Pasca Melonjak 10,47 Persen, Bagaimana Prospek Saham APLN?

Bareksa • 03 Jan 2018

an image
Senayan City - Agung Podomoro Land Tbk

Saham APLN ditransaksikan sebanyak 4.601 kali dengan nilai transaksi Rp22,8 miliar

Bareksa.com - Harga saham PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) pada perdagangan Selasa, 2 Januari 2018, ditutup melonjak 10,47 persen ke level Rp232 per saham. Saham APLN ditransaksikan sebanyak 4.601 kali dengan nilai transaksi Rp22,8 miliar.

Berdasarkan aktivitas broker summary, anggota bursa yang menempati jajaran top buyer saham APLN antara lain Deutsche Sekuritas (DB) dengan nilai pembelian Rp4,4 miliar, kemudian Mirae Asset Sekuritas (YP) Rp4,2 miliar, dan Mandiri Sekuritas (CC) Rp2,39 miliar. (Baca : Harga Saham Emiten Properti Melesat, Ini Analisa Teknikal APLN dan PPRO)

Analisis Teknikal APLN
 
Sumber : Bareksa

Berdasarkan analisis Bareksa, secara teknikal pergerakan saham APLN terlihat membentuk pola double bottom yang merupakan salah satu sinyal reversal (pembelikan arah). Bullish spinning top yang terbentuk pada perdagangan kemarin menggambarkan sejak awal perdagangan saham APLN terus melaju positif serta berhasil melewati resisten di level Rp218. (Lihat : Drama Reklamasi Anies - Sandi, Begini Kinerja Emiten PJAA, APLN dan DILD)

Indikator volume mengiringi kenaikan saham ini dengan lonjakan yang signifikan mengindikasikan adanya tren pembelian yang meningkat, terutama pada harga Rp230 yang pada perdagangan kemarin nilai transaksinya mencapai Rp8,22 miliar (36,05 persen).

Indikator relative strength index (RSI) terlihat saham APLN masih bergerak positif dan saat ini berada di level 59 atau masih cukup jauh dari area overbought (jenuh beli) di level 80 menandakan sinyal kenaikan saham ini masih cukup kuat dengan target resisten terdekat di level Rp256, support berada di level Rp212 per saham. (Baca : Reklamasi Pulau G Kembali Diizinkan, Kenapa Saham APLN Justru Melemah?)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut