Bareksa.com - Majalah Forbes baru saja merilis nama-nama orang terkaya di Indonesia, dengan Hartono bersaudara masih menjuarai daftar tersebut dengan nilai harta US$32 miliar (setara Rp432,6 triliun). Sementara pemilik Grup Djarum tersebut bertengger di posisi puncak selama sembilan tahun berturut, ada sejumlah pebisnis yang belum masuk daftar tetapi memiliki bisnis yang sedang naik daun dan membawa mereka berpotensi masuk ke jajaran orang top di tahun depan.
Berdasarkan artikel Forbes Asia, terdapat tiga penguasaha yang patut dicermati karena bisnis mereka yang sedang booming, yakni dua dari industri teknologi dan satu di bidang ritel barang mewah. Mereka adalah Nadiem Makarim, Hengky Setiawan dan Stefanus Lo.
Nadiem Makarim
Nadiem adalah salah satu pendiri Go-Jek. Dia berhasil membangun bisnis tersebut sejak 2010 dari layanan pencari angkutan ojek melalui telepon hingga menjadi aplikasi transportasi ternama di Indonesia menyaingi Uber yang sudah mendunia.
Pada Agustus 2016, Go-Jek mendapatkan suntikan dana US$550 juta dari investor sehingga menjadikan valuasi perusahaan ini mencapai US$1,3 miliar. Aplikasi yang sudah beroperasi di 50 kota di Indonesia dengan layanan pengantaran makan dan pembayaran elektronik ini juga akan mendapat tambahan modal lagi senilai US$1,2 miliar dari raksasa Internet asal China, Tencent dan menjadikan valuasinya US$3 miliar.
(Baca Masuk Modal Besar, Go-Jek Kini Lebih Bernilai Daripada Garuda Indonesia)
Nadiem mendapatkan gelar MBA dari Harvard dan pernah bekerja sebagai associate di perusahaan konsultan McKinsey sebelum masuk ke dunia start-up Indonesia. Belum ada konfirmasi berapa persen saham yang dipegang oleh Nadiem di Go-Jek tetapi Forbes memperkirakan porsinya sekitar 10 persen.
(Baca Menakar Peluang Keberhasilan Startup Baru di Tengah Eksistensi Para Unicorn)
Hengky Setiawan
Hengki memulai bisnisnya pada 1992 dengan menjual voucher telepon seluler di lapak seluas 2 meter persegi. Kini, PT Tiphone Mobile Indonesia yang sudah tercatat di Bursa adalah distributor voucher seluler terbesar nasional, dengan 450 outlet dan pendapatan senilai US$2 miliar. Hengky, yang memiliki separuh saham perseroan dengan saudaranya Welly dan Ferry, memiliki harta senilai US$280 juta menurut Forbes.
Sebelum masuk ke bisnis telepon seluler, Hengky waktu kuliah menjual suku cadang mobil untuk sampingan. Kini, dia menduduki jabatan ketua Aston Martin Owners Club Indonesia. Pada 2011, menurut Forbes Indonesia, Hengky memiliki 73 Mercedes-Benz, dua Harley Davidsons dan puluhan Vespa antik.
Stefanus Lo
Ayah dari Stefanus membuka toko perhiasan kecil di pasar tertua di Jakarta pada 1967. Setelah lulus dari Universitas Katolik Parahyangan jurusan teknik mesin pada 1990, Stefanus bergabung dengan bisnis keluarga tersebut dan menjadikannya PT Central Mega Kencana, salah satu peritel perhiasan di Indonesia dangan pendapatan US$148 juta pada 2016. Perusahaan itu memiliki empat merek yang menyasar berbagai kelompok pasar dari kalangan menengah hingga atas: Frank & Co, Mondial, Miss Mondial and The Palace. Pada November 2017, perusahaan merayakan pembukaan gerai ke-50.
Stefanus diperkirakan bernilai US$200 juta. Dia berencana membawa Central Mega Kencana masuk ke Bursa Efek di masa depan ketika perusahaan sudah memiliki valuasi lebih tinggi, menurut sumber yang dikutip Forbes.