Bareksa.com - Harga saham-saham pertambangan hari ini (6 Desember 2017) kembali memerah melanjutkan penurunan kemarin. Analis menilai penurunan ini terjadi karena adanya pengalihan dana dalam saham-saham berkapitalisasi besar oleh investor di pasar modal.
Hingga penutupan perdagangan sesi I hari ini, harga saham PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) turun sebesar 2,5 persen ke level Rp785 per saham dari sebelumnya Rp805 per saham.
Sementara itu, saham PT Elnusa Tbk (ELSA) turun sebesar 1,09 persen ke level Rp362 per saham. Saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) juga turun sebesar 1,08 persen. (Baca : Bisa Leverage Dana Rp180 Triliun, Holding BUMN Tambang Sanggup Akuisisi Freeport)
Selanjutnya, saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) turun 0,79 persen, PT Harum Energy Tbk (HRUM) turun 0,75 persen, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) turun 0,73 persen dan PT Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) turun 0,45 persen.
Pergerakan Harga Saham Pertambangan Hingga Sesi I 6 Desember 2017
Sumber: Bareksa.com
Menurut Head of Research Oso Sekuritas, Riska Afriani, dari sisi sentimen, seharusnya sektor pertambangan masih mendapat sentimen positif dari harga minyak dunia. Harga minyak global West Texas Intermediate (WTI) sejak awal tahun telah naik 7,2 persen ke level US$57,36 per barel dari sebelumnya US$53,77 per barel. (Lihat : Harga Minyak Global Melonjak Jelang Pertemuan OPEC, Saham ELSA dkk Terdongkrak)
Pergerakan Harga Minyak West Texas Intermediate (WTI)
Sumber: Bloomberg.com
Riska melanjutkan, adapun penurunan harga saham-saham beberapa hari ini karena adanya pengalihan investasi menjelang akhir tahun ke saham-saham yang memiliki kapitalisasi besar (big caps), seperti saham perbankan dan aneka industri yang hingga hari ini masih mengerek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). (Baca : Ditopang Sektor Tambang, Segmen Syariah Pimpin Kinerja Reksa Dana Saham)
Berdasarkan pantauan Bareksa, sejumlah saham perbankan serta saham sektor aneka industri berkapitalisasi besar menguat pada perdagangan hari ini. Saham PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) masih naik 2,4 persen, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 1,5 persen ke level Rp8.575, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 1,3 persen dam PT Astra Internasional Tbk (ASII) naik 2,1 persen ke level Rp8,375.
Menurut Riska, pengalihan ini biasanya menjelang adanya window dressing pada akhir tahun. Window dressing secara umum bisa diartikan sebagai fenomena tren kenaikan harga saham pada akhir tahun saat perusahaan publik yang mencatatkan sahamnya akan melakukan tutup buku. Kondisi ini dapat dimanfaatkan oleh investor untuk memeroleh keuntungan dari portofolio yang mereka miliki. (Lihat : Antam Jajaki Partner Strategis untuk Bangun Pabrik Stainless Steel)
Window dressing biasanya dilakukan oleh pengelola keuangan, di mana saham-saham yang sedang melemah dan secara fundamental kurang baik dijual. Sementara saham yang sedang menguat dan memiliki fundamental baik akan dibeli. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar memberi kesan bahwa pengelola keuangan tersebut telah memilih saham yang benar dan memiliki kinerja baik. (hm)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.