Berita / / Artikel

KAI Diusulkan Tidak Mendanai LRT, Saham ADHI Anjlok 7,8 Persen dalam 90 Menit

• 24 Nov 2017

an image
Aktivitas pembangunan proyek kereta ringan atau Light Rail Transit (LRT) di samping Tol Jagorawi, Cibubur, Jakarta Timur, Rabu (11/10). Pemerintah mulai mengharmonisasi berbagai aturan dari beberapa kementerian terkait pembangunan LRT Jabodebek untuk dapat mempercepat proses finalisasi skema pendanaan. (ANTARAFOTO/Yulius Satria Wijaya)

PT KAI sebelumnya diwacanakan akan berkontribusi 28 persen terhadap keseluruhan proyek LRT yang mencapai Rp27 triliun

Bareksa.com – Saham PT Adhi Karya Tbk (Persero) (ADHI) pada perdagangan sore ini 23 November 2017 ditutup melemah 7,8 persen, setelah munculnya surat Kementerian Badan Usaha Milik Negara yang berpotensi mengubah skema kepemilikan di proyek andalannya, light rail transit (LRT).

Harga saham ADHI ditutup di level Rp2.010 per lembar setelah sebelumnya mencapai Rp2.190 per lembar pada pukul 14.36 WIB. Artinya, hanya dibutuhkan jangka waktu sekitar 90 menit untuk membuat saham kontruksi plat merah ini ambrol hampir 8 persen.

Hal ini seiring dengan adanya surat edaran dari Kementerian BUMN terkait pembangunan prasarana kereta api ringan LRT Jabodebek. Dalam surat yang ditujukan kepada Menteri Perhubungan dan Menteri Keuangan yang bernomor S-665/MBU/11/2017, Rini Soemarno selaku Menteri BUMN yang juga menandatangani surat itu mengusulkan agar PT Kereta Api Indonesia (KAI) tidak menjadi penyelenggara pendanaan atau bertindak sebagai investor pembangunan LRT Jabodebek, tetapi hanya bertindak sebagai operator LRT.

Operator LRT hanya menjalankan operasional dari kereta layang yang nantinya akan berjalan melayani para warga di daerah Jabodebek. Hal ini berbeda dengan posisi investor yang menyediakan dana bagi pembangunan proyek tersebut.

Grafik : Pergerakan Intraday Saham ADHI

Sumber : Bareksa.com

Diberitakan sebelumnya, total anggaran awal yang dibutuhkan untuk pembangunan LRT ini mencapai Rp27 triliun dimana skema pendanaannya adalah Rp 9 triliun melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) yang masing-masing diberikan kepada Adhi Karya sebesar Rp1,4 triliun dan PT KAI sebesar Rp7,6 triliun.

Sisanya, Rp18 triliun melalui pinjaman bank. Setidaknya ada empat bank dan perusahaan pembiayaan BUMN yang akan memberikan pinjaman, yakni Bank Mandiri, BNI, BRI dan Sarana Multi Infrastruktur (SMI). Hal tersebut juga diungkapkan oleh Menteri Perhubungan, Budhi Karya Sumadi pada April 2017 silam.

Grafik : Skema Pendanaan LRT

Sumber : Kemenhub, diolah Bareksa

Untuk memenuhi kebutuhan Rp7,6 triliun itu, tahun ini KAI berharap bisa memperoleh Rp4 triliun. Dana itu berasal dari realokasi pembangunan rel kereta Trans Sumatera sebesar Rp2 triliun. Selain itu Rp2 triliun dari PMN APBN Perubahan 2017, seperti yang diutarakan Direktur Keuangan PT KAI, Didit Hartantyo di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (22 November 2017).

Sekedar tambahan informasi, nilai investasi LRT Jabodebek ini membengkak menjadi Rp31,8 triliun dari semula Rp26,7 triliun. Hal tersebut disepakati dalam rapat koordinasi dengan Kemenko Kemaritiman per tanggal 3 November 2017. (hm)

Tags: