdenominasi rupiah ataupun reksa dana saham global yang berbasis syariah merupakan pilihan yang kami sarankan,” ujar Ivan.

Bank Commonwealth juga punya dana kelolaan nasabah kaya cukup besar, yang nilainya berkisar Rp30 - 35 triliun. Ivan menyatakan dari jumlah itu instrumen investasi merepresentasikan 50 persen dari total dana kelolaan. (AM) (Lihat : Jumlah Rekening Nasabah Naik jadi 222,46 Juta, Apa Penyebabnya?)

Tags: